HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Candi Lumbung

Senin, 6 Oktober 2008, 16:57 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Selasa siang (30/9/2008), seiring dengan napas dan tenaga kami yang mulai terkuras setelah menjelajah Candi Sewu dan Candi Bubrah, aku dan Andreas memutuskan mengakhiri penjelajahan hari ini di Candi Lumbung.

 

Candi Lumbung terletak sekitar 300 meter di selatan Candi Bubrah dan masih berada di kompleks Taman Wisata Candi Prambanan. Secara administratif Candi Lumbung ini berada di wilayah Dukuh Tlogo, Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

 

Candi Lumbung adalah candi yang berlatar belakang agama Buddha. Diberi nama Candi Lumbung karena wujudnya mirip lumbung padi.

 

Candi Lumbung memiliki satu bangunan candi induk yang menghadap ke arah timur dan 16 candi perwara (pendamping). Sejumlah empat candi perwara terletak di 4 penjuru mata angin dan mengelilingi bangunan candi induk.

 

Saat kami berkunjung, bangunan induk Candi Lumbung sedang mengalami pemugaran berat. Kenapa aku menyebutnya sebagai berat, karena pada saat itu bangunan candi induk sedang tidak berada pada tempatnya semula.

 


Lho bangunan candinya mana?

 

Tenang! Bangunan induk Candi Lumbung tidak rubuh dan juga tidak dicuri orang kok! Bangunan induk Candi Lumbung dibongkar untuk sementara karena pondasi Candi Lumbung sedang diperkokoh dengan beton. Mungkin untuk memperbaiki kerusakan pasca gempa tahun 2006 silam dan juga antisipasi bila bencana serupa terulang lagi.

 


Batu-batu candi induk dipindah tempat untuk sementara.

 


Arca yang ada di dalam bangunan candi induk.

 

Kami menyambut positif langkah yang dilakukan oleh BP3 Jawa Tengah ini, mengingat kerusakan yang diderita bangunan induk Candi Lumbung pasca gempa bumi 27 Mei 2006 silam sudah cukup parah. Semoga proses pemugaran candi induk ini berlangsung tanpa kendala.

 

Kapan ya kami bisa menyaksikan bangunan Candi Lumbung berdiri utuh kembali?

 

[UPDATE!] Ikut Meneliti Batu

Ternyata perjumpaanku dengan Candi Lumbung nggak terhenti sampai di sini!

 

Pada bulan Maret – April 2009, salah satu sohib karibku, Irsyad "Upil" Ardhi, mengajak aku untuk membantu tugas akhirnya yang berjudul "Karakteristik Tanah Pengisi Susunan Batu Candi Lumbung Dalam Tinjauan Fisik, Mekanik, dan Kandungan Mineral"

 

Wew, panjang juga judul tugas akhirnya! #hehehe

 

Awal mulanya begini. Saat pembongkaran bangunan induk Candi Lumbung, tim pemugaran menemukan tanah di sela-sela batuan candi. Lha kok bisa ya ada tanah di situ?

 

Penasaran, pihak BP3 Jawa Tengah pun meminta bantuan dari Fakultas Teknik UGM untuk meneliti tanah tersebut. Nah, penelitian tersebut diampu oleh Irsyad sebagai bahan tugas akhirnya, begitu, hehehe. #hehehe

 


Sela-sela batu tempat ditemukannya tanah.

 


Tanah yang diduga berasal dari masa lampau.

 

Ini menjadi topik yang menarik karena ada dugaan bahwa tanah yang ada di sela-sela batu candi tersebut berasal dari masa lampau. Dugaannya, saat pembangunan Candi Lumbung disisipkan tanah diantara celah batu candi yang fungsinya untuk meminimalkan pergeseran batu.

 

Sebagai langkah awal, kami menyambangi Pak Timbul Haryono selaku dosen Arkeologi UGM di kediamannya, Desa Kebondalem Kidul. Pak Timbul menyangkal bahwa tanah itu berasal dari masa lampau. Karena secara logis nggak mungkin tanah digunakan sebagai isian nat, karena ukuran nat relatif sempit dan tanah lempung nggak punya kekuatan untuk menahan gesekan antar batu yang beratnya beratus-ratus kilogram. Bisa jadi tanah itu adalah tanah endapan yang terbawa angin dan mengendap di bebatuan candi selama beratus-ratus tahun.

 


Kalau batu candi terkena air terus-menerus bisa ditumbuhi tanaman dan jadi lapuk.

 

Nggak puas dengan jawaban Pak Timbul, kami pun menyambangi TKP Candi Lumbung dengan ditemani oleh petugas BP3 yang cantik-cantik, mbak Tika dan mbak Wiwied. Dari penjelasan mbak-mbak itu diketahui bahwa tanah itu kemungkinan dipergunakan di bebatuan luar untuk menahan air memasuki bagian dalam candi. Sebab, bila air bisa merembes masuk ke batuan candi di bagian dalam maka batunya akan lapuk.

 

Tim pemugaran dari BP3 Jawa Tengah sendiri berencana untuk menggunakan tanah lempung menggantikan tanah pasir untuk isian Candi Lumbung kelak. Sebabnya, ya karena tanah lempung itu lebih kedap air.

 


Batu-batu candi induk sudah mulai ditata kembali.

 


Tanah di sekitar banguanan candi induk yang masih bergelombang.

 

Nah, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Isryad, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

 

  1. Tanah itu tidak bersifat kembang-susut.
  2. Tanah itu kurang kedap air.
  3. Tanah itu memiliki kuat geser yang cukup.

 

Anyway, terima kasih untuk Irsyad yang sudah memberi kesempatan buatku merasakan bagimana jadi peneliti batu (bisa bolak-balik masuk Taman Wisata Candi Prambanan gratis bok! #senyum.lebar).

 

Karena ilmu yang dipakai lebih banyak ke ilmu fisika, aku agak canggung pas ngobrol-obrol sama petugas BP3 karena aku nggak begitu menguasai ilmu fisika...hiks. Oh iya, selamat yah Syad, buat pendadarannya 28 April 2009 yang lalu! #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI