HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Candi Songgoriti dan Mitos Sumber Airnya

Selasa, 10 Oktober 2017, 15:00 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Kota Batu, Jawa Timur pada hari Minggu pagi (16/4/2017) itu hawanya dingin. Sungguh hawa yang ideal sebagai teman jalan-jalan pagi sambil nyasar-nyasar. #eh #senyum.lebar

 

Sebelum balik ke Yogyakarta, pagi hari itu aku kepingin menyambangi Candi Songgoriti. Tapinya aku nggak ngerti lokasi persisnya di mana. Yang aku tahu, Candi Songgoriti letaknya di dekat Pasar Songgoriti. Itu thok!

 

 

Singkat cerita, sekitar pukul setengah sembilan pagi sampailah aku dengan selamat di dekat Pasar Songgoriti. Ndilalah di sana ada seorang bapak yang sedang bersiap membuka kios suvenir. Tanpa pikir panjang aku pun menghampiri si bapak dan bertanya perihal lokasi Candi Songgoriti.

 

"Oh, candi? Niku njenengan mlebet hotel kolam air panas mangke mpun ketingal candine," [1] kata si bapak sambil menata kaos.

 

"Hah!? Candine teng lebet hotel Pak!?" [2] aku terkaget-kaget mendengar info dari si bapak.

 

"Enggeh, mpun njenegan mlebet mawon," [3] tegas si bapak dengan sorot mata yang mengisyaratkan

 

"Ndang jajalen sek Mas! Ojo kokehan takon kowe ki!" #hehehe [4]

 

[1] Oh, candi? Itu anda masuk hotel kolam air panas nanti sudah kelihatan candinya.

[2] Hah!? Candinya di dalam hotel Pak!?

[3] Iya, sudah sana anda masuk saja.

[4] Sudahlah kamu coba dulu Mas! Jangan kebanyakan tanya kamu!

 


Pasar Songgoriti yang letaknya di jantung kawasan wisata Songgoriti.

 

Oke.

 

Ada candi di bukit.

Ada candi di hutan.

Ada candi di sawah.

Ada candi di tengah desa.

Ada candi dikepung pabrik.

 

Dan sekarang giliran ada candi di dalam hotel!

 

 

Eh, tapi kalau dipikir-pikir candi di dalam hotel bukan hal baru sih. Itu Stupa Sumberwatu kan posisinya juga di dalam kompleks resor. Resor sama hotel beda tipis toh? #hehehe

 

Walaupun sudah dapat arahan dari si bapak kios suvenir tapi tetap saja masih ada adegan nyasar ke kolam renang! Hahaha. #senyum.lebar

 

Lha piye? Di kawasan Songgoriti ini banyak kolam renangnya je! #hehehe  

 


Tulisannya PAPA tapi di dalamnya ada candi. Kalau nggak percaya masuk saja! #hehehe

 

"Niku lho Mas! Candine teng seberang niku!" [5] seru seorang bapak di dekat kolam renang dengan pandangan ke arah hotel di seberang jalan.

 

[5] Itu lho Mas! Candinya di seberang itu!

 

 

Woooh! Ternyata betul omongannya si bapak! Dari kejauhan aku melihat puncak candi. Semerbak “bau batu” pun menguar menggantikan aroma kaporit kolam renang. #hehehe

 

Tapi aku ya tetap masih bingung. Di gerbang masuk ke hotel (plus Candi Songgoriti) tertulis tulisan PAPA. Aku mendadak jadi terbayang sama "PAPA Jahat", huahahaha. #senyum.lebar

 

Ternyata, PAPA itu singkatan dari Pemandian Air Panas Alami. Papan nama Candi Songgoriti sendiri letaknya malah agak jauh dari gerbang. #hehehe

 

Tidak Ada di Candi Songgoriti

Halo Candi Songgoriti!

Akhirnya kita ketemuan juga, hehehe. #senyum.lebar

 

 

Kesan yang aku rasakan pas pertama kali melihat kompleks Candi Songgoriti adalah taman yang asri! #senyum.lebar

 

Ya, mungkin karena lokasinya ada di halaman hotel. Jadinya perawatan taman yang mengelilingi candi nggak terabaikan. Apalagi di dekat candi ada kolam lumayan besar yang makin mempercantik susunan batu-batu tua di hamparan rumput nan hijau itu. #senyum

 

Eh, kok rasanya cocok jadi tempat piknik ya? #senyum.lebar

 


Duh! Indahnya ada kolam dengan bunga teratai!
Hmmm... apa zaman dulu di sini juga ada kolam ya?

 


Candi Songgoriti dari sisi "belakang".

 

Nggak jauh dari bangunan Candi Songgoriti aku melihat papan yang bertuliskan "Tamu Harap Lapor". Selayaknya pengunjung yang beradab, aku kemudian menghampiri pos jaga buat minta izin. Tapi ternyata pintu pos jaganya terkunci rapat.

 

Aku celingak-celinguk. Di sekitar pos jaga sama sekali nggak ada orang. Kayaknya pak juru pelihara belum datang. Apa aku datangnya kepagian ya?

 

Eh!? Atau mungkin memang hari ini pak juru pelihara nggak datang? Ini kan hari Minggu!

 

Jadi ya sudah. Nggak ada ritual nulis alamat blog nama di buku tamu deh. #hehehe

 


Karena bertamu tanpa minta izin itu kurang sopan.... #hehehe

 

Selain papan tamu harap lapor, di dekat sana juga ada papan informasi. Eh!? Lebih tepatnya sih papan thok tanpa informasi. Ya, memang bendanya hanya papan, ternaungi atap, tertutup kaca, tapi di dalamnya kosong! Nggak ada itu kertas berisi informasi seputar Candi Songgoriti!

 

Weh, payah toh? Jadi, mau nggak mau ya aku menggali sumber informasi Candi Songgoriti dari internet deh.

 


Informasi apa yang bisa diperoleh dari sini? #sedih

 

Artikel di blog-nya Mbak Laurentia Dewi dan karya tulisnya Pak Suwardono cukup rinci menceritakan perihal Candi Songgoriti. Di artikel ini aku hanya merangkum informasi dari keduanya. Untuk informasi utuhnya, silakan klik tautan di bawah ini.

 

  1. Candi Songgoriti/Candi Supo (Batu); Tempat Rendam Keris Para Mpu, Tempat Bertemunya Ken Arok dan Ken Dedes, Juga Ada Sumber Air dengan Rasa Mirip Air Kelapa!
  2. Korelasi Candi Songgoriti dengan Prasasti Sangguran Tahun 928 Masehi

 

Wujud Candi Songgoriti yang Sesungguhnya

Keberadaan Candi Songgoriti pertama kali dicatat pada tahun 1799 oleh seorang Belanda bernama Van I Jsseldijk. Wujud candi saat ini adalah hasil pemugaran pada tahun 1938 – 1944.

 

Di Candi Songgoriti pernah ditemukan sejumlah peripih yang tersimpan di dalam 4 kotak batu. Peripih-peripih tersebut berbentuk cepuk perunggu, yoni perunggu, lingga emas, dan kepingan emas. Di kepingan emas ada tulisannya. Ditilik dari bentuk tulisan, Candi Songgoriti diduga dibangun pada abad ke-9 Masehi.

 


Bagian depan Candi Songgoriti yang menganga.
Ada dugaan Candi Songgoriti nggak punya bilik yang muat dimasuki orang.

 


Tampak belakang Candi Songgoriti. Langgam Jawa Tengah kelihatan jelas dari sini.

 

Seperti yang bisa dilihat pada foto, saat ini bangunan Candi Songgoriti nggak lagi utuh. Bagian atap candi sudah nggak ada. Sedangkan badan candi masih tersisa sebagian.

 

Reruntuhan Candi Songgoriti ini memiliki panjang 3,8 meter, lebar 3,7 meter, dan tinggi 2,8 meter. Dilihat dari bentuknya, gaya bangunan Candi Songgoriti lebih condong ke langgam Jawa Tengah. Batu yang digunakan adalah batu andesit.

 

Candi Songgoriti merupakan candi Hindu. Hal ini dikuatkan oleh keberadaan arca Agastya dan arca Durga yang wujudnya nggak lagi utuh #sedih. Dari sumber informasi, katanya di salah satu relung ada arca Ganesha. Tapi waktu itu aku nggak lihat. Apa mungkin arca Ganeshanya sudah dipindah ya?

