HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Terjebak di Coban Rondo

Jumat, 22 Juni 2012, 09:42 WIB

Perjalanan dari Kota Malang menuju Kota Batu terasa menyenangkan. Jauh lebih menyenangkan dibanding perjalanan dari Kota Surabaya menuju Kota Malang. Di mana kemacetan masih menjadi makanan sehari-hari, seiring dengan bencana lumpur Sidoarjo yang tak kunjung tuntas.

 

Semoga kelak semburan lumpur akan berhenti dan warga sekitar dapat kembali hidup nyaman seperti sedia kala.

 

Aamiin....

 

Dari Kota Batu menuju Air Terjun Coban Rondo 

Penampilan Kota Batu sudah jauh bersolek dari sekilas ingatan semasa kunjunganku di bangku sekolah dahulu. Kunjunganku kali ini tak ubahnya nostalgia di masa lalu.

 

Setelah berputar-putar kebingungan untuk menghabiskan waktu, kami pun beranjak ke sebuah objek wisata air terjun yang berada tak jauh dari Kota Batu. Tak lain dan tak bukan adalah Air Terjun Coban Rondo yang letaknya di Desa Pandensari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

 

Perjalanan dari Kota Batu menuju Air Terjun Coban Rondo sebenarnya relatif singkat. Hanya sekitar setengah jam. Medan jalannya berkelok-kelok dan penuh tanjakan. Maklum, Air Terjun Coban Rondo kan terletak di kaki Gunung Kawi pada ketinggian 1.135 meter di atas permukaan laut. Bersepeda ke sana itu jelas adalah tantangan, hehehe. #hehehe

 

Untuk menuju ke Air Terjun Coban Rondo, dianjurkan untuk naik kendaraan pribadi. Sedangkan untuk rute angkutan umum dari Kota Batu menuju Air Terjun Coban Rondo bisa disimak dari informasi berikut ini.

 

Info Angkutan Umum ke Air Terjun Coban Rondo

Menurut keterangan yang diumumkan oleh panitia Festival Petualangan Nusantara, Air Terjun Coban Rondo dapat dicapai Kota Malang dengan naik angkot ADL (ongkosnya Rp3.000) dan turun di Terminal Landung Sari. Kemudian, berganti naik bus jurusan Jombang/Kediri (ongkosnya Rp5.000, PO PUSPA INDAH) dan turun di Dusun Sebaluh yang ada patung sapi. Terakhir, dilanjut naik ojek ke gerbang masuk Air Terjun Coban Rondo (Rp5.000).

 

Tipikal kondisi daerah di lereng pegunungan, gerimis senantiasa hadir hampir sepanjang saat. Kabut samar-samar mulai turun, walau tak terlampau banyak dan hanya di beberapa lokasi. Cukup was-was juga, karena kabarnya pengunjung tak diperbolehkan masuk ke lokasi air terjun tatkala hujan. Duh, semoga jangan sampai hujan. #sedih

 

 

Awal di Coban Rondo

Tiba di gerbang masuk Air Terjun Coban Rondo, kami ditarik tarif retribusi Rp8.000 per orang. Setelah memarkir kendaraan di area parkir, kami melanjutkan perjalanan dengan trekking ringan menyusuri jalan hutan menuju ke lokasi air terjun.

 

Untung medan jalannya lumayan bersahabat. Sebab, dari area parkir kendaraan ke air terjun hanya berjarak sekitar 200 meter, jalannya landai, dan tidak perlu naik-turun banyak anak tangga. Di sekitar area parkir pun tersedia berbagai fasilitas umum, kios suvenir, dan yang terpenting... warung. #senyum.lebar

 


 

Hangat mentari masih menerpa kulitku seiring dengan sapaan akrab bulir-bulir air terjun yang turut hinggap di kulit. Seperti biasa, aku terlebih dulu mesti berkutat dengan peralatan memotret, merenggangkan tripod, memasang filter, dan lain sebagainya.

 

Daftar ritualku ini makin bertambah panjang, sebab bulir-bulir air terjun itu juga turut hinggap di muka lensa kamera. Duh! Alhasil, aku harus sering-sering melap lensa. Apalagi aku memakai teknik long-exposure yang membuat lensa kamera akan lebih rentan terkena banyak terpaan bulir air.

 

Bertahanlah lensa kameraku! Aku tahu kamu tidak weather-sealed! >.<

 


Saat mentari masih bersinar...

 

Demi keyakinan untuk komposisi foto yang lebih baik, akhirnya aku pun merasakan dinginnya air sungai yang mengalir di Air Terjun Coban Rondo. BRRR! Ternyata memang dingin banget!

 

Di tengah ritual panjang memotret air terjun ini, sebenarnya aku mulai dihinggapi perasaan tidak enak. Terpaan angin kian kencang. Cahaya matahari pun berangsur lenyap. Aku menenangkan hati dengan menganggap ini adalah anomali normal daerah pegunungan.

 


Masih berani nyemplung ke sungai...

 

Namun, ketika tetes air hujan mulai turun, barulah aku sadar bahwa aku berada dalam bahaya!

 

Posisiku ada di tengah sungai. Arus sungai mulai deras. Hujan juga semakin deras. Air yang semula bening mulai berubah kecokelatan. Tiba-tiba aku teringat, di sepanjang jalan menuju air terjun tadi banyak terdapat perintah untuk menjauh tatkala hujan, duh! Hingga yang ada di pikiranku saat itu adalah, dhemit Coban Rondo berusaha membunuhku...TIDAAAK!

 

Terjebak Hujan Deras di Coban Rondo

Sebelum air sungai bertambah deras, Alhamdulillah aku masih diberi kesempatan untuk menggapai bibir sungai dan melarikan diri. Namun di mana aku hendak berteduh?

 

Sebetulnya, ada satu bilik yang dekat dengan posisiku. Tapi, berhubung bilik tersebut menjadi tempat mangkalnya jasa fotografi lokal. Akhirnya aku memutuskan berteduh di sebuah gazebo. Berdesak-desakan dengan pengunjung lain.

 

Sembari menunggu hujan reda, aku memotret suasana sekitar air terjun kala hujan.

 


Air sungai yang warna aslinya cokelat...

 


Enak banget satu bilik untuk sendirian...

 


Hujan sudah reda, saatnya pulang! Brrr dingin...

 

Sekitar 30 menit kemudian hujan mulai mereda walau tak serta-merta berhenti. Aku memutuskan untuk kembali ke area parkir, dengan kondisi tubuh dan kamera yang basah kuyup. Menurut penuturan petugas jaga, baru hari itu turun hujan deras di Air Terjun Coban Rondo.

 

Ah, ini akunya yang lagi apes? Atau malah hujan turun karena dengan aku datang ke sana ya?

 


Area parkir basah kuyup...

 

Bagaimana menurut Pembaca? Apa pernah terjebak di objek wisata ketika hujan?

NIMBRUNG DI SINI