Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
- Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
- Patuhi peraturan yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan di candi adalah mengamati relief-reliefnya. Khususnya candi-candi di Jawa Timur yang umumnya lebih kaya relief dibandingkan candi-candi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Candi Tegowangi yang berada di Kabupaten Kediri termasuk salah satu candi di Jawa Timur yang dihiasi berbagai relief. Tak hanya bangunan candi utama, bangunan candi perwaranya pun turut dihiasi relief. Ini adalah suatu hal yang menarik mengingat candi perwara biasanya berwujud lebih sederhana dibandingkan candi utamanya.
Candi perwara adalah istilah lain dari candi pendamping, yaitu bangunan candi yang berukuran lebih kecil dari bangunan candi terbesar (candi utama). Candi perwara berdiri tidak jauh dari bangunan candi utama.
Uniknya Candi Perwara Tegowangi
Sebelum menyinggung tentang relief-relief, sebetulnya candi perwara Tegowangi sendiri adalah suatu bangunan yang menarik. Wujud bangunan candi perwara ini mirip seperti candi utama namun dengan ukuran yang lebih kecil.
Baik candi utama dan candi perwara Tegowangi memiliki pintu masuk yang menghadap ke arah barat. Sepengalamanku, biasanya pintu masuk candi perwara itu berhadap-hadapan dengan pintu masuk candi utama. Selain itu, baik candi utama dan candi perwara Tegowangi sama-sama memiliki tangga.
Jumlah candi perwara Tegowangi pun menarik karena hanya ada satu dan terletak di sisi tenggara, seakan berada di belakang candi utama. Biasanya pula candi-candi perwara pada kompleks candi Hindu Siwa itu berjumlah lebih dari satu dan membentuk formasi garis lurus.
Relief Bermotif Tanaman
Bicara tentang relief, candi perwara Tegowangi dihiasi dengan beragam relief yang motifnya berhubungan erat dengan alam (nature). Unsur tanaman hampir menghiasi sebagian besar relief candi perwara.
Pada kaki candi perwara terdapat relief bermotif sulur-suluran. Selain itu bagian kaki candi perwara juga dihiasi relief bunga yang mekar. Hal ini menimbulkan kesan bahwa bangunan candi perwara seakan menyatu dengan alam di sekitarnya.
Aku menduga bahwa dahulu kala sekeliling kompleks Candi Tegowangi merupakan hutan. Setidaknya, lingkungan sekeliling candi banyak ditumbuhi pohon, semak, dan berbagai tanaman lain.
Keberadaan suatu bangunan batu di tengah lingkungan yang penuh tanaman jelas akan memunculkan nuansa yang sangat kontras. Oleh sebab itu, dipahatlah relief-relief bermotif tanaman di dinding-dinding candi agar bangunan batu tersebut dapat “membaur” dengan lingkungan di sekitarnya.
Adapun keberadaan relief bermotif tanaman juga dapat dipandang sebagai penghias suatu bangunan, agar bangunan itu lebih indah dipandang mata. Jika berkaca pada perilaku orang-orang zaman sekarang yang kerap mempercantik bangunan dengan tanam-tanaman, besar kemungkinan orang-orang pada zaman dulu juga melakukan hal yang serupa. Apalagi candi adalah bangunan sakral. Tentu bangunan tersebut harus dihias agar terlihat memesona dibandingkan bangunan-bangunan lain.
Relief Bermotif Hewan
Unsur alam lain yang menjadi motif relief candi perwara Tegowangi adalah hewan. Terdapat sejumlah panil relief yang menurut pengamatanku menampilkan hewan kijang, kelinci, dan kambing.
Pada zaman dahulu, besar kemungkinan kijang, kelinci, dan kambing dapat dengan mudah dijumpai di sekitar Candi Tegowangi. Jadi, bisa dibayangkan kan seasri apa lingkungan di sekitar Candi Tegowangi pada zaman dulu?
Hewan lain yang muncul sebagai relief adalah ular. Relief hewan berbisa ini berada di dinding candi perwara di dekat undakan tangga. Aku menduga bahwa keberadaan relief ular adalah sebagai pengganti arca makara yang umumnya terdapat pada tangga candi utama.
Ada dua relief ular pada kedua dinding candi perwara. Dari keduanya, relief ular pada dinding utara terlihat lebih jelas. Di relief tersebut tampak ular yang bersisik dan bermahkota. Tidak lupa pula terlihat adanya taring yang besar dan tajam.
Ular yang bermahkota umumnya adalah penggambaran untuk sosok ular naga, yaitu hewan mitologi yang dikeramatkan bahkan didewakan. Dalam mitologi Jawa, ular naga dianggap sebagai sosok pelindung. Oleh sebab itu, sosok ular naga sering ditempatkan pada bagian depan suatu bangunan untuk melindungi bangunan tersebut.
Relief Manusia di Dinding Selatan
Relief candi perwara Tegowangi juga menampilkan sosok manusia pada sejumlah panil relief. Manusia-manusia tersebut digambarkan dalam beragam aktivitas.
Di dinding sebelah selatan terdapat tiga panil relief berbentuk segi empat besar yang ketiganya menampilkan sosok manusia. Di panil yang paling kiri terdapat relief dua sosok manusia. Dilihat dari posisi kakinya, keduanya berhadapan-hadapan. Oleh karena itu, diasumsikan kedua sosok tersebut sedang bercakap-cakap.