 


Dari sepasang kaki yang nangkring di atas Nandi bisa dipastikan ini arca Durga Mahisasura Mardini.

 


Sisa arca di salah satu relung aku duga adalah arca Agastya.

 


Arca dewi yang sudah tidak utuh.

 

Jalawadra atau saluran pembuangan air adalah arca yang hampir bisa ditemukan di setiap candi. Akan tetapi, jalawadra di Candi Songgoriti ini unik. Bukan karena bentuknya tetapi karena letaknya.

 

Letak jalawadra di Candi Songgoriti seakan-akan terpisah dari bangunan utama. Bila dipandang dari jauh, Candi Songgoriti seakan berdiri di atas sebuah “bukit” kecil. Tepi batas “bukit” diperkokoh dengan susunan batu andesit. Di susunan batu andesit tersebut berjajar jalawadra dengan bentuk sederhana.

 

Diduga kuat, wujud Candi Songgoriti yang sesungguhnya adalah petirtaan. Bangunan utama Candi Songgoriti seakan-akan berdiri mengapung di tengah kolam. “Bukit” tempat Candi Songgoriti berdiri dahulunya adalah kolam penampungan air. Air kolam yang tertampung ini mengalir keluar melalui jalawadra.

 

Kalau mau dibayangkan, dahulu kala Candi Songgoriti itu adalah candi dengan kolam dan pancuran air yang mengalir non-stop selama 24 jam. #senyum.lebar

 


Arca jalawadra yang tersisa. Bentuknya mirip kepala hewan.

 


Yang dilingkari merah adalah jalawadra yang bentuknya lebih sederhana.
Dahulu ini pancuran yang mengucurkan air panas.

 


Jalawadra pancuran air panas dilihat dari atas. Terlihat ada semacam saluran kecil untuk aliran air.
Saat ini ujung saluran tersebut tersumbat tanah. Di zaman dahulu itu bukan tanah tapi tampungan air panas.

 

Dugaan bahwa Candi Songgoriti merupakan petirtaan didasarkan pada temuan sumber mata air yang berada di bawah candi. Ada tiga sumber mata air, yaitu air dingin, air panas, dan air belerang. Pusat Penelitian Peradaban Nusantara Universitas Brawijaya pernah meneliti ketiga sumber mata air ini.

 

Dahulu, kolam penampungan air Candi Songgoriti diduga berisi air panas. Sekedar info, situs candi sebagai kolam air panas bukan hanya milik Candi Songgoriti. Situs Petirtaan Derekan di Semarang, Jawa Tengah adalah contoh lainnya. #senyum

 


Sumur air dingin di tengah bangunan utama Candi Songgoriti.
Setiap candi memang ada sumurnya. Tapi seringnya nggak berair.
Diduga, dulu sumur ini tertutup dan di atasnya ditempatkan arca lingga-yoni.

 

Posisi bangunan utama Candi Songgoriti yang berada di tengah-tengah kolam air panas ibarat suatu transformator yang mengubah air panas menjadi air yang mujarab.

 

Konsep transformator ini diilhami dari salah satu kisah dalam mitologi Hindu yaitu Samudra Manthan (Kurma Awatara). Kisah tersebut menceritakan usaha pencarian air kehidupan (amerta). Bangunan utama Candi Songgoriti diibaratkan sebagai replika Gunung Mandara dan kolam air panas sebagai replika samudera susu (kserasagara).

 

Untuk kisah mitologi lebih detilnya, silakan klik tautan berikut:

 

  1. Wikipedia: Samudra Manthan
  2. Wikipedia: Kurma Awatara

 

Mpu Supo dan Asal-Usul Songgoriti

Sumber air panas dan belerang yang terdapat di Candi Songgoriti rupanya memiliki mitos tersendiri. Adalah Mpu Supo, salah seorang utusan kerajaan yang mengembara sampai daerah Songgoriti. Mpu Supo kemudian bermukim di Songgoriti dan mendirikan padepokan pandai besi.

 

Mitosnya, salah satu sumber air di Songgoriti berubah jadi sumber air panas karena Mpu Supo dan para pandai besi lain memakai sumber air itu untuk mendinginkan keris yang dipanaskan. Demikian juga dengan sumber air belerang, mitosnya berasal dari sisa-sisa besi keris.

