Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Rabu, 23 November 2016, 07:12 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Sepengetahuanku, manusia itu dilimpahkan banyak nikmat oleh Tuhan. Nikmat-nikmat tersebut jelas nggak akan mungkin bisa dihitung jumlah persisnya.

 

Betul kan?

 

 

Nah, dari sekian banyak nikmat yang dilimpahkan Gusti Allah SWT ke diriku, pada hari Rabu (9/3/2016) yang lampau aku sama sekali nggak bakal mendustai 2 nikmat berikut.

 

  1. Nikmat bisa duduk berselonjor kaki di jok depan mobil
  2. Nikmat bisa ngadem diterpa hawa dingin AC mobil

 

EH, mobil itu kan juga termasuk nikmat Tuhan toh?

 

Dan alasan nikmatnya itu adalah karena....

 

BELITUNG PANAS (BANGET!)

 

... wew ...

 

Pantai Tanjung Tinggi yang (Juga) Terkenal

Terus terang sehabis blusukan di Pantai Tanjung Kelayang aku benar-benar pingin balik ke hotel! Kepala pusing. Mata berkunang-kunang. Bisa jadi karena tadi aku kelamaan motret-motret terpanggang terik matahari. #lupa.bawa.topi

 

Tapi.... setelah aku pikir-pikir, balik ke hotel sepertinya bukan pilihan yang tepat. Iya, di kamar hotel aku bisa rebahan sambil mainan internet. Sayangnya, AC kamar nggak begitu dingin. Jadinya, siang-siang begini di kamar hotel kayaknya bakal terasa panas juga.

 

Lagipula, masih siang begini kok sudah "manja" pingin balik ke hotel sih? Kan di Belitung masih banyak tempat-tempat menarik!?

 

 

Dengan demikian wajar toh bilamana aku sangat bersyukur atas nikmat-Nya berupa hawa dingin AC dan jok depan mobil yang bisa direbahkan?

 

Terutama, karena Pantai Tanjung Kelayang dan Pantai Tanjung Tinggi hanya terpisah jarak sekitar 7 km atau kurang dari 10 menit perjalanan. Jadinya kan aku nggak bisa berlama-lama ngadem di depan AC mobil.

 

Ya Allah... singkat sekali nikmat-Mu di mobil ini....

 

papan prasasti batu plakat lokasi syuting film Laskar Pelangi di dekat batu granit besar Pantai Tanjung Tinggi pada Maret 2016
Latar asli cerita Laskar Pelangi itu di Belitung Timur. Jauuuh kalau dari sini.

 

 

Kalau Pantai Tanjung Kelayang terkenal karena island hopping-nya, maka Pantai Tanjung Tinggi terkenal karena jadi tempat syuting film Laskar Pelangi!

 

Eh, Pembaca sudah pernah nonton film Laskar Pelangi?

Kalau aku sih belum, hahaha.

Tapi, aku sudah tamat baca novelnya lho!

 

 

Novel Laskar Pelangi itu menurutku termasuk novel bagus. Eh, tapi yang bagus itu hanya novel yang pertama lho! Tiga novel kelanjutan seri tetraloginya buatku kurang menarik.

 

Meskipun aku menilai novel Laskar Pelangi itu bagus tetapi aku kurang tertarik menonton filmnya. Sebab, menurutku film adaptasi novel itu kurang bisa menggambarkan keseluruhan cerita novel. Pastinya banyak potongan-potongan cerita yang nggak dimasukkan ke skenario toh?

 

Walau demikian, boleh dibilang berkat film Laskar Pelangi itulah Pulau Belitung menjadi populer. Banyak orang jadi tahu bahwa Belitung itu punya pantai cantik berpasir putih dengan batu granit yang besar-besar. Salah satunya ya Pantai Tanjung Tinggi ini.

