Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
- Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
- Patuhi peraturan yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Nama Trowulan sempat melambung di awal tahun 2009 seiring maraknya pemberitaan media massa terkait kasus pembangunan Pusat Informasi Majapahit yang disinyalir merusak beberapa situs purbakala yang ada di sekitar lokasi.
Jadi, sebetulnya apa sih Trowulan itu?
Dan sebenarnya ada apa di sana?
SILAKAN DIBACA
Trowulan merupakan nama suatu kecamatan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Letak Trowulan berada tepat di tengah-tengah antara Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang.
Wilayah Trowulan turut dilintasi jalan raya besar yang menghubungkan kedua kabupaten tersebut. Tak ayal, hidup di Trowulan serasa hidup di pinggir jalan raya. Penuh dengan deru dan bising kendaraan besar seperti truk dan bus.
Akan tetapi, dibalik hiruk-pikuk itu, Trowulan ibarat Prambanan-nya Jawa Timur. Trowulan menyimpan banyak situs-situs purbakala peninggalan Kerajaan Majapahit. Untuk kelanjutannya, Trowulan memang sedang dipersiapkan sebagai sektor andalan pariwisata budaya dan sejarah di Jawa Timur. #senyum.lebar
Ke Trowulan Ala Backpacker
Berbekal gejolak jiwa muda dan rasa penasaran yang sudah lama terpendam #halah, aku dan Andreas mencoba untuk backpacking menjelajah Trowulan dari Jogja. Nggak lama-lama kok. Cuma 3 hari, yaitu dari hari Sabtu (24/10/2009) sampai Senin (26/10/2009). Ini yang jadi alasan mengapa diriku nggak bisa hadir di acara Pesta Blogger 2009 di Jakarta (meskipun juga karena nggak punya ongkos, hehehe #hehehe).
Artikel ini merupakan artikel pembuka dari serangkaian artikel dengan tema Trowulan. Pada artikel ini aku akan membahas cara untuk bertahan hidup di Trowulan. Harapannya, semoga artikel ini bisa jadi panduan bagi Pembaca yang ingin bertualang ke Trowulan, khususnya backpacking. #senyum.lebar
Naik Kereta Disusul Naik Bus ke Trowulan
Pertanyaan pertama yang pasti ditanyakan adalah, bagaimana cara ke Trowulan?
Sebagaimana kota-kota kecil di Jawa, Trowulan hanya bisa ditempuh melalui jalur darat. Pilihannya ada dua, naik travel atau naik kereta api. Titik akhir kedua pilihan tersebut sama, yakni turun di Kota Mojokerto.
Kami sendiri memilih ke Trowulan naik kereta api (ekonomi) karena ongkosnya lebih bersahabat bagi dompet yang tipis #hehehe. Perjalanan dari Jogja menuju Mojokerto dengan kereta api ditempuh selama kurang lebih 6 jam.
Di bawah ini adalah jadwal kereta yang melintasi Stasiun Mojokerto. Info lebih lanjut dapat disimak di website PT Kereta Api.
Nama Kereta | Berangkat | Datang | Tarif |
---|---|---|---|
Jogja ke Mojokerto | |||
Sri Tanjung | 07.30 | 13.21 | Rp19.500 |
Mojokerto ke Jogja | |||
Sri Tanjung | 15.49 | 22.16 | Rp19.500 |
Gaya Baru Malam | 14.49 | 20.35 | Rp26.000 |
Sesampainya di Stasiun Mojokerto, kami pun bergegas menuju Terminal Bus Kertajaya Mojokerto. Untuk menuju ke Terminal Bus Kertajaya dari Stasiun Mojokerto bisa dengan naik becak. Tarif becaknya kira-kira Rp15.000. Kalau nggak mau naik becak bisa dengan berjalan kaki sekitar 45 menit (jaraknya sekitar 2 km).
Di Terminal Bus Kertajaya, silakan naik bus jurusan mana pun. Terserah! Itu Karena setiap bus pasti melewati Jl. Raya Trowulan. Ongkos naik bus dari Terminal Bus Kertajaya ke Trowulan sebesar Rp2.500 per orang. Waktu tempuhnya juga lumayan singkat, hanya sekitar 15 menit (12 km dari kota Mojokerto).
Menginap di Maha Vihara Mojokerto
Sesampainya di Trowulan pertanyaan berikutnya pun muncul, kami menginap di mana di Trowulan?
Terus terang, Trowulan ini minim penginapan! Kalau mau mencari penginapan nyaman bisa mencoba menginap di Kota Mojokerto. Tapi, berhubung kami backpacker-an #hehehe, maka dari itu kami berdua numpang menginap di Maha Vihara Mojokerto yang lokasinya ada di Dusun Bejijong.
Ya betul! Vihara tempatnya para biksu itu. Usai meminta izin dan mengisi buku daftar tamu, pengelola Maha Vihara Mojokerto pun mempersilakan kami untuk menginap. Nggak masalah aku ini Muslim sementara Andreas Katolik. Toh, vihara ini sebetulnya ya juga terbuka untuk pengunjung umum.
Eh, sebetulnya di Maha Vihara Mojokerto ini kami nggak ditarik biaya menginap alias gratis. Tapi ya... masak diizinkan numpang tidur tapi nggak ngasih balas budi sih? #hehehe
Ikan Wader Santapan Favorit di Trowulan
Selesai urusan akomodasi, kini tinggal menuntaskan urusan perut. Lagi-lagi, tempat bersantap di Jl. Raya Trowulan ini nggak terlalu banyak. Kami pernah jalan malam-malam sekitar 3 km hanya untuk mencari makan. Di sini juga nggak ada minimarket. Yang ada hanya toko-toko kelontong sederhana yang dikelola warga.
Kuliner yang khas di Trowulan adalah sambel wader, yaitu iwak wader (ikan kecil yang hidupnya di sungai) yang digoreng kemudian disajikan bersama sambal dan lalapan. Selain sambel wader, tentu juga ada kuliner lain khas Jawa Timur seperti soto dhok dan rawon. Harganya murah-murah kok. Dalam arti, untuk sekali makan bisalah dengan biaya kurang dari Rp10.000.
Terima Kasih Pak Yani!
Pertanyaan terakhir adalah, apa alat transportasi kami selama di Trowulan?
Awalnya kami sih berniat menjelajahi situs-situs purbakala di Trowulan dengan berjalan kaki. Tapi ternyataaa, jarak tempuh antar situs-situs purbakala di Trowulan itu lumayan jauh! Ya, dari satu candi ke candi lain jaraknya ada sekitar 3 sampai 4 km lah. Seandainya ada sepeda ya enak. Kalau jalan kaki ya.... DUH!
Ndilalah, di Trowulan kami berkenalan dengan Pak Ahmad Yani. Beliau ini merupakan juru pelihara Candi Gentong dan kenal dengan semua juru pelihara di Trowulan (bahkan sampai juru pelihara candi se-Jawa Timur #senyum.lebar). Berkat kebaikan beliau, kami pun diantar keliling-keliling Trowulan pakai sepeda motornya.
Cukup kaget juga, Pak Yani ini nggak mau diberi balas biaya! Kata beliau, rezeki di Majapahit sudah ada yang ngatur. Wah, bener-bener nggak enak deh, sudah merepotkan beliau seharian.
SERIAL MBLUSUK!
Setelah dihitung-hitung, total biaya yang kami keluarkan berdua untuk backpacking dari Jogja ke Trowulan ini kurang dari Rp200.000! Kalau mau dihemat-hemat, ya bisalah menekan biaya di bawah Rp150.000 ribu. Backpacking yang murah meriah bukan? #senyum.lebar
Apa Pembaca jadi penasaran juga buat backpacking ke Trowulan? #senyum.lebar
ini aku juga kepikiran untuk backpackeran lagi setelah sekian lama, dan mencari wisata
yang mau di kunjungi, kepikiranlah untuk ke mojokerto. dan ketika mencari wisata
trowulan ini aku membaca tulisan kakak. Makasih banget udah sharing, Amat sangat
membantu aku yang dari tadi bingung mikirin akses mau ke trowulan dari stasiun
hehehehe....
menuju mojokerto dari surabaya. Mohon panduannya dong...mana yg di
kunjungi duluan.
ijin share gan
Blognya Unik Mas..
Perjalanan yang nggak terduga ya?
Boleh nih minta tolong bantu layout blog saya.. :D
dong,,
Hubungi saya via sms di 081315270782
Rencana mau backpackeran ke Trowulan juga awal maret. Makasi ya....
maslahnya kalo mau kesana sendiri jaaaaaaaaaaaaauh dan dak ada waktunya
sama sekali.
Ohya, aku sudah posting kisah di Trowulan di sini http://tutinonka.wordpress.com/2009/01/07/majapahit-gajah-mada-siapa-tak-bangga/
Kayaknya itu satu-satunya postingku tentang candi :D
Iya saya sudah baca, ndak apa-apa cuma satu yang penting sudah turut mengangkat pelestarian candi. :)
Eh, itu yang nangkring di atas tumpukan kasur itu siapa? Kayaknya di rumah nggak pernah kenal kasur ya ... hihihi ...
kunci. Saya juga pernah kesitu mas naik montor,
berhubung saya berdomisili di surabaya. Silakan
diteruskan mblusuk di jawa timur, masih banyak tempat
menarik seperti itu di jatim. Sekarang saya konsen
mblusuk ke jogja aja deh :P
aku cah mipa. geofis.. kerep nongkrong nang pasains.
:D
aku juga pengen ke sana...
lo ke pacitan udah pernah, ke trowulan malah belum....
Di jamin bakal mblokek-mblokek ama Candi di sana
coz tuh gunung full candi sih, siapa tahu nemu candi baru lagi kekekeke..........
hehe.. :D
murah meriahhhh.......
bolehlah nampung saya kalau ke Yogyakarta
kekekeke............
menginap di masjid udah sering, saya mah. menginap di vihara? keren banget!
kadang ironis juga. itu rumah ibadah kok malah dipakai utk tidur. e la tapi, itu kan juga rumah Tuhan, masak Tuhan nggak kesian ama hamba sahaya yang malang ini? hihihih..
kalo aku sih, tempat ibadah adalah pilihan akomodasi terakhir. kalo emang masih ada penginapan, aku lebih memilih penginapan, tapi sesuai dengan budget juga. :D