Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Sore hari, duduk-duduk memandang lautan lepas, menanti matahari terbenam.
Kalimat di atas terdengar indah dan damai ya Pembaca? #senyum.lebar
Itulah yang aku, Mbah Gundul, Paris, Pakdhe Timin, dan Ari lakukan pada Kamis (15/11/2012) silam. Sungguh suasana yang menghanyutkan. Apalagi jika mengingat segala halang-rintang yang harus kami lalui untuk bisa sampai ke sini.
PEKOK di 1 Suro
Hari Kamis tanggal 15 November 2012 itu bertepatan dengan hari libur memperingati tahun baru Hijriyah ke-1434. Berhubung belum ada agenda PEKOK untuk November, maka aku mengusulkan ke teman-teman untuk ber-PEKOK-ria pada Kamis itu.
Tujuannya sih sederhana, sesederhana kalimat “Pantai di sebelahnya Parangtritis”. Aku juga nggak tahu ada pantai apa. Yang jelas tujuannya ya ke Pantai Parangtritis, lalu mencari pantai lain di sebelah Parangtritis, yang dekat saja, entah apa. Mudah toh?
Eh iya, karena menurutku medannya nggak berat-berat amat, aku memutuskan menunggang sepeda federal tua yang sebenarnya ... bannya bisa berputar kalau dikayuh saja itu sudah bagus #hehehe.
Etape 1, Dari Kota Jogja menuju Parangtritis
Sebenarnya, titik kumpulnya di perempatan Kantor Pos Besar. Tapi, berhubung bosan menunggu Pakdhe Timin yang tak kunjung datang, akhirnya titik kumpulnya “digeser” jadi ke Jl. Parangtritis dekat perempatan ringroad. Pakdhe Timin pun baru datang sekitar pukul setengah 9 pagi. Padahal janjian awalnya itu pukul 6 pagi di perempatan Kantor Pos Besar. #hehehe
Ngaret... ngaret... kalau nggak ngaret bukan Pakdhe Timin namanya... #hehehe
Secara umum, bersepeda sejauh 27 km menuju Pantai Parangtritis kondisinya lancar jaya. Di jalan kami berpapasan dengan sejumlah orang yang juga melewatkan hari libur ini dengan bersepeda ke Pantai Parangtritis.
Kami tiba di pantai Parangtritis sekitar pukul 10 siang. Setelahnya, langsung merapat ke sebuah warung makan sederhana untuk mengisi bensin perut.
Etape 2, Jl. Parangtritis – Panggang
Dari Pantai Parangtritis kami bertolak menuju Kecamatan Panggang di Kabupaten Gunungkidul. Jalan yang kami lewati ya masih jalan yang sama.
Mungkin banyak Pembaca yang belum tahu bahwa dari Pantai Parangtritis terdapat jalan aspal yang tembus ke Gunungkidul. Mudahnya, ikuti saja jalan aspal yang dilalui untuk sampai ke Pantai Parangtritis. Jika jalan ini diikuti terus nanti ya tiba di Gunungkidul kok.
Menurut patok jalan, jarak Parangtritis ke Panggang itu sekitar 15 km. Jika sebelumnya Jogja – Parangtritis yang berjarak 27 km itu kami tempuh kurang dari 1,5 jam, ya... logikanya jarak 15 km itu bisa ditempuh kurang dari 1,5 jam juga toh?
Tapi, sayangnya tidak demikian, karena wujud medan jalannya itu seperti foto di bawah ini.
Gilak! Benar-benar full tanjakan! #penyiksaan.dengkul.dimulai #hehehe
Bicara tentang tanjakannya, ya sebetulnya masih kalah jahanam dengan tanjakan legendaris semacam Tanjakan Cinomati atau Tanjakan Gua Kiskendo. Tapi, terik matahari yang sangat menyengat benar-benar menguras seluruh tenaga kami.
