HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Berkah dari Sungai Kotor

Jumat, 23 Maret 2012, 09:50 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Aku suka hidup di Jogja. Salah satu alasannya karena di Jogja mudah dijumpai sungai yang ... relatif bersih. Aku bilang r - e - l - a - t - i - f, sebab aku tidak benar-benar tahu apakah air di sungai itu betul-betul bersih.

 

Kalau dibandingkan dengan sungai-sungai di Jakarta–hitam dan penuh sampah–sungai di Jogja jauh lebih bersih. Tapi aku sendiri tidak menampik kalau sesekali masih aku jumpai sampah berlalu bersama aliran air sungai, disusul buih-buih detergen dari ibu-ibu yang sedang mencuci pakaian, dan diakhiri oleh anak gembala dan kerbaunya yang tengah mandi di sungai.

 

Indah bukan?

 

Bukan ironi indah karena segala penyimpangan itu, melainkan indah karena masyarakat masih memiliki hubungan erat dengan sungai. Khususnya masyarakat Jogja yang tinggal di pedesaan, yang hidup dengan pemandangan sawah, yang mayoritas dapat dijumpai mulai dari 3-5 km selepas ringroad Jogja.

 

Saat erupsi Gunung Merapi bulan Oktober tahun 2010 silam, segalanya berubah. Hampir setiap sungai yang bermuara di Gunung Merapi menjadi kotor. Untungnya, bukan kotor karena pembuangan manusia, melainkan pembuangan lahar dingin Gunung Merapi, yakni pasir dan batu.

 

 

Bulan Januari 2012, di Kali Progo, di daerah Bendungan Karang Talun, jauh berbeda dari saat aku pertama kali singgah kemari. Di bulan Juni 2009, saat bersepeda ke Candi Borobudur, aku sempat mengabadikan foto Kali Progo ini sebelum diterjang aliran lahar dingin. Kemudian, sewaktu bersepeda ke Taman Kyai Langgeng, aku kembali mengambil foto di lokasi yang sama.

 

 

Yang menarik adalah, sekotornya sungai itu, masyarakat masih menjalin hubungan erat dengannya. Pasir yang mengendap di dasar sungai itu ditambang dan dijadikan mata pencaharian. Pembaca mungkin sudah tahu hal ini. Dari semula sungai untuk tempat memanen ikan, kini beralih menjadi lokasi tambang.

 

Itulah Indonesia, yang mana warganya dapat bertahan hidup dengan memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

 

 

Aku bukan pakar lingkungan maupun ahli sungai. Aku hanya suka sungai, yang bersih, di mana aku dapat merasakan dinginnya air sungai menyusup di antara jemari kakiku. Sebab aku juga memiliki hubungan dengan sungai.

 

 

Apa pun yang terjadi, tolong, cegah sungai agar tidak bertambah kotor, semampu usaha kita sebagai manusia.

 

Selamat hari air sedunia 2012!

 

Apa Pembaca juga senang bermain di sungai?

NIMBRUNG DI SINI