 

Pantai Tanjung Tinggi yang Sepi

Baik Pantai Tanjung Kelayang dan Pantai Tanjung Tinggi sama-sama terletak Pulau Belitung bagian barat laut. Tepatnya di Desa Keciput, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka dan Belitung.

 

Jarak Pantai Tanjung Tinggi dari Kota Tanjung Pandan lumayan jauh, sekitar 30 km. Tapi, karena jalanan di Belitung sepi jadinya pantai ini bisa dicapai dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.

 

suasana pinggir jalan raya sijuk di desa keciput Belitung dengan hamparan pantai berpasir putih batu granit ada pohon fotogenik pada Maret 2016
Melihat pemandangan pinggir jalan yang seperti ini serasa ingin teriak, "kiri! kiri! turun pantai!"

 

 

Beberapa ratus meter menjelang Desa Keciput, hamparan pantai berpasir putih menghiasi pinggir jalan raya. Di pinggir jalan raya itu aku juga melihat ada rambu peringatan yang memancingku untuk nyeletuk,

 

“Weh, masuk kawasan resor jadi mesti hati-hati.”

 

Bang Dedy yang menyopir mobil sewaan pun menimpali,

 

“Iya, ada rencana jalan raya depan resor mau dibuat tertutup. Jadinya hanya orang-orang dari resor saja yang bisa lewat.”

 

konflik sengketa warga Desa Keciput dengan investor bangunan resor hotel Lor in Villa Cottage di sepanjang pinggir kawasan Pantai Tanjung Tinggi pada Maret 2016
Semakin pariwisata di Belitung ramai, semakin banyak pula penginapan mewah seperti ini.

 

 

Waduh!?

 

Apa niatnya mau dibuat seperti suasana di Pantai Kuta Bali gitu ya? Jadinya, tamu yang menginap di resor bisa menyeberang ke bibir pantai tanpa perlu cemas terserempet kendaraan yang wira-wiri di jalan raya.

 

Sepertinya, bilamana pariwisata di Belitung semakin menggeliat, bisa jadi makin banyak resor-resor yang dibangun mendampingi resor Lor In Cottage ini. Tentunya, wacana jalan raya yang dibuat tertutup kemungkinan ya bakal terealisasi juga.

 

Mumpung ditutupnya jalan raya ini baru sekadar wacana dan gosip, maka dari itu sekarang nikmati dulu lah melintasi jalan raya di pinggir pantai ini.

 

 

suasana kondisi wujud lokasi parkir kendaraan pengunjung di Pantai Tanjung Tinggi Belitung dinaungi pohon rindang sejuk pada Maret 2016
Lebih sepi dari Pantai Tanjung Kelayang.

 

Tidak seberapa lama, sampailah kami di Pantai Tanjung Tinggi. Suasana di sekitar lokasi parkir berbeda banget dengan di Pantai Tanjung Kelayang. Lebih sepi. Lebih rindang. Lebih minim warung. Padahal, ini kan pantai yang jadi lokasi syuting film Laskar Pelangi. Bayanganku Pantai Tanjung Tinggi itu ramai karena sudah masuk film.

 

 

bangunan mushalla ar-rahman di kawasan wisata Pantai Tanjung Tinggi pada Maret 2016
Tetap ingat menunaikan kewajiban salat 5 waktu di Mushalla Ar-Rahman.

 

Tapi nggak apa-apa. Buatku, suasana pantai yang sepi dan sejuk inilah yang aku cari-cari. Seenggaknya ada banyak tempat berteduh selama aktivitas motret-motretku beberapa puluh menit ke depan, hahaha.

 

Mencari Batu Granit yang Pas Difoto

Seperti biasa, di Pantai Tanjung Tinggi ini aku berpencar dari Bapak dan Ibu. Mereka berdua agaknya sudah menemukan lokasi yang pas untuk berfoto-foto . Sementara aku masih mencari-cari batu granit besar mana yang sekiranya nikmat dibingkai ke dalam foto.

