Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Minggu (20/1/2008), usai ber-hunting ria di kawasan Kawah Putih, perjalanan pun berlanjut menuju objek wisata Situ Patengan (Situ Patenggang) yang masih terletak di kawasan Ciwidey, Bandung Selatan. Apabila dari arah Ciwidey kita berbelok ke kiri untuk masuk ke gerbang utama Kawah Putih, maka kalau menuju Situ Patengan kita tidak belok kiri, melainkan masih jalan lurus terus. Selanjutnya, ikuti saja arahan papan-papan penunjuk jalan yang mengarah ke Situ Patengan.
Sebelum sampai ke kawasan Situ Patengan, mata akan dihibur oleh pemandangan bukit-bukit Kebun Teh Walini. Lokasi ini cocok juga dijadikan spot fotografi. Biaya retribusi masuk ke objek wisata Situ Patengan adalah sebesar Rp4.000 per orang.
Eksplorasi Situ Patengan
Situ Patengan merupakan danau dengan luas sekitar 48 hektar. Luas Situ Patengan ini jauh lebih luas dibandingkan dengan danau yang ada di Kawah Putih. Situ Patengan dikelilingi pemandangan rimbunnya pepohonan hutan dan kebun teh. Tentu ini adalah suatu spot fotografi yang menarik. #senyum.lebar
Objek wisata Situ Patengan dirancang sebagai wisata keluarga. Pengunjung dapat menikmati santapan dengan pemandangan danau nan cantik. Selain itu pengunjung juga dapat menyewa perahu untuk berkeliling danau.
Legenda Ki Santang dan Dewi Rengganis
Seperti yang dituturkan oleh prasasti yang berada di kawasan ini, asal-usul Situ Patengan berkaitan erat dengan legenda setempat. Nama Situ Patengan berasal dari bahasa Sunda. situ yang artinya danau dan patengan yang berasal dari kata “pateang-teangan” atau saling mencari.
Situ Patengan merupakan perlambang kisah cinta abadi dari dua insan yang saling terpisah. Alkisah, tersebutlah seorang pria bernama Ki Santang dan seorang wanita bernama Dewi Rengganis. Mereka berdua saling mencintai namun harus berpisah sekian lama. Dengan didorong oleh perasaan cinta yang begitu besar, mereka pun akhirnya saling mencari satu sama lain, dan bertemulah keduanya di suatu tempat yang kini dinamakan Batu Cinta.
Dewi Rengganis pun minta di buatkan sebuah danau dan perahu untuk berlayar. Perahu inilah yang kemudian berubah menjadi sebuah pulau yang berbentuk hati dan kemudian dikenal dengan sebutan Pulau Sasaka yang berarti Pulau Asmara.
Menurut cerita dan kepercayaan masyarakat setempat, jika pengunjung singgah di Batu Cinta dan kemudian mengelilingi Pulau Asmara, maka pengunjung bakal mendapatkan cinta yang abadi seperti Ki Santang dan Dewi Rengganis.
Siang yang Ramai
Apa yang terjadi bila ketiga frase ini dirangkai, “objek wisata keluarga”, “siang hari”, dan “hari Minggu”? Jawabannya tidak lain adalah keramaian!
Datang kemari pada hari minggu siang memang bukan saat yang tepat untuk mengabadikan keindahan Situ Patengan. Hari yang sudah beranjak siang, membuat nuansa warna-warna yang tersaji kurang sedap dipandang mata. Apalagi, di seluruh penjuru penuh sesak dengan pasangan muda-mudi yang tengah menikmati indahnya danau. Hmmm, sepertinya datang kemari dengan membawa pasangan sepertinya menarik juga. #hehehe
masuk ke situ klo ambil kiri (yg klo ke situ
ambil kanan) nyampe tuh ke pemandian
kawah cibuni) dan sesuai namanya...
Tersembunyi
Lha njuk kapan gowo Bunga mrono? :D
**Pas ada bencana kemaren, deket situ ini ga ya?