Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Ada banyak alasan yang membuat seorang pria rela berakhir pekan dengan bersepeda nanjak sepanjang Jl. Kaliurang, Jogja. Seperti nyari sarapan Soto Holywood, hang out di Warung Ijo, menaklukkan Tlogo Putri, atau mungkin... demi sepercik air Pancuran Dewi Peri?
Eh, Dewi Peri?
Itu nama mahasiswi yang nge-kos di Jl. Kaliurang ya?
Waaah... kuliah di mana tuh si Dewi?
HEH! BUKAN!
Dewi Peri itu bukan nama orang! Bukan pula nama bidadari, penghuni kahyangan, apalagi dhemit! Dewi Peri itu akronim nama sebuah desa wisata yang ada di Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, yaitu Desa Wisata Pentingsari.
Tuh kan, makanya jangan berpikir yang aneh-aneh dulu... #hehehe
Minggu Pagi ke Dewi Peri
Yang boleh dibilang aneh adalah kelakuan aku dan Paris yang bersepeda ke Dewi Peri di hari Minggu pagi (26/1/2014). Sebetulnya ini bukan hal yang aneh juga sih. Sebab, di hari Minggu pagi seringnya Jl. Kaliurang ramai oleh para pesepeda yang berpacu menuju Warung Ijo Pakem di km 17.
Warung Ijo memang menggoda perut, tapi tujuan kami kali ini jelas bukan ke sana. Agak naik “sedikit” di sekitar Jl. Kaliurang km 21. Di sana itu ada pertigaan menuju dam Kali Kuning yang tembus ke arah Kaliadem dan Merapi Golf.
Nah, sehabis menyebrang dam Kali Kuning itu kami menyusuri jalan cor-coran semen ke arah selatan. Di sanalah lokasi Dewi Peri berada.
Selepas menyusuri jalan kampung yang panjangnya sekitar 1 km kurang sedikit, kami berjumpa dengan suatu pertigaan seperti yang ada pada foto di bawah ini.
Asal tahu saja ya Pembaca, di pertigaan ini kami disambut oleh aroma kotoran ayam yang... baunya busuk sebanget-bangetnya bau busuk! Sebab, dekat pertigaan itu ada peternakan ayam. Jadi, asal Pembaca sudah mencium bau busuk kotoran ayam... berarti Pembaca tidak nyasar! #senyum.lebar
Sudah, sudah! Mari tutup saja hidung kita rapat-rapat ya! #hehehe
Selang beberapa meter dari pertigaan, kami dapat sambutan lagi. Untungnya kali ini bukan sambutan yang busuk-busuk. Hanya berupa sambutan dari papan kayu biasa kok.
.... Eh, ternyata China itu dekat dengan Sleman ya? Aku pikir pergi ke China itu mesti punya modal paspor sama tiket pesawat. Ternyata, cuma bersepeda sejauh 21 km saja sudah bisa langsung sampai ke China. Wow!
Kata Papan Dewi Peri
.... Ternyata, papan-papan ini adalah hasil karyanya KAMARIN UGM. Yang disebut ini, sepertinya semacam himpunan mahasiswa Prodi Bahasa Mandarin dari Sekolah Vokasi UGM.
Hmmm, apakah Dewi Peri sering jadi tujuan wisata turis China ya?
Nah, untuk memudahkan menjelajah Dewi Peri, sebaiknya kita berkumpul dulu di Ji He Di Dian yang dekat dengan Qing Zhen Si. Duh, apa lagi itu?
Eh maaf, maksudku kita kumpul dulu di titik kumpul dekat masjid. Di sana kita bisa mematangkan rencana hendak menjelajah ke mana sambil melihat peta wisata... yang sudah pudar. Hadeh....