 

wisatawan wanita berjilbab berfoto dengan fotografer latar batu granit besar di Pantai Tanjung Tinggi pada Maret 2016
Pada asyik foto-foto....

 

 

Aku nggak tahu batu granit mana yang tampil di film Laskar Pelangi. Tapi, menurutku batu granitnya sulit untuk difoto kalau nggak memakai lensa super lebar (super wide angle). Sebab, umumnya batu granit di Pantai Tanjung Tinggi itu berkerumun di satu tempat. Kalau batu granitnya berdiri sendiri dikelilingi laut kan motretnya bisa dibingkai ketat pakai lensa tele.

 

foto kumpulan batu granit besar di pinggir bibir Pantai Tanjung Tinggi pada Maret 2016
Susah dapat komposisi yang pas. Ada penampakan batu di pinggir kiri foto.

 

gang celah jalan setapak kecil berpasir di antara dua batu granit besar di kawasan Pantai Tanjung Tinggi pada Maret 2016
Gang di antara dua batu granit ini bagus juga jadi tempat foto.

 

 

Di salah satu jalan setapak di sela-sela batu granit, aku melihat ada kotak sumbangan. Di sisi atas kotak itu tertera tulisan “SUKA RELA JASA PINTAS”.

 

Hooo! Rupanya warga setempat membuat jalan pintas menuju ke lokasi batu granit yang ukurannya sebesar rumah #serius. Apa mungkin di sana itu lokasi syuting film Laskar Pelangi ya?

 

kotak sumbangan pungutan dana kebersihan suka rela jalan pintas dibuat warga setempat ditarik paksa pengunjung Pantai Tanjung Tinggi merasa keberatan pada Maret 2016
Harap menyumbang seikhlasnya.

 

 

Di lokasi batu granit yang sebesar rumah ini aku amati ada sejumlah pengunjung yang sedang berfoto-foto. Tampak juga seorang bapak warga yang mengawasi aktivitas pengunjung dari kejauhan.

 

Dari ceritanya si bapak, katanya lokasi batu granit sebesar rumah inilah lokasi yang paling ramai untuk berfoto-foto. Nah, pengunjung terlalu asyik berfoto ria seringkali membahayakan keselamatan dirinya sendiri. Jadinya harus diawasi deh.

 

lokasi wujud bentuk penampakan batu granit besar banget raksasa seukuran rumah di Pantai Tanjung Tinggi Belitung pada Maret 2016
Besar kan batu granitnya? Ini gimana ceritanya batu sebesar ini bisa sampai sini ya?

 

tempat spot foto favorit wisatawan pengunjung lokasi syuting adegan film Laskar Pelangi dekat batu besar raksasa menelan korban jiwa di Pantai Tanjung Tinggi pada Maret 2016
Lokasi foto favorit berlatar laut lepas.

 

seorang bapak juru pelihara kebersihan Pantai Tanjung Tinggi sedang berjaga mengawasi pengunjung wisatawan berfoto di area batu granit raksasa pada Maret 2016
Si bapak yang mengawasi pengunjung yang berfoto-foto.

 

Sudut Terkucil di Pantai Tanjung Tinggi

Pas memotret pemandangan laut dari dekat batu granit sebesar rumah itu, aku melihat ada sudut pantai lain yang sepertinya bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Weh! Penasaran kan jadinya. Di sana apa ada obyek foto yang menarik ya?

 

Alhasil, setelah memastikan di lokasi yang aku sambangi ini sudah tak ada lagi yang menarik untuk difoto, aku pun bergerak menyambangi sudut pantai tersebut. Artinya ya... balik lagi deh berjalan kaki ditemani matahari yang posisinya kian bergeser ke atas ubun-ubun.

 

pemandangan laut warna biru hijau ditumbuhi lumut dipanen dengan latar pantai tersembunyi dari sudut Pantai Tanjung Tinggi Belitung pada Maret 2016
Dari kejauhan terlihat ada tempat yang menarik!