Eh, kecuali tenaganya Mbah Gundul ya. Dia kan sama sekali nggak berkeringat. #hehehe
Hal yang turut membenani pikiran selama bersepeda adalah informasi krusial dari warga yang kami jumpai. Katanya, tidak ada pantai di dekat sana selain Pantai Parangtritis. DOH!
Desa Girikarto yang sekiranya menjadi tujuan awal kami pun dikabarkan berada SANGAT JAUH dari kota Kecamatan Panggang. Padahal, kami saja belum masuk wilayah Kecamatan Panggang. #gawat
Entah di kilometer keberapa, kami berjumpa dengan papan petunjuk arah “3 km menuju Goa Cerme”. Mbah Gundul dan Paris pun protes, kenapa tadi nggak lewat Goa Cerme saja yang (menurut mereka) jaraknya lumayan dekat.
Sepertinya aku memang salah memilih jalan dan pantai. #duuh #hehehe
Pencerahan di Pertigaan Purwosari
Jarum jam menunjukkan pukul setengah 2 siang. Kami tiba di suatu pertigaan jalan di Kecamatan Purwosari.
Pertigaan jalan ini terletak di Jl. Parangtritis – Panggang km 13. Di sini jalan bercabang dua. Satu menuju Siluk (Imogiri). Satunya lagi kembali menuju Pantai Parangtritis.
Kami memutuskan untuk beristirahat di warung kelontong di dekat pertigaan. Sementara aku dan Paris menunaikan ibadah salat Zuhur, Mbah Gundul dan yang lain menggali informasi keberadaan pantai dari mas dan bapak pemilik warung kelontong.
Ndilalah ada kabar baik! Katanya, sekitar 7 km dari pertigaan ini ada pantai! Namanya Pantai Bekah. Walau kata mas warung kelontong, pantai ini nggak cocok jika disebut pantai.
Eh, maksudnya piye kuwi?
Ah! Apa punlah Pantai Bekah itu! Yang jelas kami tertarik ke sana!
Masak jauh-jauh dan capek-capek bersepeda ke sini nggak bertemu pantai selain Pantai Parangtritis sih? Misi PEKOK mosok berakhir gagal? #hehehe
Etape 3, dari Jalur Jalan Lintas Selatan menuju Pantai Bekah
Setelah semuanya siap, kami pun pamit dari warung kelontong. Sesuai arahan mas warung kelontong, kami mengambil cabang jalan menuju Pantai Parangtritis. Nggak seberapa lama, kami pun tiba di sebuah ruas jalan aspal yang lebaaar dan mulusss.
Hah!?
Kok bisa ada jalan raya bagus di pelosok Yogyakarta macam ini?
Ini jalan para siluman kah?
Ini masih di Jogja kan?
Kegirangan bertambah ketika berjumpa dengan patok jalan yang menyatakan jarak 10 km menuju Pantai Parangtritis. Yippy! Berarti jalan pulang sudah dekat!
Eh, tapi kan sebelum pulang kami harus mampir dulu ke Pantai Bekah. #hehehe
Konyolnya, karena keasyikan bersepeda di jalan aspal yang bagus itu, kami melewatkan cabang jalan menuju Pantai Bekah. Terpaksa deh balik lagi. #haduuh #hehehe
Untuk menuju Pantai Bekah, kami harus berbelok masuk ke Dusun Karangnongko. Warga di dekat gapura dusun memberitahu bahwa jarak ke Pantai Bekah tinggal 5 km lagi. Waaah, lega rasanya. #senyum.lebar
Eh, tapi ada tambahan informasi. Katanya, jalannya rusak.
Hah? Jalannya rusak?
Pikir kami, jarak 5 km itu kan lumayan dekat. Bisalah sampai ke Pantai Bekah. Nggak masalah jalannya rusak.
