Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Sebetulnya, sejak beberapa bulan silam kami sudah menysusun rencana PEKOK ke Kaligesing, Purworejo. Misinya jelas memburu curug. Sayangnya, niat PEKOK kami itu terpaksa diurungkan tatkala bencana erupsi Gunung Merapi melanda Yogyakarta.
Ya nggak apa-apa lah. Toh curug kan nggak ke mana-mana ini. #hehehe
Di bulan Desember 2010 ini, saat aktivitas di Yogyakarta kembali menggeliat normal (termasuk pembahasan panas RUU Keistimewaan itu #hehehe), kami pun kembali turut menyusun rencana bersepeda PEKOK. Tapi, tujuan kami kali ini bukan ke Kaligesing. Melainkan ke suatu pantai di Desa Girikarto, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, yang bernama Pantai Gesing.
Eh, kok ya kebetulan ini nama Kaligesing dan Pantai Gesing sama-sama mengandung kata gesing. Seenggaknya bukan kata pesing lah. #hehehe
Oh ya, kegiatan kami bersepeda ini termasuk kategori PEKOK (Pit-pitan Koyok Ekstrim Ora Kalap) yang menu utamanya menempuh jarak ratusan kilometer dengan medan penuh tanjakan.
Capek? Jelas! #senyum.lebar
Di hari Rabu pagi (8/12/2010), sekumpulan pria senggang yang terdiri dari aku, Agung, Vendy, Pakdhe Timin, dan Kang Supri berangkat bersepeda menuju Pantai Gesing dari Monumen Serangan Umum Satu Maret. Di tengah perjalanan, Radit menyusul, sehingga dengan demikian peserta PEKOK di penghujung tahun 2010 ini genap menjadi 6 orang.
Sekadar info, kami berangkat dari Kota Jogja ini pukul 7 pagi dan sampai lagi di Kota Jogja pukul 10 malam. #senyum.lebar
Etape 1. Jogja – Siluk (19 km)
Perjalanan menuju Pantai Gesing dari Kota Jogja dimulai dengan menyusuri Jl. Imogiri Barat ke arah Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Jalan raya menuju Imogiri sendiri sebenarnya ada 2, yakni Jl. Imogiri Barat dan Jl. Imogiri Timur. Kami memilih Jl. Imogiri Barat karena lebih dekat bila akan melanjutkan perjalanan ke wilayah Gunungkidul.
Nah, di Jl. Imogiri Barat km 17 kami berjumpa dengan suatu pertigaan dengan penunjuk cabang jalan ke arah Selopamioro. Kami berbelok mengikuti petunjuk ke arah Desa Selopamioro tersebut. Bila jalan raya ini disusuri terus, dari Selopamioro nanti bisa tembus ke wilayah Kecamatan Panggang di Kabupaten Gunungkidul. Siluk sendiri adalah nama suatu dusun di Desa Selopamioro.
Etape 2. Siluk – Panggang (15 km)
Dari Siluk menuju Panggang, medan jalannya didominasi tanjakan. Setelah 10 km menanjak, kami sampai di titik tertinggi, yaitu rumah-rumah transmigran yang rusak. Medan jalan setelahnya adalah turunan hingga sampai ke Kota Kecamatan Panggang. Etape ini pernah kami lalui ketika pulang dari Pantai Ngerenehan.
Etape 3. Panggang – Pertigaan Beringin Besar (5 km)
Kami mengambil jalan menuju Kecamatan Paliyan, sebab cabang jalan menuju Pantai Gesing terletak di ruas jalan ini. Menurut warga sekitar, cabang jalan tersebut berada dekat sebuah pohon beringin besar. Wah, sepertinya pohonnya angker. Hmm, apa Pantai Gesing juga angker ya?
Etape 4. Pertigaan Beringin Besar – Pantai Gesing (10 km)
Medan jalan berkontur naik-turun, namun tetap didominasi oleh turunan hingga ke Pantai Gesing. Kami sempat salah jalan karena minimnya rambu menuju Pantai Gesing. Cabang jalan menuju Pantai Gesing ada di pertigaan di Dusun Mbolang. Sebaiknya memang tanya warga sekitar.