Sayang, sosok manusia di sebelah kiri tidak lengkap. Hanya sosok manusia di bagian kanan yang wujudnya lengkap. Dilihat dari tonjolan di badannya, bisa diasumsikan bahwa sosok manusia di bagian kanan itu adalah wanita. Di latar terlihat pula adanya pohon yang mirip seperti pohon kelapa.
Aku menduga sosok wanita tersebut berasal dari golongan menengah dikarenakan ia memakai kain panjang yang menutup tubuh bagian bawah. Umumnya, rakyat jelata pada zaman dahulu hanya mengenakan kain dari perut hingga sebatas paha.
Di panil tengah terdapat relief sosok manusia yang sedang memikul berbagai barang. Sebatang pohon ia gunakan sebagai alat pikul. Sosok manusia seperti ini mengingatkan pada sosok seorang pedagang tradisional. Bila mengamati bentuk dadanya, sosok ini adalah seorang pria.
Sosok pedagang tradisional tersebut juga terlihat mengenakan kain panjang hingga nyaris sebatas mata kaki. Hal yang membuatku kagum dengan relief ini adalah adanya torehan efek kain yang berlekuk-lekuk dan juga kain yang tersingkap bagian bawahnya. Tersingkapnya kain juga menandakan bagaimana kain tersebut dikenakan.
Hingga pada masa-masa awal kemerdekaan, masih lazim dijumpai pedagang yang berjualan dengan memikul barang dagangannya. Pada zaman sekarang, jelas para pedagang lebih memilih menggunakan kendaraan bermotor untuk membawa berbagai macam barang.
Latar sulur-suluran tanaman pada sisi atas dan bawah panil menandakan bahwa pedagang tersebut sedang berada di kawasan yang rimbun tanaman. Bisa dibayangkan bagaimana aktivitas seorang pedagang pada zaman dulu yang harus berjalan kaki menembus hutan untuk berjualan.
Panil paling kanan memuat sosok manusia yang berpakaian serupa dengan sosok pedagang di panil tengah. Dari sosok dan latarnya, bisa diasumsikan bahwa sosok manusia pada panil paling kanan ini juga seorang pria dan sama-sama berada di kawasan yang rimbun tanaman.
Hanya saja, yang membingungkan adalah tangan kiri sosok pria ini seperti menggenggam kaki. Terlihat adanya lima jari pada benda yang ia genggam. Akan tetapi, entah apakah gerangan yang ia genggam itu. Apakah itu kaki hewan buruan ataukah kaki manusia?
Ah, sayang sekali ada relief sulur-suluran yang menutupi benda yang ia genggam itu. #sedih
Relief Sosok Misterius di Dinding Utara
Dinding utara candi perwara Tegowangi juga dihiasi panil relief yang tak kalah menarik. Lebih tepatnya, panil relief yang membingungkan. #senyum.lebar
Sebetulnya, diding utara juga dihiasi dengan tiga panil persegi besar sebagaimana di dinding selatan. Hanya saja hanya dua panil yang tersisa di dinding utara.
Pada panil di sebelah kiri terlihat adanya relief dua sosok yang saling berhadap-hadapan. Dilihat dari posisi tangan dan kakinya, kedua sosok tersebut terlihat seperti sedang berpelukan.
Akan tetapi, kurang jelas apakah sosok tersebut merupakan manusia atau bukan. Sebab, kepala kedua sosok tersebut tidak tampak seperti kepala manusia. Dalam penglihatanku, sosok tersebut lebih mirip sosok manusia berkepala unggas.
Terakhir, pada panil sebelah kanan terlihat adanya relief sosok yang sedang menggendong gajah. Sungguh aneh sekali, kok bisa gajah digendong? Menggendong anak gajah sekalipun kan sudah berat sekali.
Dilihat dari bentuk kepalanya (yang sayangnya tidak lengkap), sosok yang menggendong gajah tersebut sepertinya bukan manusia. Ukuran kepalanya berbeda dengan ukuran kepala manusia di panil relief dinding bagian selatan. Mungkinkah sosok tersebut adalah raksasa? Apakah panil relief tersebut menceritakan suatu bagian cerita?
Yang jelas, dari relief tersebut diketahui bahwa orang-orang pada zaman dahulu atau minimal si pembuat relief mengetahui adanya hewan gajah. Dari penelusuranku, gajah bukanlah hewan asli Pulau Jawa.
Aku menduga, jika pada zaman dahulu ada gajah di Jawa maka itu berarti gajah tersebut didatangkan dari daerah lain semisal Sumatra atau mungkin India. Tapi itu berarti, sejak zaman dulu gajah-gajah sudah terbiasa bertamasya menyeberangi laut. Dinaikkan ke perahu tentunya. #hehehe
Relief Masa Lampau
Demikianlah hasil pengamatan dari sejumlah relief yang terdapat di dinding candi perwara Tegowangi. Dengan mengamati relief, dapat membuat kita mengerti akan kehidupan di masa lampau. Inilah salah satu cara orang zaman dulu mewariskan kehidupannya pada generasi mendatang. #senyum
Pada candi Hindu Siwa, posisi pintu masuk bangunan candi utama dan candi pendamping umumnya saling berhadap-hadapan. Akan tetapi, pada candi perwara Tegowangi, pintu masuk bangunan candi utama dan candi pendamping menghadap ke arah yang sama, yaitu ke barat.
Yang gajah itu, melanjutkan komen Mas Baktiar, mungkin itu gajah mini di Flores yang dibawa sampai ke Jawa..
-Traveler Paruh Waktu