Kami pun bersepeda melewati jalan-jalan dusun. Memang ada proyek perbaikan di ruas jalan yang menghubungkan Dusun Karangnongko dan Dusun Temon. Pikir kami, ini toh yang dikatakan tadi sebagai jalan rusak? Cih, nggak ada apa-apanya ini mah!
Sayangnya, segala pikiran positif dan kegirangan kami hancur punah berantakan ketika tiba di ruas jalan yang menghubungkan Dusun Temon dan Pantai Bekah...
Menyadur dari perkatannya Ari,
“Di dunia ini ada dua jenis jalan hambatan Mas, yang satu jalan penyesalan dan yang satu lagi jalan penderitaan”.
Jalan penyesalan bisa diambil contoh seperti Jl. Parangtritis – Panggang yang kami lalui barusan. Jalannya panjang dan menanjak. Begitu tahu ada alternatif jalan yang lebih singkat dan bersahabat, muncullah rasa penyesalan “kenapa tadi lewat sini ya?”
Sedangkan jalan penderitaan ... mungkin lebih tepat jika digambarkan dari foto berikut.
Panjang jalan pada foto di atas itu hanya “sekitar” 4 km kok. Tapi, kondisinya full rusak berbatu karang!
Bersepeda di jalan ini benar-benar menguji kesabaran dan kenyamanan! Kontur jalan yang bergeronjal-geronjal membuat tangan nyeri menahan goncangan. Menuntun sepeda pun tak mudah. Apa ya juga bakal menuntun sejauh 4 km itu? #hehehe
Parahnya lagi, kontur jalan ini menurun! Artinya, ketika pulang jalan ini bakal jadi TANJAKAN! #DOH Repot ini!
Untungnya, suasana jalan nggak sepi-sepi amat. Banyak warga yang berlalu-lalang. Entah berjalan kaki atau naik sepeda motor. Dari penampilannya, sepertinya mereka hendak menyambangi atau pulang dari ladang.
Keramahan warga bagaikan embun yang menyejukkan penderitaan PEKOK kami #hehehe. Ketika berpapasan, mereka acap kali bertanya “badhe tindak pundi Mas?”.
Bisa jadi mereka gumun menemui manusia yang bersepeda lewat jalan rusak ini. #hehehe
Tebing Bekah di Ujung Pulau Jawa
Alhamdulillah! Sekitar pukul 4 sore tibalah kami di Pantai Bekah! Eh, lebih tepatnya disebut Tebing Bekah.
Tempat ini benar-benar ujungnya pulau Jawa! Mirip seperti Cliffs of Moher di Irlandia gitu. Tapi, ini di Indonesia! Subhanallah ya Allah! Walaupun jalan ke sininya... Masya Allah! #hehehe
Karena tempat ini berwujud tebing, ya jangan harap bisa berjumpa dengan pantai. Jangankan pantai, pasirnya saja nggak ada! #senyum.lebar
Penasaran ada apa di dasar Tebing Bekah? Ini foto-fotonya.
Kata warga sekitar, Tebing Bekah ini terkenal sebagai lokasi memancing. Biasanya sih yang dipancing adalah lobster. Para pemancing lobster menyiapkan perangkap berumpan yang diikat pada tali tampar. Pada sore hari, perangkap ini dilempar ke laut dan ditinggal. Keesokan paginya, perangkap ditarik kembali.
Di kawasan Tebing Bekah berdiri dua pondok pemancingan yang disediakan sebagai tempat beristirahat. Pondok-pondok itu dibangun oleh AA YKPN Fishing Club dan KTNA. Siapa pun boleh singgah di pondok-pondok itu dengan selalu menjaga kebersihan.
Salut untuk mereka yang mendirikan pondok di sini. Membawa material bangunan melewati jalan rusak itu saja pasti butuh perjuangan. #hehehe
Duduk-duduk di kursi pondok sambil memandang lautan lepas kala senja. Ah... indah nian. Katanya, jika beruntung dari Tebing Bekah bisa terlihat paus lewat lho. #senyum
Pulang, Pulang, Pulang!