Pantai Gesing, Surga yang Merana
Begitu tiba di Pantai Gesing, kami langsung terpana dengan keindahannya. Walau memiliki corak yang sama dengan pantai-pantai lain di Gunungkidul, Pantai Gesing ini dikelilingi bukit sehingga pengunjung bisa bebas memandang pesona pantai dan laut dari ketinggian.
Namun, keindahan Pantai Gesing berbeda jauh dengan kondisi kehidupan warganya.
Aku sempat ngobrol-ngobrol sama Bu Poniyati, satu-satunya pemilik warung yang ada di Pantai Gesing. Dari penuturan ibu tiga anak ini, sudah lama tak ada nelayan yang pergi melaut. Selain cuaca yang buruk, mahalnya solar, dan sepinya pengunjung membuat para nelayan merugi. Walau begitu, masih ada satu-dua nelayan yang melaut. Itu pun karena dijadwalkan oleh bos nelayan yang berasal dari Gombong.
Dari sisi prasarana penunjang, Pantai Gesing kekurangan suplai air bersih. Kami sempat kesulitan saat hendak berwudhu. Tidak ada kamar mandi umum. Warung makan pun hanya satu yang dikelola oleh Bu Poniyati. Walaupun begitu, di Pantai Gesing sudah dibangun tempat pelelangan ikan. Oh ya, disini juga tak ada sinyal handphone.
Retribusi? Tak pernah ada. Buat apa ditarik retribusi kalau tak ada pengunjung? #hehehe
Mungkin dan mungkin, Pantai Gesing menjadi terkucilkan karena memang letaknya yang terpencil, jauh, susah akses masuknya, minim prasarananya, dan mungkin juga kurang promosi. Kalau begitu, siapa yang sudi ke sana?
Sepertinya, pantai-pantai seperti Pantai Gesing ini hanya menarik minat orang-orang macam kami yang gemar bertualang mencari surga yang tersembunyi. Namun, akankah kesejahteraan warga setempat terbantu dari orang-orang macam kami ini?
Kiranya, sudikah Pembaca berkunjung ke Pantai Gesing?
Eh, tentu tak perlu pakai sepeda lho! #senyum
gesing aksesnya gampang ga ya...makasih
Wisata...
enaknyA... ap itu dket pantai ngrenehAn??
plis infonya..mau kesana
matur nuwun
Indah, tapi karena sedang kemarau, pemandangannya tidak sehijau dalam foto ini, hehe
enaknya di sana, karena sepi pengunjung jadi serasa milik pribadi ;)
mau woro2 aja nih, kan masnya hobi sepedaaan tuh, boleh lah ngeramein grup komunitas sepeda kami di FMIPA UGM, syukur2 bisa bantu dikembangin biar kita juga bisa jad gerakan yang berpengaruh di MIPA. masnya juga anak MIPA UGM toh? (tapi saya belum tau sampeyan udah lulus apa belum? hehe...)
ni link grup di FB: http://www.facebook.com/search.php?q=rizki+aditya&init=quick&tas=0.5874250853600762&ref=ts&type=groups#!/home.php?sk=group_182778801748304
oya, mampir juga ya ke lapak saya kalo inget! hehe...
bagaimana nih promosi pemkab gunungkidul ayo dong ditingkatin lagi...
Kalau Bunda pakai mobil saja :D
Terimaksih atas kunjungannya
keren beuneeeeeeeeeeeer
saya bukan gerombolan Pekok mas,
Walau suka bersepda, saya lebih memilih angkot :D
thx
pantainya keren :D
kalo ada angkot saya bisa nyasar kesana kalo sempet ke Yogya :D
Kaya pantai2 indah di Blitar, sebenarnya sangat potensial, tapi pemerintah kurang peduli, ato mas Wijna saja yg menggalakan bantuan disana hingga bisa membangun tempat wisata mandiri (swadaya) seperti Air terjun Jumog dan daerah sekitarnya :D
dan acara makan2pun tak pernah ketinggaln
Pantai Gesing'nya keren ya Wij. Pencari surga tersembunyi macam kau ni termasuk promotor yg bs mempromosikan keindahan pantai Gesing. Salut deh. Lanjutkan!!
Foto2nya keren! Udah nitip jempol di FB :D
buat foto-foto di golden hour.
Pantai Gesing itu kok indah sekali. Aduh benar2 sorga itu, sorga yang tersembunyi...