Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Mentari pagi dan langit biru mengawali hari raya Imlek 2563 yang jatuh pada hari Senin (23/1/2012). Ketika sebagian saudara kita tengah berkumpul di klenteng dan vihara untuk beribadah, maka kami–Aku, Paris, dan Pakdhe Timin–meluangkan waktu untuk bersepeda sekaligus berwisata. Tujuan kami sebuah air terjun yang terletak di Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Ke Gunungkidul Lewat Klaten
Sekitar pukul 8 pagi kami berkumpul di Indomaret di tepi Jl. Raya Jogja – Solo yang tak pernah sepi dari deru kendaraan bermotor. Pakdhe Timin, dengan berbekal GPS dari smartphone LG Optimus, bertindak sebagai pemandu arah. Titik tujuan kami yang pertama adalah Kecamatan Bayat di Kabupaten Klaten.
Mungkin banyak orang akan mengira, menuju suatu wilayah di Gunungkidul adalah wajib hukumnya untuk melalui Jl. Wonosari yang mengarah ke Pathuk hingga Wonosari. Jangan salah. Kecamatan Gedangsari, tepatnya desa Tegalrejo, terletak tepat di perbatasan Yogyakarta – Klaten. Lokasi tersebut lebih “manusiawi” bila ditempuh melalui Jl. Raya Jogja – Solo yang relatif datar dan landai dibandingkan Jl. Wonosari.
Alhasil, sepeda pun kami pacu menuju arah timur. Oleh sebab kami menganut paham “rute pergi harus berbeda dengan rute pulang”, maka setibanya di Prambanan, kami mengambil rute jalan desa. Kami menyusuri kaki perbukitan Pereng, dikelilingi hamparan sawah yang menghijau. Melewati kecamatan Gantiwarno, Wedi, hingga tiba di Bayat.
Di Ujung Timur Yogyakarta
Selanjutnya adalah menuju Desa Tegalrejo. Kami sempat kebingungan, karena sebagian besar jalan yang kami lalui bukan jalan besar. Syukur, kekhawatiran kami sirna tatkala melihat rambu-rambu arah menuju SMPN 2 Gedangsari. Sebab SMPN 2 Gedangsari ini juga terletak di Desa Tegalrejo.
Di dekat sebuah gapura besar, kami berhenti di sebuah warung. Jarum jam menunjukkan pukul setengah sebelas siang. Teriknya matahari membuat kami haus, apalagi semenjak berangkat kami sama sekali belum sarapan. Jadilah kami singgah untuk mengisi perbekalan. Dari Ibu pemilik warung (yang keheranan melihat kami bersepeda ke sana) kami dapat informasi bahwa air terjun yang kami cari hanya berjarak sekitar 1 km lagi.
Wah, sudah dekat rupanya Pembaca!
Betul saja. Tidak seberapa lama, sampailah kami di Kantor Desa Tegalrejo. Di tengah membaranya kayuhan sepeda kami untuk segera tiba di air terjun, beberapa aparat desa tiba-tiba mencegat kami. Oh, rupanya mesti membayar retribusi dulu, hehehe #hehehe.
Di karcis yang diberikan tertera tarif retribusi per orang Rp1.500. Namun kami ditarik biaya Rp5.000 untuk 3 orang. Kesimpulannya? #hehehe
Berhubung air terjun sudah di pelupuk mata dan perut yang sedari tadi meronta-ronta minta diisi, mampirlah kami ke angkringan di dekat Kantor Desa Tegalrejo. Sepanjang jalan yang kami lalui jarang ada warung makan. Yah, mungkin karena kami melewati jalan desa yang mayoritas dikelilingi sawah. Jadi, pesanku kepada Pembaca yang hendak berkunjung kemari, isi perbekalan dulu sebelum berangkat, atau bersantap dulu di Kota Gantiwarno, Wedi, atau Bayat.
Juga, berhubung kami berkunjung di hari raya Imlek yang sudah ditetapkan menjadi hari libur nasional, alhasil banyak sekali pengunjung yang datang. Umumnya adalah pasangan muda-mudi. Wajar saja bila tempat parkir terlihat penuh. Oh ya, tarif parkirnya adalah sebesar Rp1.000 per sepeda. Entah berapa biayanya untuk sepeda motor.
Curug Indah Gedangsari Milik Pribadi
Mitos hujan lebat di hari Imlek sepertinya tidak tepat lagi disebut mitos. Sebab dari pengalamanku memang selalu terjadi. Begitu pula di hari itu. Kami harus menerima nasib kehujanan di tengah jalan. Tidak ada tempat berteduh. Jikalau ada, mayoritas sudah dihuni oleh pasangan muda-mudi. Alhasil, kami harus menerapkan ilmu bertahan hidup, membuat bivak ala kadarnya dari jas hujan yang dibawa Pakdhe Timin. Sayang tidak sempat diabadikan dalam foto, hehehe. #senyum
Untung, hujan hanya berlangsung sekitar setengah jam saja. Efek sampingnya, banyak pengunjung yang memutuskan untuk pulang karena basah kuyup, hahaha #senyum.lebar. Air terjun bakal jadi "milik" kami pribadi nih! #senyum.lebar
Air terjun ini dikenal sebagai Curug Indah, Curug Gedangsari, atau Air Terjun Gedangsari. Lokasi wisatanya sendiri dikenal sebagai Taman Wisata Curug Gedangsari.
