HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Kedelai dan Tragedi di Pantai Buyutan

Jumat, 23 Oktober 2015, 10:24 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Masih pukul setengah tujuh pagi, tapi matahari cepet banget merambat ke atas kepala. Rencana awal hengkang pukul tujuh pagi dari Pantai Klayar akhirnya dipercepat jadi sekarang. Soalnya, Aku, Pakdhe Prap, sama Mas Pitra masih punya misi ke satu pantai lagi di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur yang searah dengan jalan pulang ke Jogja.

 

Namanya pantainya itu Pantai Buyutan. Letaknya di Desa Widoro, Kecamatan Donorejo. Awalnya sih mau motret Pantai Srau. Tapi karena pencahayaan mataharinya kurang bersahabat, akhirnya dipilih lah Pantai Buyutan. Sebab, di Pantai Buyutan ini ada objek unik yaitu karang yang berdiri kokoh di tengah laut. Kalau motret langit kurang menarik, kan motret karang bisa jadi menarik, hehehe. #hehehe

 

Dari Pantai Klayar ke Pantai Buyutan cuma terpaut jarak sekitar 5 – 6 km dengan waktu tempuh paling ya sekitar 15 menit-an. Dari jalan raya beraspal belok kiri masuk jalan kampung cor-coran semen. Beberapa ratus meter sebelum bibir pantai kami dikejutkan oleh pemandangan cantik di bawah ini.

 

Subhanallah!

 

 

Tanaman apakah itu? Kedelai! Nama latinnya Glycine max.

 

 

Jadi kepikiran lagi. Negeri ini kan konsumsi kedelainya lumayan tinggi. Dari data tahun 2012, konsumsi kedelai kita itu sekitar 2,9 juta ton. Sedangkan produksinya hanya 850 ribu ton. Lha terus dari mana 2 juta ton kedelai sisanya? Ya IMPOR lah! Itu tempe dan tahu murah-meriah yang kita makan sehari-hari sebenernya ya “barang impor”. Sedih ya...

 

Lha kenapa kok kita bisa kekurangan 2 juta ton kedelai yang mesti diimpor? Apa konsumsi kedelai kita memang ketinggian banget? Ya... sebenernya sih nggak juga. Dari data diketahui kalau produktivitas kedelai kita “hanya” sekitar 1.500 kg per hektar. Ini angka yang tergolong rendah kalau dibandingkan produktivitas kedelai di Brazil yang mencapai sekitar 3.000 kg per hektar.  

 

Kok bisa produktivitas kedelai kita rendah? Ada banyak faktor penyebabnya. Faktor utama sih karena kedelai itu tanaman daerah subtropis. Jadi, kalau ditanam di daerah tropis seperti Indonesia hasilnya ya kurang bagus. Ini nasibnya sama seperti gandum yang susah hidup di Indonesia (tapi kita sering makan roti dan mie, hehehe #hehehe). Selain itu ada juga faktor lain seperti menyusutnya lahan pertanian serta penerapan teknologi budidaya yang masih rendah.

 

Sumber:

http://www.bappenas.go.id/files/3713/9346/9271/RPJMN_Bidang_Pangan_dan_Pertanian_2015-2019.pdf

http://agrinews-pubs.com/Content/News/Markets/Article/Brazil-edges-U-S--in-soybean-crop-production/8/26/9702

 

Puas motret-motret ladang kedelai, saatnya lanjut ke Pantai Buyutan. Soalnya, ini kan masih di tengah jalan, hahaha. #senyum.lebar

 

 

Mobil yang kami tumpangi nggak bisa mendekat sampai ke bibir pantai. Itu karena bibir pantainya di dasar tebing sementara lokasi parkirnya ada di atas tebing. Sebenernya sih sudah ada jalan semen dari lokasi parkir ke pantai yang muat dilewati mobil. Tapi nggak tahu kenapa waktu itu jalannya dipalang, nggak boleh buat lewat kendaraan.

 

 

Sepintas Pantai Buyutan ini mirip-mirip sama Laut Bekah dan Uluwatu. Semisal ini di Bali mungkin sudah banyak investor yang membangun semacam restoran atau resort di pinggir tebing. Soalnya pemandangan dari atas tebing ini lumayan cantik.

 

 

Eh, tapi semoga saja nggak ada orang berduit yang niat membangun resor di sini deh. Nanti jadi nggak alami lagi dan masak kalau mau lihat pemandangan indah mesti membayar. Amit-amit...

 

Pakdhe Prap cuma motret dari atas tebing dekat sama lokasi parkir. Jadi, yang turun ke bibir pantai hanya aku dan Mas Pitra. Usai mendarat di bibir pantai, masing-masing dari kami pun berpisah nyari lokasi motret. Aku sendiri bergerak ke sisi barat menuju karang gede banget di laut yang bentuknya menarik itu.

 

 

Aku kepikiran ide buat motret slow speed laut. Terinspirasi sama foto-foto kerennya bro Aziz Hadi. Jadi aku pasang tripod, filter ND, dan jongkok persis di belakang kamera sambil nunggu rana menutup.

 

 

Eh, tiba-tiba ada ombak gede banget datang dari arah depan! Aku sih sudah jaga-jaga karena motret laut pas kondisi menjelang pasang naik ini bahaya banget (apalagi slow-speed).

 

DSLR yang masih nempel di tripod langsung aku angkat dari pasir. BYUUR! Ombak gede banget bikin basah celana sampai ke pangkal paha. Untung kamera sudah diangkat jadinya nggak kena air laut deh.

 

Selamat... Selamat... pikirku.

 

...ya baru pikirku...

 

BYUUR!

 

Ombak datang dari arah samping. Kena batu karang. Percikan airnya terbang tinggi.

 

... What the ...!

 

Singkat cerita, dalam kurun 1 menit semenjak kejadian aku menjauh dari bibir pantai. Melepas baterai kamera. Menyimpan kartu memori. Melap lensa dan kamera. Serta berusaha menguatkan hati untuk menerima kenyataan bahwa DSLR-ku mati total.

 

... Hiks ...

 

Tapi aksi foto-foto masih tetap jalan lho! Soalnya kan aku bawa cadangan kamera poket Nikon Coolpix S3500, hehehe #hehehe. Belajar dari pengalaman, kali ini motretnya nggak dekat-dekat sama ombak deh! #senyum.lebar

 

 

Lha terus gimana nasibnya kamera yang mati total itu?

 

“Anu Pak, DSLR saya nggak bisa nyala.”, ujarku ke Pak Tumijo

“Lha kenapa e Mas?”

“Kena air laut Pak...”

“Kameramu minta pensiun kali Mas.”, Pak Tumijo senyam-senyum.

 

Rawat inap nyaris 1 bulan dengan ongkos Rp200.000 dan Alhamdulillah DSLR-ku hidup lagi. Fiuh...

 

Besok-besok kalau motret di pantai lagi, DSLR-nya aku tutup pakai plastik deh.

 

Pembaca kalau mampir Pacitan, sempatkan mampir ke Pantai Buyutan yah! Di sana banyak objek karang yang menarik untuk dipotret slow-speed. Tapi ya hati-hati pas motret supaya nggak ada tragedi, hehehe #hehehe.

NIMBRUNG DI SINI