HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Rasa Arab di Curug Cilember

Sabtu, 18 Januari 2014, 10:34 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Kemarau yang belum beranjak pergi dari bulan Oktober (lagi-lagi) memupuskan anganku untuk menyambangi sejumlah air terjun yang tersebar di sekitar Jogja. Aaah! Aku sebenarnya pingin banget ke air terjun! Tapi, apa ya ada air terjun yang masih mengucurkan air di musim kemarau ini?

 

Kebetulan, di hari Jum’at (11/10/2013) silam aku sedang di Jakarta, menghadiri acara keluarga. Kesempatan langka bisa keluar dari Jogja ini aku manfaatkan untuk numpang singgah di air terjun. Tentu bukan air terjun di Jakarta, melainkan air terjun di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

 

Kenapa? Pertama, DKI Jakarta tidak punya air terjun #hehehe. Kedua, Bogor relatif dekat dari Jakarta. Ketiga, aku percaya kalau Bogor masih diguyur hujan walau di musim kemarau sekalipun, hahaha. #senyum.lebar

 

Air terjun sasaranku adalah Curug Cilember yang letaknya di Desa Cilember, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Untuk menuju Curug Cilember bisa menggunakan angkutan umum seperti yang diceritakan di blog ini. Aku sendiri memilih naik mobil pribadi bersama Bapak dan Ibu.

 

Rute Dari Jakarta ke Curug Cilember Tanpa Macet?

Rute menuju Curug Cilember tergolong mudah diingat.

 

  1. Dari Jakarta menuju Kecamatan Ciawi di Kabupaten Bogor lewat jalan tol Jagorawi. Ciawi itu letaknya di ujung jalan tol Jagorawi yaitu di kilometer ke-46.
     

  2. Dari gerbang tol Ciawi ikuti Jl. Raya Puncak sekitar 5 km. Setelah lewat Restoran Cimory Riverside nanti ada papan petunjuk “Jl. Cilember” di sisi kiri jalan. Harap bersabar ya, sebab Jl. Raya Puncak ini sering macet, hahaha. #senyum.lebar

     


    Kalau ketemu papan ini di Jl. Raya Puncak ya belok kiri.

     

  3. Dari Jl. Cilember ke Curug Cilember jaraknya sekitar 3 km. Lewatnya jalan kampung yang sempit. Di beberapa tempat untuk simpangan dua mobil lumayan susah. Yang bikin tambah seru lagi adalah banyak truk ikutan lewat sini, hahaha. #senyum.lebar

     


    Di jalan kampung yang sempit ini ada tikungan yang patut diwaspadai.

     


    Jalan kaki dari curug ke jalan raya bisa kok, cuma 1,5 km.

     

Tarif Biasa atau Spesial?

Tarif masuk Curug Cilember adalah Rp20.000 per orang. Sedangkan tarif parkir kendaraan roda empat Rp10.000. Uniknya, tiket parkirnya itu dicetak mirip tiket masuk pusat perbelanjaan. Eh? Ini air terjun atau mall ya?

 


Untung bukan tarif parkir per jam.

 

Selain tarif-tarif yang aku sebut barusan, juga ada tarif khusus. Rincian tarif ini terpampang di loket masuk. Untuk foto pre wedding misalnya Rp300.000. Untuk shooting video kalau tidak salahRp600.000. Sedangkan untuk foto komersil kalau tidak salah Rp150.000. Apa ada Pembaca yang tahu tarif fotografi di Curug Cilember yang paling baru ya?

 

Satu lagi tarif yang tergolong unik, yaitu tarif masuk sebesar Rp50.000 per orang yang ditulis dalam aksara arab “gundul”. Eh, apakah warga di sekitar Curug Cilember menggunakan bahasa Arab ya?

 


??? Nggak ada tanda bacanya. Pembaca ada yang mengerti?

 

Ternyata bukan. Warga setempat mayoritas ya orang Sunda yang berbahasa Sunda. Namun, hampir seluruh pengunjung Curug Cilember ini adalah orang Arab! Wow! Serasa sedang di Arab saja. Hanya kurang ontanya saja ini. #hehehe

 

Orang Arab di Dalam Hutan?

Menurut penuturan warga setempat, umumnya orang-orang Arab menjamuri tempat wisata ini pada musim haji. Sebabnya, pertama di negeri Arab sana mereka sedang libur bertepatan dengan musim haji. Kedua, sebagian besar hunian mereka digunakan sebagai penginapan jemaah haji. Ketiga, tarif berkunjung ke Indonesia lebih murah dibanding negara lain karena mereka “menumpang” pesawat yang semula mengangkut ribuan jemaah haji Indonesia.

 

Kebetulan, Idul Adha jatuh pada hari Selasa (15/10/2013) yang tinggal 4 hari lagi. Maka dari itu, nggak heran kalau banyak orang Arab di sini. Umumnya mereka mencari tempat wisata yang sejuk seperti di Bogor, karena toh di negara asal mereka hawanya kan panas.

 


Orang Arab mengungsi ke hutan nyari yang sejuk-sejuk. Di sini boleh kamping juga lho.

 

Oke Pembaca, mari balik lagi dari Arab ke Curug Cilember! #senyum.lebar

 

Sudah Cukup Sampai Curug 7?

Seperti yang tertera di papan informasi dekat loket masuk, di kawasan wisata ini terdapat 7 air terjun dan hanya satu yang tidak bisa diakses karena tidak ada jalannya. Curug-curug ini diberi urutan nama yaitu curug 1 sampai dengan curug 7.

 


Sekadar info, fasilitas di kawasan ini lumayan lengkap lho.

 

Curug yang paling dekat dan paling manusiawi aksesnya adalah curug 7. Jaraknya hanya sekitar 300 meter dari loket masuk dengan medan jalan batu kali yang tertata apik. Curug 7 ini berdampingan dengan curug 6.

 


Curug 7 yang paling rame. Di sini bisa berenang lho. Di foto juga ada yang lagi semadi.

 

Katanya, dengan mandi di curug 7 ini dapat memberikan banyak khasiat seperti awet muda, gampang dapat jodoh, banyak rejeki, mengobati banyak penyakit, dan menambah kekuatan. Alamak! Jika benar mungkin warga sekitar curug 7 sudah jadi orang terkeren se-Indonesia, hahaha.#senyum.lebar

 


Pembaca mau nyoba? #senyum.lebar

 

Selesai foto-foto di curug 7 sebenarnya aku pingin segera pulang. Maklum Bapak waktu itu sedang kurang sehat, jadi hanya aku dan Ibu yang trekking ke curug 7. Eh ndilalah Ibu pingin melanjutkan perjalanan ke curug 5. Ibu terprovokasi oleh seorang pengunjung yang bilang kalau curug 5 itu jaraknya lumayan dekat dengan curug 7.

 

“Katanya jalannya nanjak dan agak rusak Le.”, terang Ibu

 


Bareng Ibu yang semangat trekking ke curug 5.

 

Mendaki Lagi ke Curug 5?

Benar saja, medan jalan menuju curug 5 itu berbalik 180 derajat dari medan jalan ke curug 7. Kalau istilahku sih, welcome to the jungle!” Karena ya, memang benar-benar mendaki, masuk hutan, dan menapak jalan tanah.

 

Umumnya pengunjung yang trekking ke curug 5 itu yang muda-muda. Lha ini Ibu kan sudah lansia, apa ya kuat? Ternyata ya kuat lho! Malah aku yang ngos-ngosan. Benar-benar supermom lah Ibuku satu ini. Jangan-jangan pas mudanya dulu kelakuannya mirip anaknya ini, doyan keluar-masuk hutan, hahaha. #senyum.lebar

 


Curug 5 yang sepi.

 


Anak curug dari curug 5.

 

Pengunjung curug 5 sendiri sih tidak sebanyak di curug 7. Meskipun begitu ada juga warga yang membuka usaha warung di sekitar curug 5 ini. Baguslah bisa jadi tempat istirahat sembari mengisi ulang bahan bakar perut yang menipis seusai trekking dari curug 7.

 

Dari curug 5 kami turun menuju area kios-kios wisata. Nah, di sini ada cabang jalan menuju curug 1, 2, 3, dan 4. Tapi kami tidak menyempatkan trekking ke sisa curug tersebut. Sebab waktu itu sudah terlampau sore dan kabut mulai turun.

 


Satu-satunya "SPBU" di kawasan curug 5.

 

Udahan ya?

Sesampainya kami di parkiran dan berkumpul lagi dengan Bapak, hujan deras mendadak turun. Ah, inilah hujan pertama yang aku rasakan di awal musim penghujan 2013-2014. Semoga dengan hujan yang turun ini curug-curug yang semula mengering jadi kembali berair lagi ya Pembaca!

 

Pembaca apa pernah ke Curug Cilember ini? Mungkin menjajal semua curug-curugnya? Apa pembaca pernah bertemu dengan warga Arab di pelosok Indonesia macamnya di Bogor ini ya? Hehehe. Hmmm, saya baru ngeh kenapa banyak yang mengabarkan kalau di kawasan puncak sering ada wanita lokal yang dikawin kontrak dengan warga Arab.

NIMBRUNG DI SINI