HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

PEKOK Serbu Rumah Dhemit

Jumat, 4 November 2011, 09:39 WIB

Di samping bersepeda ke air terjun, mencari pantai yang tersembunyi, hingga keliling gunung,  bersepeda mencari dhemit bisa jadi termasuk hal pekok lain yang pernah kami lakukan. Dhemit yang aku maksud itu adalah bahasa Jawa dari makhluk halus penghuni alam supranatural, yang mana kita biasa menggolongkan mereka ke dalam jenis genderuwo, tuyul, kuntilanak, pocong, banaspati, dan lain sebagainya.

 

 

Tidak perlu berlama-lama menunggu tengah malam untuk bisa bertemu mereka, sebab informasi yang kami peroleh menyebutkan bahwa di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah terdapat suatu rumah yang disinyalir sebagai tempat bermukimnya para dhemit. Warga setempat menyebutnya sebagai Rumah Dhemit.

 

Jadi, langsung saja hari Rabu (12/10/2011), tim PEKOK Rangers: Kang Supri Plat AB, Pakdhe Timin, Kang Bayu, Angga, Nini, Ika, dan aku menyerbu Rumah Dhemit ke Klaten! #senyum.lebar

 

Seperti penamaan Jawa pada umumnya, warga setempat juga menyebut rumah tersebut sebagai Omah Dhemit, Omah Demit, Rumah Demit, Omah Hantu, Rumah Hantu, dan lain sebagainya. Omah adalah bahasa Jawa untuk menyebut rumah.

 

 

Dari Jogja, rute termudah untuk menuju Rumah Dhemit adalah dengan menelusuri Jl. Raya  Yogyakarta – Solo hingga tiba di kota Klaten, sekitar 30 km dari Jogja. Kemudian, arahkan kendaraan ke jalan by pass kota Klaten. Tidak jauh dari Stasiun Klaten, terdapat papan petunjuk arah ke Desa Wisata Jimbung. Arah yang ditunjuk sama dengan arah menuju kawasan wisata Rawa Jombor.

 

Sekitar 3 km, bila pembaca jeli, di gugusan perbukitan gamping akan terlihat sebuah bangunan yang tidak lazim. Sebuah rumah mungil berdiri kokoh di atas bukit. Rumah tersebut sepertinya terbuat dari cor-coran semen dari mulai dinding hingga ke atap. Tidak ada jendela, yang ada hanya sebuah lubang pintu tanpa daun pintu.

 

 

Rumah itu dikelilingi oleh perbukitan gamping yang kian lama kian terkikis oleh para penambang gamping. Sama sekali tak ada jalan untuk naik ke puncak bukit. Kecuali kalau Pembaca mahir memanjat tebing atau barangkali dhemit sungguhan yang bisa melayang untuk sampai di sana. #senyum.lebar

 

 

Kenapa ada rumah di atas bukit?
Siapa yang membangunnya?
Untuk apa rumah itu dibangun?
Kapan dibangunnya?

 

Aku yakin, masih banyak pertanyaan 5W + 1H lainnya yang akan memenuhi benak Pembaca tatkala berusaha menalar kejanggalan letak rumah tersebut dengan akal sehat.

 

 

Menurut penuturan seorang penambang gamping yang kami temui, rumah itu adalah sisa peninggalan Belanda yang konon difungsikan sebagai gudang mesiu. Namun jelas jawaban itu tak serta-merta menjawab kebingungan kami. Masih banyak pertanyaan yang menjejali benakku tentang rumah di atas bukit dan dhemit yang menghuninya. Ah, perlukah kembang tujuh rupa, dupa, dan kemenyan untuk menjawab segala teka-teki itu? #hehehe

 

 

Jadi, apa Pembaca juga tahu rumah tak lazim seperti ini? Yang konon dihuni oleh para dhemit?

NIMBRUNG DI SINI