Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Ceritanya, pada hari Rabu (18/1/2017) yang lalu, aku bersepeda ke pelosok Girimulyo. Girimulyo itu sendiri adalah nama suatu kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta. Jaraknya dari Kota Jogja ya... sekitar 20 km lah.
Selain banyak hutan dan kontur jalan yang naik-turun #ya.gitu.deh #hehehe, Girimulyo juga punya banyak sungai. Eh, mungkin lebih tepatnya anak sungai ya? Eh, atau mungkin sungainya cuma beberapa. Tapi, karena aku lewati berkali-kali dari sisi yang berbeda jadinya terasa berjumlah banyak?
Ah, mbuh lah….
SILAKAN DIBACA
Seperti yang bisa diamati pada foto di bawah, sungai-sungai di Girimulyo yang aku jumpai itu (menurutku) cantik-cantik!
Airnya jernih dan bersih. Pokoknya cocoklah buat tempat main air. #senyum.lebar Inilah salah satu hal yang aku syukuri dari hidup di Yogyakarta. #senyum
Jujur, sebagai orang yang tumbuh besar di Jakarta, sungai yang wujudnya seperti itu ibarat “sungai khayalan” alias sungai yang hanya ada di cerita-cerita atau film-film. Soalnya tahu sendirilah, di Jakarta mana ada sungai yang kayak gitu? Iya kan? #hehehe
Tapi, pas ketemu sungai yang “menggoda iman” kayak gitu aku ya juga tahu diri kok! Waktu itu kan aku lagi bersepeda. Rumah juga masih jauuuh. Jadi, niat buat nyebur atau sekedar kekeceh di sungai mau nggak mau harus aku pendam dalam-dalam. #senyum
Karena nggak mau bisa mendekat ke sungai-sungai cantik itu, jadi satu-satunya caraku menikmati sungai-sungai itu ya dengan memotretnya dari atas jembatan. Motret sungai dari atas jembatan sebetulnya sih agak kurang sip. Tapi ya mau gimana lagi? Buat turun dari Trek-Lala kemudian jalan kaki mendekat ke sungai saja rasanya sudah males je! Hahaha. #senyum.lebar
Nah, jembatan yang fotonya terpajang di bawah ini adalah salah satu jembatan yang menyimpan “kenangan indah” di Girimulyo. Tepat di bawah jembatan mengalir sungai yang penampakannya juga lumayan indah. Karena itu, aku pun mandeg sebentar di dekat pagar jembatan buat motret sungai tersebut.
Aku memotret sungai tanpa turun dari sadel Trek-Lala. Sepintas aku perhatikan arus sungainya lumayan deras. Aku membayangkan kalau dipotret pakai teknik slow speed kayaknya bagus juga. Jadilah kemudian aku pasang filter Vari-ND buat menurunkan kecepatan rana (shutter speed).
Di kamera muncul info kecepatan rananya 1/10 detik. Ya nggak begitu slow sih. Tapi karena itu aku yakin bisa motret tanpa perlu bantuan tripod alias hand held.
Nah, pas aku mau menjepret untuk yang kedua kali, terjadilah peristiwa yang menorehkan “kenangan indah” itu…
Filter Vari-ND-nya jatuh!
Filter Vari-ND-nya jatuh dari atas jembatan!
Filternya jatuh.
Kena batu.
Terus PLUNG masuk sungai.
Indah sekali toh? #senyum.lebar
Pikirku pas menyaksikan filter Vari-ND jatuh bebas, “Waduh, alamat beli filter baru ini!”, hahaha. #senyum.lebar
Setelahnya aku berusaha untuk menenangkan hati, “Ya, sudahlah. Toh ini bukan pertama kalinya pas bersepeda makan korban filter.”
Tapi, sewaktu aku hendak mengayuh Trek-Lala menjauhi jembatan mendadak kepikiran, “Yakin ikhlas filter 1,5 juta ditinggalin gitu aja?”
Filter yang harganya satu setengah juta rupiah lho….
Akhirnya aku nyerah! (Sekaligus penasaran juga sih #hehehe)
Trek-Lala aku rebahkan di dekat pagar jembatan. Dengan hati-hati aku menuruni tebing menuju dasar sungai sambil nggerundel,
“Duh! Ada-ada aja sih kejadian hari ini sampai ada adegan filter jatuh masuk ke sungai segala!” #hehehe
Ya, filternya bisa jatuh ke sungai itu ya salahku juga sih. Waktu itu aku motretnya nggak hati-hati. Filternya cuma aku pegang aja di depan lensa. Maklum, pas bersepeda kan bawaannya capek. Pas motret pikirannya yang ada buru-buru supaya cepet beres. Hehehe. #hehehe
Ndilalah di dalam sungai aku mendapati kenyataan yang mencengangkan!
Filter Vari-ND-nya masih utuh!
Filter Vari-ND-nya nggak remuk!
Kuperhatikan permukaan kacanya juga nggak tergores. Eh, bukan kaca sih. Lebih tepatnya plastik yang menyerupai kaca. Mungkin itu sebabnya filternya nggak remuk pas kena batu sebelum nyemplung ke dalam sungai.
Walau demikian body filter-nya agak kegores sedikit sih. Tapi ya syukur masih bisa diputar-putar.
Tapi rupanya di antara celah filter ternyata ada air yang merembes masuk. Alhasil, hasil fotonya jadi agak blur-blur gitu deh.
Awalnya aku pikir filter Vari-ND-nya bakal nggak bisa digunakan untuk selama-lamanya. Tapi, setelah aku simpan di dry box selama berhari-hari, ternyata air yang merembes di celah filter menghilang dan filter bisa kembali digunakan normal.
Alhamdulillah! #senang #senyum.lebar
Hingga hari ini, filter Vari-ND yang harganya satu setengah juta rupiah itu kondisinya masih baik-baik saja. #senyum.lebar
Aku senang motret.
Aku juga senang bersepeda.
Tapi, kalau keduanya digabungkan seringnya yang ada malah jadi bencana, hahaha. #senyum.lebar
Sudah banyaklah peralatan foto yang jadi korban pas aku bawa bersepeda. Mulai dari filter, tripod, lens hood, dsb yang seakan-akan menjauhkan kesan bahwa fotografi itu hobi mahal yang mana benda-bendanya harus diperlakukan secara hati-hati, hahaha. #senyum.lebar
Tapi setelah aku pikir-pikir, mungkin itulah resikonya ketika bertualang di alam bebas sambil membawa peralatan fotografi. Kalau mau aman 99% ya barangkali motretnya di dalam rumah saja ya? Hehehe. #hehehe
Dan ya… untuk ke depannya semoga nggak ada lagi jembatan yang menorehkan “kenangan indah” yang ada kaitannya dengan korban peralatan fotografi. #senyum.lebar
Salam jepret dan tetap blusukan di pelosok Kulon Progo! #senyum.lebar
Siap-siap nyetok Indomie demi penghematan Mas wkwkwk.
Tapi bener sih Mas. Resiko bawa kamera dan peralatan ke alam bebas memang lumayan... kudu ati-ati.. meskipun terbayar dengan jepretan yang eksotis.. kamera yang dulu kalau jatuh sama kecipratan air ya sudah pengalaman lah... hahaha
Iya, itu resikonya tinggi. Jadi mending kameranya disimpan di rumah saja ya? Hahaha. :D
lagi :D
Ga peduli lagi harganya berapa. Yg
penting ga motong uang beras
wkwkwk
embung yg ketinggalan waktu dulu itu,
siapa tau masih ada hehehe