 

 

Walau terik matahari terasa membakar kulit namun apa yang terbentang di hadapanku seakan membuat semuanya terasa sejuk. Ada hamparan luas pantai berpasir putih yang memanjakan mata. Ditambah lagi, pantai ini bersih! Baik dari sampah maupun dari hamparan batu-batu granit.

 

Subhanallah! Indah tenan! Cocoklah sebagai tempat pemotretan model nan cantik. Jikalau ingin bercengkerama dengan air laut ataupun membangun istana pasir, menurutku inilah lokasi yang ideal.

 

seorang pria laki-laki cowok sedang jongkok sendirian di bibir Pantai pasir putih Tanjung Tinggi Belitung memotret sandalnya pakai kamera handphone pada Maret 2016
Pria yang jongkok itu sedang memotret sandalnya pakai kamera handphone.

 

 

Selain hamparan pasir putih yang fotogenik, adapula sebatang pohon yang lebih akrab dengan laut ketimbang saudaranya yang lain. Ini menurutku juga obyek yang fotogenik. Berdoa saja, semoga pohon ini nggak rawan tumbang bila diterjang pasang naik.

 

Aku membayangkan, nikmat sekali jika melewatkan hari di bawah naungan pohon ini. Sambil membaca novel Laskar Pelangi barangkali? Ah, mungkin waktu yang pas adalah menjelang senja. Tatkala cahaya matahari belum sepenuhnya padam dan teriknya tak lagi menyengat kulit. Ditemani sayup debur ombak serta semilir angin pantai.

 

Amboinya....

 

pohon cantik fotogenik posisinya dekat laut di hamparan pasir putih Pantai Tanjung Tinggi pada Maret 2016
Pohon yang fotogenik itu.

 

 

Tak lama setelah itu aku tiba di suatu semenanjung. Pertanda bahwa titik akhir yang kutuju sudah dekat.

 

Pemandangan berbeda menyeruak mata. Tak ada lagi hamparan pasir. Tak ada lagi laut yang biru. Hanya ada pepohonan rindang, bebatuan granit berukuran sedang, dan suatu jalan setapak yang membelah di tengah-tengah.

 

Apakah kamu menanti di ujung jalan ini?

 

semenanjung tersembunyi dikelilingi pohon batu granit serta jalan setapak di kawasan Pantai Tanjung Tinggi pada Maret 2016
Tetap menempuh jalan yang entah berujung apa.

 

 

Adalah batu-batu granit besar yang berkerumun menyambutku. Posisinya tersebar di sana-sini. Ukurannya pun beragam.

 

Sama seperti sebelumnya, di sini pun aku kesulitan mendapatkan komposisi batu granit yang sesuai. Alhasil, aku harus mempraktekkan aksi “akrobat” merayap di antara bebatuan granit untuk akhirnya menemukan sudut pemotretan yang pas. Mana batu granit kan permukaannya cenderung mulus. Sulit untuk dibuat pegangan.

 

Menurutku, memotret di kawasan batu granit di Pantai Tanjung Tinggi ini membutuhkan kelincahan serta kehati-hatian. Harap waspada saat memijak batu granit yang terendam air laut. Jangan sampai terpeleset yang mengakibatkan kamera rawan terciprat air laut.

 

hamparan indah cantik bagus batu granit putih besar di Pantai Tanjung Tinggi Belitung pada Maret 2016

susunan indah cantik bagus batu granit putih besar Pantai Tanjung Tinggi pada Maret 2016
Untuk motret dua foto di atas perlu merayap di batu granit dan nyebur ke laut.

 

 

Oh iya! Salah satu yang menarik dari sudut Pantai Tanjung Tinggi yang aku sambangi ini adalah bentuk pasirnya. Eh, mungkin kurang tepat ya bila disebut pasir? Sebab umumnya pasir itu kan butiran-butiran batu serupa tepung. Tapi “pasir” yang ini bukan batu-batu putih, melainkan sisa-sisa cangkang organisme laut. Seakan-akan lokasi terkucil ini merupakan “kuburan” mereka.