Hari semakin beranjak sore. Beberapa pemancing berdatangan ke Tebing Bekah. Mereka berencana melewatkan malam di sini sambil memancing.
Sedangkan bagi kami, kasur empuk di rumah masih sangat jauh #hehehe. Akhirnya, sekitar pukul 5 sore, kami memutuskan untuk pulang.
Eeeh, berbeda dengan kami-kami yang dengkulnya masih waras #hehehe, Mbah Gundul malah menawarkan untuk menginap saja di kawasan tebing Bekah. Hiiih! Maaf ya Mbah! Dirimu saja yang menginap! Kami sih mau pulang ke rumah, hahaha. #senyum.lebar.
Kembali lagi deh melewati ruas jalan penderitaan yang kini berwujud tanjakan #full.nuntun.sepeda #bodo.amat.jarak.4.km #hehehe. Di tengah jalan aku sempat mengobrol dengan seorang ibu warga Dusun Temon yang pulang berladang. Lumayanlah meringankan penderitaan. #hehehe
Ibu itu bercerita, rencananya pada tahun 2013 jalan rusak ke Pantai Bekah ini akan diperlebar dan dihaluskan. Proyek perbaikan jalan ini diprakarsai oleh Pak Bambang. Tapi, aku kurang jelas menangkap siapa Pak Bambang ini. Apa Pak Bambang itu putra daerah setempat yang sekarang menjadi pejabat Gunungkidul?
Jika diingat-ingat, Pak Bambang ini sepertinya tokoh populer bagi warga setempat. Sebab, sepanjang melewati jalan rusak ini ada saja warga yang bertanya, “njenengan putrane Pak Bambang Mas?”
He? Siapa sih Pak Bambang itu!?
Jika dipikir-pikir, Pantai Bekah itu sebenarnya hanya berjarak sekitar 15 km dari Pantai Parangtritis. Tapi, untuk mencapainya butuh perjuangan yang luar binasa!
Asal tahu saja, aku tiba di rumah dini hari alias tepat pukul 12 malam! Nggak hanya itu, aku pun masih harus mengantar pulang Paris, Pakdhe Timin, dan Ari ke kediamannya masing-masing dengan mobil #capeeek. Cukup bersalah juga aku membuat mereka trauma bersepeda setelah kejadian ini. #hehehe
Sedangkan Mbah Gundul? Hmmm, sepertinya sejak berangkat tadi Mbah Gundul memang berencana untuk bermalam di pantai. Karena gagal bermalam di Pantai Bekah, Mbah Gundul akhirnya memutuskan bermalam di kawasan Pantai Parangtritis. Semoga saja bukan bermalam di "penginapan". #pakai.tanda.petik #hehehe
Selesai deh petualangan hari ini! Tinggallah aku rebahan di kasur sambil ditemani cegukan dan sendawa yang nggak mandeg-mandeg.
Trauma! Nggak mau bersepeda ke Pantai Bekah lagi! Cukup ini saja! #kapok
Pake motor aja lumayan bikin syok lo...hahaha..
Dan karena gak bawa kamera selang beberapa hari balik lagi ke sana. Gak kapok pokoknya.
Terbayar sih dengan indahnya Laut Bekah. Kemarin baru ngetrip ke Pantai Nglangkap. Ada jalan penderitaan juga tapi gak setajam Laut Bekah. Namun harus jalan sejauh 3 km baru nyampe. Pantainya juga masih alami.
Sayangnya ketemu tukang ukur yg katanya pantai jogja mau dibuat resort seluas 160 ha. Wow.
Buat masyarakat susah dong menikmati daerahnya sendiri nanti.
Ternyata banyak juga pantai-pantai dengan jalan penderitaan. Sedih rasanya tahu pantai-pantai itu mau dibangun resor. :(
Misale sida ki njuk dadi apa aku tekan kono... suk meneh lah... ketoke kok jian le asyik... jalan kesengsaraan... ketoke menantang... diliwati...