 


Aliran air panas yang mengalir dari celah bebatuan.

 


Sumber air belerang yang mengalir di sudut kaki Candi Songgoriti.

 

Nggak jauh dari Candi Songgoriti terdapat makam yang diyakini sebagai makam Mpu Supo. Warga setempat meyakini bahwa Mpu Supo-lah pendiri Candi Songgoriti. Oleh sebab itu, Candi Songgoriti kadang disebut juga sebagai Candi Supo.

 

Pada tanggal satu bulan Sura (Muharram) dan selasa kliwon bulan Ba’da Mulud (Rabiul Akhir) warga rutin mengadakan upacara selamatan di Candi Songgoriti. Bagi warga setempat, Candi Songgoriti merupakan tempat keramat.

 


Berbagai macam sesaji yang sempat aku jumpai di Candi Songgoriti. Apa setiap sesaji ini fungsinya beda-beda ya?

 

Walaupun Candi Songgoriti lekat dengan mitos Mpu Supo, namun keberadaan komunitas pandai besi di daerah ini dahulu kala diduga benar-benar ada.

 

Dugaan awal berasal dari nama Songgoriti. Menurut pakar bahasa Jawa Kuno asal Belanda yang bernama Petrus Josephus Zoetmulder, Songgoriti berasal dari kata sanggha (kelompok, rombongan, kumpulan) dan riti (logam sebangsa perunggu atau kuningan). Jadi, Songgoriti bisa diartikan sebagai kumpulan logam.

 

Hal lain yang turut menguatkan dugaan adalah nama-nama tempat di sekitar Songgoriti yang masih berhubungan dengan logam, seperti Kemasan (pengrajin emas) dan Pandesari (pusat pandai logam).

 

Candi Songgoriti terletak di Dusun Songgoriti yang masuk wilayah Desa Songgokerto. Nama Songgokerto bisa diartikan sebagai kumpulan kemakmuran. Semakin kuatlah dugaan bahwa dahulu kala wilayah Songgoriti ini merupakan daerah para pengrajin logam.

 

Candi Songgoriti di Prasasti Sangguran

Nggak hanya itu!

 

Keberadaan Candi Songgoriti juga pernah disinggung Prasasti Sangguran yang berangka tahun 928 Masehi. Prasasti Sangguran dikeluarkan oleh Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa, raja Kerajaan Medang yang memerintah bersama patihnya, Mpu Sindok.

 


Prasasti Sangguran atau yang dikenal juga sebagai Lord Minto Stone saat ini berada di Skotlandia.
Sumber foto: International Institute for Asian Studies

 

Salah satu isi Prasasti Sangguran adalah penetapan Desa Sangguran di wilayah Waharu sebagai sima (wilayah bebas pajak). Pajak yang semestinya dikenakan pada Desa Sangguran kemudian digunakan untuk kelangsungan bangunan suci bagi para pandai besi di Mananjung.

 

Diduga, Mananjung merupakan daerah Candi Songgoriti berada. Sangguran diduga adalah nama lama dari Desa Ngandat. Sedangkan Waharu diduga adalah Desa Tegal Weru.

 

Candi yang Kalah Tenar

Nggak bisa dipungkiri, dewasa ini keberadaan Candi Songgoriti kalah telak oleh pamor pemandian air panas dan kolam renang. Kawasan Songgoriti kan terkenalnya sebagai objek wisata air.

 

Oh! Jangan lupakan juga deretan vila-vila yang disewakan! #hehehe

 

Apalagi dengan letak Candi Songgoriti di halaman hotel. Bisa jadi pengunjung bakal sungkan mampir ke sana atau malah nggak tahu sama sekali kalau di sana ada situs purbakala. #sedih

 

Meski demikian, nggak ada salahnya melewatkan waktu sejenak di Candi Songgoriti. Memandang lekat-lekat peninggalan nenek moyang, sembari pelan-pelan menerima kenyataan bahwa seiring dengan berlalunya waktu tempat-tempat yang disucikan akan berubah menjadi tempat wisata. #hehehe

 

 

Ah! Wis ah! Saatnya nyari sarapan di sekitar Pasar Songgoriti.

 

Laper je! Ke sininya jalan kaki pula!

 

Sok-sokan nggak mau ngangkot sih... #hehehe

NIMBRUNG DI SINI