 

Semoga mereka beristirahat dengan tenang....

 

jenis pasir unik khusus khas Pantai Tanjung Tinggi Belitung berupa pecahan kerang karang dan cangkang kepiting makhluk laut tersebar di lokasi pantai tersembunyi pada Maret 2016
Yang seperti ini disebut pasir atau apa?

 

Sambil Menunggu Celana Kering

Lima belas menit lagi, jarum pendek dan jarum panjang jam saling berhimpit di angka dua belas. Matahari masih bersinar terik. Untung sesekali hembus angin masih datang menyapa.

 

Aku sendiri sudah capek motret-motret. Celana panjangku basah. Untung aku pakai celana formal. Kalau diangin-anginkan sebentar paling juga kering.

 

Jadi ya sembari menunggu celana panjang dan sandal gunungku sedikit mengering, aku merebahkan badan di atas batu granit. Awalnya ya terasa puaaanaaaas! Tapi lama-lama ya terbiasa sama panasnya. Eh, atau mungkin malah batu granitnya yang jadi dingin ya?

 

foto wisatawan di Pantai Tanjung Tinggi Belitung merebahkan diri di atas batu granit dengan posisi kaki diangkat menyilang pakai celana panjang pada Maret 2016
Semoga nggak bablas ketiduran.

 

 

Sambil memejamkan mata, aku mencoba menyatu dengan suasana damai di Pantai Tanjung Tinggi. Jujur, buatku pantai ini terasa lebih nyaman dibandingkan Pantai Tanjung Kelayang. Boleh jadi karena relatif sepi pengunjung dan BERSIH DARI SAMPAH.

 

Tapi ya sampai kapan Pantai Tanjung Tinggi bisa bertahan dengan suasana yang seperti ini? Mengingat pantai ini mulai populer semenjak masuk film Laskar Pelangi. Apalagi, sepertinya dalam beberapa tahun ke depan bakal banyak resor yang dibangun di sekitar sini.

 

Ya, kita tahu bahwasanya obyek wisata yang mengundang banyak pengunjung juga akan berakibat mengundang BANYAK SAMPAH. Itu yang entah kenapa masih menjadi momok tatkala aku membahas perkara pengembangan obyek wisata.

 

 

Aku sih berharap Pantai Tanjung Tinggi tetap memesona seperti saat aku kunjungi. Agar kelak saat generasi penerus kita singgah di sini suasana Pantai Tanjung Tinggi masih tetap asri dan alami.

 

Satu lagi! Untuk kamu yang belum berkesempatan menikmati keindahan Pantai Tanjung Tinggi semoga diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk bisa singgah di sini.

 

kartu ucapan doa wisatawan di Pantai Tanjung Tinggi Belitung pada Maret 2016
Semoga kamu suatu saat bisa kemari.

 

 

Dan akhirnya, sosokmu hadir ke dalam benakku....

Mataku tetap terpejam. Seakan tak ingin terbangun.

Apa ini juga termasuk salah satu nikmat-Nya?

Eh, mungkin karena otakku kepanasan apa ya?

 

Balik ah....


