Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Sabtu, 30 Mei 2020, 23:20 WIB

Pukul setengah 6 pagi di Tawangmangu. Gelap masih menutupi langit. Mengintip dari balik jendela. Jalan raya di muka penginapan masih melompong.

 

Pukul setengah 6 pagi di Tawangmangu sepi. Senin pagi (25/3/2019) padahal. 

 

Kehidupan pagi berdenyut lembut di Tawangmangu. Berbeda sangat dengan Kota Jogja. Apalagi, dengan ibukota. 

 

 

Alhasil, suasana sepi + hawa dingin Gunung Lawu = menguatkan hasrat kembali ke alam mimpi.

 

Pagi-pagi sehabis Subuh, enaknya kan tidur lagi. Apalagi jarang-jarang menginap di Tawangmangu.

 

 

Akan tetapi, nun dekat di sudut kamar, sang istri sudah berdandan lucyu nan (sedikit) rapi. Sepertinya, dia sedang bersemangat. 

 

Mau ngapain wahai istri? Jalan-jalan pagi di Tawangmangu!?

 

Heeei... mau nyari apa pagi-pagi, gelap-gelap, sepi-sepi begini di Tawangmangu!?

 

Mending balik tidur, kemulan di balik selimut saja.

 

suasana pagi desa tawangmangu karanganyar

 

Karena itulah jalan-jalan pagi di Tawangmangu baru terlaksana setengah jam kemudian. Apalagi, kalau bukan karena bujuk-rayu-malas sang suami.

 

Keluar kamar, lorong nan sepi menyergap. Tak ada kasak-kusuk di kamar sebelah. Tapi, pukul segini, pastilah Bapak dan Ibu sudah bangun.

 

Melewati lobi yang tak bermanusia. Melewati area parkir minim kendaraan. Bentang trotoar menyambut di muka penginapan. 

 

 

Trotoar yang konturnya menurun. Licin sebab semalam hujan. Apabila ditelusuri, akan mengarah ke Pasar Tawangmangu.

Pukul 6 pagi lewat beberapa menit. Jalanan masih sepi. Langit mulai benderang. Gerimis tipis alias kremun menemani langkah.

 

Kira-kira lima belas menit kemudian tibalah dengan selamat di Pasar (Wisata) Tawangmangu. 

Di muka pintu utama, kios-kios tanaman hias menyambut. Tapi, tak dijaga manusia.

 

Lantai dasar Pasar Tawangmangu pun sepi. Tak ada kios pakaian dan kios buah yang bermanusia. Sepertinya, nanti siang baru ramai.

 

 

Akan tetapi, keriuhan terdengar dari lantai dua Pasar Tawangmangu. Oleh sebab itu, naiklah ke sana. Tempat di mana keramaian bersumber.

 

Di lantai dua Pasar Tawangmangu, banyak ibu-ibu beraktivitas. Ada pedagang sayur. Ada penjaja jajanan pasar. Para pembeli hilir mudik. 

 

Berkelilinglah sang istri di tengah keramaian lantai dua. Masih mengemban misi yang belum tuntas. Mencari sego gablok.

 

lorong lantai 2 pasar tawangmangu

 

Apa itu sego gablok? Yang jelas makanan. Sang istri tahu dari blog-nya saudara Andika Hermawan.

 

Akan tetapi, suratan takdir berkata lain. Pagi itu nihil penjual sego gablok. Pun duka menyelimuti, sebab saudara Andika Hermawan telah berpulang ke sisi Gusti Allah SWT, sekitar seminggu sebelum singgah di Tawangmangu ini.

 

Sungguh duka mendalam yang tidak disangka-sangka. 

 

Oleh sebab itu, alangkah baiknya apabila sejenak kita mendoakan Almarhum. Terima kasih, Andika Hermawan. Selepas engkau berpulang, artikelmu masih bermanfaat sebagai panduan wisata kuliner di Pasar Tawangmangu. 

 

penjual jajanan pasar lantai 2 pasar tawangmangu

 

Hari beranjak siang. Di layar handphone terpampang pukul setengah 7 pagi lewat. Itu tanda harus segera kembali ke penginapan. Katanya, sarapan bakal diantar pukul 7 pagi ke kamar.