Kabarnya lokasi ini sebenarnya milik perseorangan yang kemudian dikelola bersama oleh warga desa. Seperti yang tampak di papan larangan yang ada di gerbang masuk. Memberi pesan bahwa siapa pun yang berkunjung ke lokasi wisata ini harus mengantongi ijin (yakni dengan membayar retribusi #hehehe) karena lokasi ini termasuk pekarangan rumah warga. Ya toh?
Kotor oleh Sampah
Sayang seribu sayang, perihal sampah tidak tercantum di papan larangan! Asal Pembaca tahu, lokasi di sekitar air terjun benar-benar tercemar sampah! Dari mulai kemasanan makanan hingga pembalut wanita (weleh!).
Benar-benar menganggu kenyamanan kalau mau berenang di air terjun ini. Kami sempat berbaik hati mengumpulkan sampah demi sampah yang kami temui. Ternyata terkumpul satu tas plastik penuh!
Bila pengelola tempat wisata ini memang berniat untuk merawat dan memelihara, hendaknya di beberapa sudut disediakan tempat sampah. Jangan hanya bersandar pada pengelolaan pariwisata ala kadarnya, dengan hanya mementingkan arus kas masuk dari pungutan retribusi. Apalagi lokasi wisata ini kan kabarnya milik pribadi, jadi alur birokrasinya pasti tidak serumit pengelolaan pariwisata di bawah naungan pemerintah.
Bila pembaca berkeinginan untuk singgah di Curug Indah Gedangsari ini sebaiknya pada musim-musim penghujan yang tidak terlampau penghujan (eh?). Sebab, debit airnya akan surut tatkala memasuki musim kemarau hingga tak tampak seperti air terjun. Jika memasuki musim penghujan lebat, dikhawatirkan debit airnya terlampau deras dan airnya akan berubah warna menjadi cokelat-keruh.
Rute Singkat ke Curug Indah Gedangsari
Bagaimana Pembaca? Siap untuk menjelajah ke Curug Indah Gedangsari? Air terjun ini dekat dengan Luweng Sampang yang fenomenal itu lho. Keduanya berada di kecamatan Gedangsari, Gunungkidul.
SILAKAN DIBACA
Berikut adalah panduan rute menuju Curug Indah Gedangsari melalui Jl. Raya Jogja – Solo yang nyaman bagi kendaraan bermotor.
- Dari Jogja, ikuti Jl. Raya Jogja – Solo hingga tiba di Kota Klaten (sekitar 30 km)
- Dari Kota Klaten arahkan kendaraan ke selatan menuju Makam Sunan Pandanaran di Paseban, Bayat (serupa dengan arah menuju Sentra Gerabah di Desa Melikan, Wedi).
- Memasuki Kota Bayat, arahkan kendaraan menuju Kantor Kecamatan Bayat.
- Dari Kantor Kecamatan Bayat hingga tiba di Curug Indah Gedangsari.
referensi wisata di jogja :-)
Mohon info\" yg br lg bila ad.
ad pin yg bs di kontak g y?
ini pin sy 5286027D suwun
Salam Budaya
dari parkiran perjalanan naiknya brp km??
Saya selaku warga di sni mengatakan keberatan tempat kami di jadikan tempat mesum
Trimakasih kepada teman teman di atas dngan rela memamerkan keindahan tempat kami/ daerah kami. .
Kalo dari luweng sampang arahnya ke mana ya?
Nuwuun..
:-D
masih sama daerah gedangsari mas, tapi yang arah SMP 2 Gedangsari, gapura
perbatasan ambil kanan, sabtu kemarin saya barusan kesana ini gambarnya mas
http://tinyurl.com/bltkm4c :))
baru baru ini saya menyusuri curug ngalarangan di daerah gedangsari, ini yang curug bayat
yang terkenal?
Eh, curug Ngalarangan itu di daerah mana Mas? Nama desa dan dusunnya apa? Nuwun.
hahahaha
rmh q jg tegalrejo sik jd kalau kesana bsa mampir,,,,hehehe
kalau bisa tolong kasih tahu saya ya please...
ni nomor saya 085715670260
biaya Rp 5.000 untuk 3 orang. Kesimpulannya?
\"ben rasah nyusuki\"
tingkatan air terjun yang ini..yg paling tinggi malah belum nemu karena udah kesorean dan
sepi..sebelah mananya?
Mungkin karena sewaktu aku datang curah airnya melimpah jadi terlihat berbeda.
blom nemu curug yg paling tinggi..
ini arahnya ke atas atau ke bawah bro?
lha kapan? ayuk bro! :D
kapan2 pada maen nanti maen kerumahku di desa Mawen, Wedi, Klaten.
hahahaha.....
wah wah wah enak sekali dapat akomodasi gratis dari mas Satia :D
longsor ya?