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • DWI JAYANTI
    avatar komentator ke-0
    DWI JAYANTI #Sabtu, 17 Des 2016, 13:11 WIB
    Pake tour agen Mas?
    Nggak Mbak. Nyewa mobil plus sopir saja.
  • RIDWAN
    avatar komentator ke-1
    RIDWAN #Kamis, 15 Des 2016, 14:24 WIB
    Wah sangat suka banget pemandanganya sangat indah, pengen berkunjung ke sana.
    Aku doakan semoga dirimu suatu saat nanti bisa singgah ke Pantai Tanjung Tinggi Bro. :)
  • ENDAH KURNIA WIRAWATI
    avatar komentator ke-2
    ENDAH KURNIA WIRAWATI #Kamis, 1 Des 2016, 12:18 WIB
    Ihhh.. keren ihhh..
    udah gak sabar akhir Desember mau ke sana...
    Wah, semoga perjalanan ke sana aman dan menyenangkan Mbak. :D
  • N FIRMANSYAH
    avatar komentator ke-3
    N FIRMANSYAH #Rabu, 30 Nov 2016, 09:00 WIB
    Itu berdasarkan pengalaman si bapak, banyak yang suka jatuh nggak gara-gara foto di batu itu? :D
    Wah, nggak tanya itu e Bro. :D
  • GHOZALIQ
    avatar komentator ke-4
    GHOZALIQ #Rabu, 30 Nov 2016, 07:25 WIB
    Lha kalau semua jalan raya ditutup bagaimana nanti itu jadinya..

    Pantainya emang bagus, mempesona...
    Ya kalau mau ke pantai harus lewat jalan khusus. :D
  • NBSUSANTO
    avatar komentator ke-5
    NBSUSANTO #Senin, 28 Nov 2016, 10:28 WIB
    Apik tenan Mas!
    Bener nih kudu ke sini! Tapi ya itu, semoga belum jadi private.. mosok untuk menikmati keindahan alam buatan Gusti Allah kudu mbayar banyak ke saku segelintir manusia yang sudah tebal isinya. Masih mending kalo untuk kemaslahatan umat. :(
    Ho oh, berdoa saja semoga nggak jadi dicaplok sama pihak swasta. Kalau yang mengelola Pemerintah lewat BUMD gitu ya masih mendinglah....
  • VICKY LAURENTINA
    avatar komentator ke-6
    VICKY LAURENTINA #Minggu, 27 Nov 2016, 13:22 WIB
    Foto-fotomu bagus, Na. Sayang kalau tempat ini dibuka untuk umum. Pasti nanti bakalan banyak sampah :-D

    Aku rasa biarkan saja tempat ini dibeli resor. Supaya ada yang mengelola. Memang untuk menjaga tempat ini supaya terkelola dengan baik, harus ada modal dikit. Bahwa orang umum harus membayar untuk menikmati, memang begitulah harga sebuah pengorbanan.

    Kecuali..kalau Pemda Belitung bisa membuat regulasi sistem supaya orang umum tidak buang sampah sembarangan. :-)
    Waduh, gimana ya Bu Dokter?

    Aku pribadi sih inginnya tempat ini tetap bisa diakses oleh pengunjung umum tanpa harus membayar mahal. Kalau untuk pungutan kebersihan, jasa parkir, atau pemasukan desa ya okelah.

    Tapi kalau dibeli resor. Duh... kok sepertinya jadi ada sekat gitu ya? Antara tempat wisata alam yang bisa dinikmati oleh si miskin dan si kaya?
  • BERBAGIFUN.COM
    avatar komentator ke-7
    BERBAGIFUN.COM #Jumat, 25 Nov 2016, 15:30 WIB
    Aku masih penasaran. Batu segede rumah itu gimana bisa sampai situ...
    Aku ya penasaran Bro. Mungkin dulu ada gunung api purba yang meletus.
  • CUKA APEL TAHESTA
    avatar komentator ke-8
    CUKA APEL TAHESTA #Jumat, 25 Nov 2016, 06:30 WIB
    Iya Kak, kadang nggak enaknya tuh kalau tempat ramai. Suka-suka banyak sampahnya. Harusnya setiap orang sadar akan kebersihan.
    Tempat yang ramai orang di Indonesia selalu berpotensi mengundang keramaian sampah. :(
  • GHUFRON
    avatar komentator ke-9
    GHUFRON #Rabu, 23 Nov 2016, 22:46 WIB
    Wih bagus-bagus ya Kak view-nya. Jadi pengen ke sana... hihihi.
    Semoga suatu saat dirimu juga bisa berkunjung ke sana. :)