HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Susur Barat Selokan Mataram

Sabtu, 26 Desember 2009, 20:42 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Di penghujung tahun 2009 ini, hujan kembali membasahi Jogja dan sepertinya akan berlangsung lama. Namun hal itu tak menyurutkan semangat sejumlah pesepeda yang kerap bersepeda setiap Sabtu pagi. Jadilah di hari Sabtu (26/12/2009) itu, kami berkumpul di Tugu Pal Putih. Apalagi, kalau bukan untuk bersepeda. Alhamdulillah pagi itu langit hanya mendung. #senyum.lebar

 

Bersama keenam rekan; Paklik Turtlix, Hertanto, Mas Koyim, Ari, Indomielezat, dan Pipink kami bersepeda menuju ke barat kota Jogja. Ada apa di barat? Mencari kitab sucikah? Hahaha, sayangnya kami bukan Biksu Tong dan murid-muridnya itu. #senyum.lebar

 


Tak ada acara sepeda tanpa foto bersama; aku, Mas Tanto, Mba Dani, Pipink, Mas Aan, Ari, dan Mas Koyim

 

Tujuan utama kami pada pagi hari itu adalah bersepeda menyusuri Selokan Mataram ke arah barat hingga ke Bendungan Karang Talun. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya aku ke sana, sebab aku sudah pernah bersepeda kesana pada acara nggowes ke Borobudur bulan Juni silam.

 

Adapun rincian perjalanan kami adalah sebagai berikut:

 

Titik Awal:

Tugu Pal Putih Yogyakarta

 

Titik Tujuan:

Bendungan Karang Talun, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Di Yogyakarta

 

Jarak Tempuh (Waktu Tempuh):

40 km (2 jam)

 

Rute Perjalanan:

Kota Jogja – Jl. Godean – RingRoad Barat ke Barat – Selokan Mataram – (jalan desa kampung dll) – Bendungan Karang Talun

 

Medan:

Ringan. Sepanjang selokan Mataram didominasi jalan aspal. Tidak ada tanjakan.

 


Foto selokan Mataram sisi barat. Foto ini diunggah di akun flickr-ku, silakan di klik. #senyum.lebar

 

Untuk sebagian orang yang tak akrab dengan Jogja, nama Selokan Mataram mungkin terdengar janggal. Sebab selokan kerap dipadankan dengan saluran pembuangan air yang kecil dan berbau tak sedap. Tapi, Selokan Mataram yang menjadi ikon Jogja ini jelas berbeda dan nggak ada hubungannya sama air limbah (walaupun ya sesekali masih ada sampah lewat #hehehe).

 

Selokan Mataram adalah saluran air sepanjang kurang-lebih 70 km yang membentang dari timur hingga barat provinsi DI Yogyakarta. Saluran air ini menghubungkan Kali Opak di wilayah timur Yogyakarta dan Kali Progo di wilayah barat Yogyakarta.

 

Fungsi utama Selokan Mataram ini adalah untuk sebagai saluran irigasi. Makanya, nggak heran kalau di sepanjang Selokan Mataram ini banyak terdapat sawah. Gunanya apa? Agar setiap sawah tetap dapat terairi di musim kemarau sekalipun. Supaya padi bisa tumbuh dan dipanen, sehingga rakyat Jogja tidak akan pernah kekurangan pangan. Keren toh? #senyum.lebar

 

Di sisi barat, selokan Mataram menyatu dengan Selokan Van der Wijck yang merupakan saluran irigasi peninggalan Belanda yang dibangun tahun 1909. Fungsi selokan Van der Wijck adalah sebagai saluran irigasi perkebunan tebu milik pemerintah Belanda.

 

Selokan Mataram sendiri dibangun pada masa penjajahan Jepang. Pemrakarsanya adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, agar rakyat Jogja terhindar dari kegiatan buruh paksa atau romusha.

 


Ibu ini menyaring setiap sampah dari selokan Mataram lho.

 

Bersepeda menyusuri Selokan Mataram ke arah barat sungguh mengasyikkan. Pikir saja, di kota besar macam Jakarta, apa bisa bersepeda di pinggir sungai? Kalau capek tinggal parkir sepeda dan nyemplung ke sungai. Tidak toh? Ya, walaupun Selokan Mataram itu bukan sungai tapi kan ya bentuknya mirip sungai toh? #hehehe

 

Aku juga sempat menyaksikan ada dua orang ibu yang tengah memunguti sampah di pintu air Selokan Mataram. Terlepas dari apakah mereka hendak memulung atau tidak, yang jelas mereka telah membantu membuat selokan Mataram menjadi bersih. Ah iya, ini sekaligus bukti kalau Selokan Mataram itu belum terbebas dari pencemaran (walau tak seburuk sungai Ciliwung).

 

Selokan Mataram, menurutku adalah berkah Jogja yang harus kita rawat dan jaga baik-baik. Cara yang paling gampang adalah dengan tidak membuang sampah ke Selokan Mataram! Aku juga berandai-andai apabila ada wisata mengarungi Selokan Mataram ini pakai perahu. Ih! Romantis pasti. #senyum.lebar

 

Wahai Pembaca nan budiman, kapan terakhir kali main air di kali/sungai? #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI