HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Candi Sewu

Senin, 6 Oktober 2008, 16:18 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Selasa (30/9/2008) adalah hari terakhir di bulan September yang juga merupakan hari terakhir di bulan Ramadhan. Di siang hari yang terik itu, aku bersama Andreas kembali melakukan jelajah candi. Kali ini candi yang kami tuju adalah Candi Sewu yang terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

 

Kalau dipikir-pikir-pikir-pikir lagi, perjalanan yang kami lakukan di hari terakhir bulan puasa itu memang sedikit kelewat wajar. Pertama, Andreas ingin sekali pergi ke Prambanan naik bus TransJogja. Alhasil, Andreas menitipkan sepeda motornya di rumahku dan kami pun berangkat menggunakan bus TransJogja jalur 1A yang singgah di Halte Malioboro.

 

Sesampainya di Prambanan, kami tidak langsung menuju Taman Wisata Candi Prambanan, melainkan mampir ke Desa Bugisan karena Andreas penasaran ingin melihat Candi Gana. Setelahnya, barulah kami melanjutkan perjalanan ke Candi Sewu dan semua itu kami lakukan dengan berjalan kaki!

 

Mantap sekali, puasa-puasa, siang-siang, jalan kaki keliling candi....

 

Ke Candi Sewu Tanpa Tiket Masuk!

Candi Sewu itu masuk di wilayahnya Taman Wisata Candi Prambanan. Jadi, untuk bisa berkunjung ke Candi Sewu secara formal harus melalui gerbang masuk Taman Wisata Candi Prambanan. Kalau pakai cara ini jelas kami mesti membayar tiket masuk sebesar Rp8.000 per orang dan Rp1.000 per kamera.

 

Tapi, karena kami ke Candi Sewu lewat jalur informal jadinya kami nggak perlu bayar tiket masuk deh, gyahahaha #senyum.lebar. Lha kok bisa?

 

Itu karena kami ke Candi Sewu lewat kantor pemugaran Candi Sewu yang terletak nun jauh di sisi utara Taman Wisata Candi Prambanan dengan berkedok sebagai warga desa Bugisan. Aku dapat trik ini pas KKN, kalau warga sekitar main ke candi masuknya gratis. #senyum.lebar

 


Candi Sewu yang disebut sewu karena saking banyaknya itu.

 

Candi Sewu Bernama Asli Manjusrigrha

Candi Sewu adalah candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur. Menurut prasasti batu di kompleks candi yang ditemukan pada tahun 1960, diperkirakan kompleks Candi Sewu dibangun pada abad ke-8 Masehi.

 

Prasasti tersebut menceritakan tentang penyempurnaan sebuah tempat suci bernama Manjusrigrha pada tahun 792 Masehi, yang pada saat itu merupakan era kekuasaan kerajaan Mataram Kuno dibawah titah Rakai Panangkaran dan Rakai Panaraban.

 

Nama Manjusrigrha diduga merupakan nama asli Candi Sewu. Arti dari manjusrigrha adalah rumah Manjusri. Yang disebut sebagai Manjusri adalah salah satu dewa di agama Buddha.

 

Di dalam beberapa bangunan candi perwara dapat ditemukan arca Buddha. Selain itu, di sisi-sisi beberapa candi perwara juga terukir relief dewa-dewi agama Buddha.

 


Relief dewa Buddha yang terukir di dinding candi.

 


Arca Buddha tanpa kepala yang menunggu Candi Sewu.

 

Jumlah 240 Candi Disebutnya 1.000 Candi

Masyarakat setempat menyebut candi ini sebagai Candi Sewu (sewu = seribu dalam bahasa Jawa) karena jumlah candi-candi perwara (pendamping) yang teramat banyak. Orang Jawa itu kan terbiasa mencacah sesuatu yang teramat banyak dengan asal sebut bilangan seribu atau sewu. #hehehe

 

Kalau dihitung secara teliti, sebenarnya jumlah candi perwara di kompleks Candi Sewu ini hanya berjumlah 240 candi. Jadi memang betul kan bilangan 1.000 itu sebenarnya hanya asal sebut. #senyum.lebar

 


Candi-candi perwara yang masih hancur berserakan.

 


Pondasi candi perwara yang akan diteliti lebih lanjut.

 

Disamping candi perwara yang jumlahnya ratusan, kompleks Candi Sewu memiliki 8 candi apit dan 8 arca Dwarapala. Arca-arca Dwarapala ini berada di ujung awal jalan-jalan utama yang mengarah ke bangunan candi induk. Bangunan candi induk sendiri memiliki pintu masuk yang menghadap ke arah barat sebagaimana ciri khas candi Buddha pada umumnya. Sayang kami tidak dapat memasuki bilik candi induk karena sedang mengalami perbaikan pasca gempa 27 Mei 2006 silam.

 


Arca Dwarapala yang menjaga jalan utama menuju candi induk.

 


Bangunan induk Candi Sewu yang masih dalam tahap perbaikan karena gempa tahun 2006 silam.

 

Kalau melihat dari 10 buah candi perwara sekaligus candi apit yang telah selesai dipugar, kapan ya sekiranya kami bisa menyaksikan seluruh 240 candi perwara itu purna pugar? Apakah dengan demikian keindahan Candi Sewu ini akan mengalahkan Candi Borobudur? Ah, marilah kita tunggu 5-10 tahun ke depan bakal seperti apa wujud Candi Sewu.

 

Pembaca kalau mampir ke Candi Prambanan jangan lupa berkunjung ke Candi Sewu ya! Tapi lewat jalur resmi ya, hehehe. #hehehe

NIMBRUNG DI SINI