Tp keindahan yg didapat di laut bekah memang luar biasa....salut bgt om karna bisa selamat sampai sana dgn bersepeda...
Aku pun jg kapok klo harus kesana dgn motor lg wkwkwkwk
turunannya itu udaj di cor blum?
(omah q crak sumber air ngeleng...ingat gak?) tpi lagi
minggu tgl 11 jan 2015 nng laut bekah....jan jos
pokoke dalane.....saiki sek urung dicor pling 1 km an
mas....
kapan-kapan mas kalo gowes blusukan ke tempat baru saya diajak mas hehehe...
gowes ke laut bekah PP alhasil paginya seluruh badan sakit semua
hahahahaha....
mas?
memang biasanya kita klo maen g jelas kemana nya, prnah juga kita jln kaki menyusuri
pantai nyari muara pertemuan kali progo dan laut selatan. nah td siang g sengaja pas
kita jalan2 naek motor di daerah panggang nemu tulisan petunjuk jalan \"laut
bekah\".karena penasaran..kita carilah tempat trsebut dengan mengikuti ptunjuk arah.
sampailah di jalan penderitaan yg disebut diatas,jalanan terjal dengan batuan runcing..(ini
sudah tahun 2014 loh!) karena motor matic dengan monoshock maka susah buat
boncengan dengan jalan yg bebatuan, maka saya jalan kaki menyusuri jalan trsebut
..kami berdua tidak tau apa2 tentang lokasi laut bekah jarak brp kilo, kami hanya
berharap segera melihat laut saja. setelah berjalan lumayan jauh hari semakin sore,
dengan putus asa akhirnya kami tidak sampai tempat laut bekah itu berada, akhirnya
kami putar balik dengan jalan kaki lagi...sungguh sia sia.. nah sampai rumah kita berdua
baru bisa searching laut bekah ...subhanalloh puji tuhan.. ternyata keren banget di
foto2... nyesel kita g sampai tujuan hari ini.. :-(
saya naik motor aja capek
pernah sih coba jalan kaki, tapi cuma dari rumah pak dukuh temon
bekah memang keren
sayang saya belom coba mancing di sana
saya kira orang Jogja eeehh nggak tahunya orang P Labu .... deketan saya orang Cinere
bisa masuk Ring Of Firenya Metro Tv versi Byciclenya nih ...
Ok sukses selalu untuk Anda and the Team
jalannya juga kurang lebih sama,,,
dulu pernah kesana juga karena keblasuk...
cba byangin nyurung sak kemenge. . . :D
sama.Tambah pakai acara jatuh lagi,tapi aku ora kapok mas,pingin lagi kesana....indahnya
pokoke POOL....apalagi kalau pas ada ikan -ikan besar loncat-loncat di lautan...lali bali
direktur, krywn yg seneng mancing) mesti mncing d situ..
pengen kesana lagi :D
nggak terlalu jelas, tapi dah beda kabupaten lho.
Kalau yang semacam bekah yang dekat parangtritis itu ada di daerah gua langse, tapi
jalannya ya hampir sama kayak yang di bekah.
Jalan kaya gitu walau naik motor emang tetap bikin awawa, terakhir lewat jalan kaya gitu
waktu ke pantai Krokoh, dan pas balik lewati tanjakan motor saya gak kuat karena
jalannya licin habis hujan, untungnya dibantu warga buat dorong-dorong. Hadiahnya
goresan2 di kaki yang masih membekas :D
SALAM PEKOK :p
ini aja disambi buka google map :D
keren ceritafoto2nya :D
Membaca cerita mu dan mencermati foto2 mu serasa ikut berpetualang...
:)
Pengen juga bersepeda ke daerah2 seperti itu.
Apalagi yang di atas tebing ..
Bener2 tepian pulau jawa.
pengen kesana ah, tp klo pake sepeda ga kuaat.. haha