Syukurlah papan kayu yang mengarah ke pancuran masih tampak cetho. Walaupun papan kayunya jelas, tapi untuk sampai ke pancuran itu bukan perkara mudah! Kalau malu bertanya ke warga, siap-siap saja nyasar di jalan-jalan kampung yang bercabang-cabang. Apalagi, aku dan Paris kan hobi nyasar kalau pergi berdua. #hehehe
Berkat naluri Paris, akhirnya kami menemukan jalan setapak menuju pancuran. Papan usang bertuliskan “Pancuran” menjadi penunjuk bahwa kami tidak nyasar lagi. Sepeda pun kami parkir di dekat sana.
Untuk ke pancuran lebih enak jalan kaki, karena medannya lumayan menantang: tebing, hutan, dan semak seperti foto di bawah.
Sekitar 15 menit berjalan kaki, kami pun sampai di Pancuran Suci Sendangsari, yang katanya sih tempat bertemunya Dewi Nawang Wulan dan Joko Tarub. Katanya lagi, air dari pancuran ini berkhasiat bikin awet muda. Tapi aku sangsi. Sebab, aku sempat ngicip airnya sedikit dan nggak berapa lama perutku jadi mules-mules. Duh, ini karena laper apa airnya kotor ya?
Tapi, aku percaya tempat ini lumayan mistis. Sebab, beberapa kali aku mencium semerbak bau wangi. Pastinya sih bukan berasal dari aku dan Paris. Lha wong kami ini mandi saja belum #hehehe. Apa mungkin Dewi Peri kebetulan pas lagi lewat ya?
Air Terjun Mungil Dewi Peri
Selepas kembali ke tempat sepeda diparkir, Paris ngajak nyari sarapan sedangkan aku masih penasaran dengan satu tempat bernama grojogan. Katanya sih mirip air terjun mungil.
Kami berdua sempat adu pendapat perihal lokasi grojogan. Menurutku, lokasi grojogan dekat dengan pancuran. Sedangkan Paris malah berpikir sebaliknya. Yang jelas, Paris bersikukuh nggak mau balik lagi ke lokasi pancuran.
Ah, coba saja tampilan peta desa wisata masih jelas....
Paris kemudian menyarankan untuk mencoba menyusuri aliran Kali Kuning. Eh, ternyata benar apa yang disarankan Paris! Yang disebut sebagai grojogan adalah kucuran air sungai Kali Kuning yang jatuh mengalir dari dam lahar dingin.
Dilihat dari penampakannya sih ya pantas lah disebut air terjun mungil. Hanya saja aliran airnya tidak begitu deras. Semisal pun terjadi banjir lahar dingin, besar kemungkinan grojogan-nya bakal lenyap.
Ya sudahlah. Daripada Paris makin ngambek karena makin kelaparan, alhasil kami berdua pun pamit pulang dari Dewi Peri. Kembali bersepeda lagi ke Jl. Kaliurang dan lantas sarapan di warung Soto Sapi Sorgapuro di Jl. Kaliurang km 12.
Apa Pembaca tahu pancuran dengan lokasi, cerita, dan khasiat yang mistis seperti ini? Dan mungkin juga... pernah ngicip airnya dan jadi sakit perut? #senyum.lebar
banyak juga ya .. cerita2 tentang air yang dibilang bisa bikin awet muda ...
tinggal disana emang ada aura aura gimanaaa gitu...
desa pentingsari ini gak bakal jadi desa paling penting di dunia kalau ada desa namanya
desa \"penting\"
btw kok komenku gak penting ya? abaikan saja, hehe
Ayahku malah terakhir kemarin nyepeda sampe tempatnya Mbah Marijan, pakai sepeda yg biasa aku pakai. Mantap bener.
Btw, warung ijo itu apa, Mas? Warung brongkos kah?
Biasanya sih kalau arah ke sana istirahat di Pakem dulu. Ya di Warung Ijo itu yang di pinggir jalan raya, yang jual Brongkos sama aneka jajanan itu.
dicatat ini, .... jng ajak mas PAris saran di petigaan kandang ayam lho mas )
penting di dunia :O
yg unik papan petunjukkan ada tulisan cinanya :D