 

Jadilah keluar dari Pasar Tawangmangu dengan beberapa kresek jajanan pasar. Menyusuri trotoar, kembali menuju penginapan.

 

Eh, di tengah mendaki trotoar berjumpa dengan Bapak dan Ibu. Beliau-beliau rupanya juga hendak jalan-jalan pagi ke Pasar Tawangmangu. Katanya, sarapan baru akan diantar pukul 8 pagi.

 

Hmmm, berarti masih ada waktu luang buat jalan-jalan pagi? 

 

Ya, dicoba ke Nglurah saja bagaimana?

 

 

Yang disebut dengan Nglurah adalah dusun di Kelurahan Tawangmangu. Dusun ini terkenal sebagai sentra tanaman hias di Tawangmangu.

 

Dusun Nglurah berjarak sekitar 2 km di timur Pasar Tawangmangu. Karena baru ke sana satu bulan yang lalu, jadi rutenya masih melekat di kepala. Bedanya, sebulan yang lalu naik sepeda motor, sekarang jalan kaki.

 

Enak sih jalan kakinya. Hawanya sejuk. Langit mendung. Aspal jalan masih basah gerimis. Jarak yang 2 km itu jadi nggak terasa jauh.

 

Tapi, ke Nglurah tetap ada tantangannya. Satu-satunya jalan ke Nglurah harus menyeberangi sungai. Masalahnya, jalan menyeberangi sungai itu menurun terjal kemudian menanjak terjal.

 

Sebulan yang lalu enak, tinggal menyiksa mesin sepeda motor di jalan ini. Nah sekarang, giliran kedua kaki yang kena karmanya.

 

jalan kaki menuju nglurah tawangmangu

 

Dari sekian banyak penjual tanaman hias di Nglurah, target sudah ditentukan. Dari informasinya Tirta, katanya ada kios anggrek yang jadi langganan bosnya. Eh, jebul ternyata kios anggrek yang dimaksud itu ya satu-satunya kios anggrek besar di jalan ke arah Situs Menggung. 

 

Satu bulan yang lalu sempat mampir di kios ini. Tapi, karena nggak ada yang jaga, jadinya ya pulang lagi.

 

Kalau sekarang, masak ya pulang lagi? Sudah pagi-pagi ke sini, harusnya ada yang jaga karena kios dan rumahnya jadi satu.

 

Betul, pagi itu ada orang di rumah. Jadilah melihat-lihat koleksi kios dipandu bapak pemilik.

 

kios anggrek terbesar terkenal nglurah tawangmangu

 

Secara garis besar, sebagian besar anggrek yang dijual di Nglurah adalah anggrek hutan. Katanya, anggrek-anggrek ini dipanen dari hutan-hutan warga.

 

Sebagian besar anggrek hutan yang dijajakan di Nglurah ini berasal dari genus Aerides, Coelogyne, Oncidium, Rhynchostylis, dan Vanda. Penggemar Dendrobium dan Phalaenopsis hibrid harap menyingkir saja.

 

Harganya kok ya luar biasa murah pakai banget. Mana ada Vanda tricolor di Kota Jogja dijual seharga Rp20.000 per tanaman!?

 

Walaupun murah-murah, untung masih diberi kesadaran untuk menahan isi dompet keluar tak terkendali . Tahu dirilah, karena ke sini jalan kaki, jadi Rp75.000 saja untuk membawa tiga anggrek hutan. 

 

Sayang, dari 3 anggrek hutan itu yang bertahan hidup hanya satu. Mungkin kurang cocok dengan hawa panas Kota Jogja.

 

tips membeli anggrek murah nglurah tawangmangu

 

Waduh! Rupanya sudah pukul setengah sembilan! Kan ada sarapan yang mau diantar ke kamar.

 

Balik lagi ke penginapan. Kali ini benar-benar balik. Jalan kaki lagi lewat jalan yang menurun dan menanjak terjal itu sambil menenteng anggrek-anggrek hutan yang ternyata berat juga.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • SUZANA
    avatar komentator ke-0
    SUZANA #Senin, 8 Jun 2020, 10:42 WIB
    Wah, jadi ingat kembali waktu mengunjungi Tawangmangu tahun 90an (damn Im old).
    Masih dinginkah? Dulu, rasanya mau beku aja meski sudah berselimut tebal dan berlapis-
    lapis.