HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Candi Gunung Kawi

Rabu, 2 September 2009, 09:00 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Candi dengan awalan nama gunung itu ada banyak, Candi Gunung Wukir dan Candi Gunung Sari contohnya. Tapi semua candi itu nggak terletak di gunung. Paling-paling hanya di atas bukit.

 

Nah, Candi Gunung Kawi ini juga sama. Candi Gunung Kawi yang letaknya di Banjar Penaka, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali ini memiliki awalan gunung karena bentuknya yang unik. Candi Gunung Kawi dipahat pada tebing/gunung. Karena itulah diberi nama Gunung (tebing) Kawi (pahat).

 


Candi Gunung Kawi di Bali yang unik karena dipahat di tebing.

 

Candi Gunung Kawi Setelah Lombok

Kalau orang-orang ke pulau Bali itu umumnya mencari bule pantai. Aku sendiri ke Bali malah mencari batu, hehehe #hehehe. Sebenarnya sih aku sudah pernah datang ke Candi Gunung Kawi sewaktu Tour de Bali kemarin. Tapi ya hanya di halaman parkirnya saja. Pas waktu itu hari sudah sore dan hujan.

 

Eeeh Alhamdulillah, ternyata Gusti Allah SWT memberi aku kesempatan kedua berkunjung ke Candi Gunung Kawi saat singgah di Pulau Bali selepas jalan-jalan di Pulau Lombok. Untungnya lagi, hari Rabu siang itu (5/8/2009) itu cuacanya cerah. Happy deh! #senyum.lebar

 


Kebanyakan pengunjungnya turis asing. Turis lokal mana ya?

 

Untuk menuju ke Candi Gunung Kawi aku menggunakan jasa mobil sewaan yang disewa seharian oleh keluargaku. Masalahnya aku buta soal kendaraan umum di Bali. Apalagi yang lintas kabupaten. Setahuku, di Denpasar saja juga jarang ada kendaraan umum. Agaknya warga Bali sendiri lebih memilih ke mana-mana naik sepeda motor.

 

Rute perjalanan ke Candi Gunung Kawi cukup mudah. Ikuti saja jalan raya utama menuju Tampaksiring. Nanti di kanan jalan ada papan petunjuk lokasi Candi Gunung Kawi. Biaya retribusi untuk masuk obyek wisata ini murah, Rp6.000 untuk pengunjung dewasa dan Rp3.000 untuk anak-anak.

 

Suasana di Candi Gunung Kawi

Berhubung Candi Gunung Kawi ini merupakan bangunan suci bagi warga setempat, maka setiap pengunjung diwajibkan memakai selendang. Untuk pengunjung yang mengenakan pakaian seronok, wajib memakai kain untuk menutupinya.

 


Mari hormati adat-istiadat warga setempat.

 

Baik selendang atau kain semuanya sudah disediakan secara cuma-cuma oleh pengelola. Tapi ini cuma pinjaman lho! Setelah selesai berkunjung ya dikembalikan lagi. Jangan malah dibawa pulang untuk kenang-kenangan, hehehe. #hehehe

 

Untuk bisa sampai ke lokasi candi, pengunjung harus menuruni anak tangga yang banyaaak sekali. Pas perginya sih oke. Pulangnya yang bikin capek. Jadi, untuk pengunjung yang berusia lanjut nggak disarankan kalau kondisi tubuh kurang mendukung.

 

Candi Gunung Kawi ini memiliki dua lokasi candi yang terpisah oleh Sungai Pakerisan yang arus airnya lumayan deras. Candi Gunung Kawi pertama kali ditemukan oleh DT Damste pada tahun 1920. Dari penelitian Balai Arkeologi ditemukan tulisan berhuruf Kadiri Kwadrat di salah satu candi.

 

Candi Gunung Kawi diperkirakan dibangun pada abad ke-11 Masehi pada masa pemerintahan Raja Anak Wungsu. Menurut arkeolog Dr R Goris, Candi Gunung Kawi adalah tempat memuliakan roh Raja Udayana beserta keluarganya.

 


Kalau dilanggar bagaimana ya? #hehehe

 

Berhubung ada peringatan untuk nggak naik ke candi, jadinya aku nggak bisa mengksplorasi lebih dekat. Dari pengamatanku yang ala kadarnya, di Candi Gunung Kawi nggak memiliki arca, relief, maupun patung yang menonjol. Di tebing sekeliling candi banyak terdapat gua-gua kecil yang mungkin digunakan sebagai tempat meditasi. Selain itu, terdapat juga petirtaan suci. Setiap candi berlatar agama Hindu pasti punya hubungan erat dengan mata air.

 


Di masa lampau mungkin mengalirkan air.

 


Gua untuk tempat meditasi mungkin?

 

Menurut salah seorang warga, sekitar 200 meter dari lokasi Candi Gunung Kawi ini masih ada candi lain. Entah apa namanya. Tapi, di Bali sendiri pengertian candi dan pura sepertinya membaur jadi satu. Keduanya punya fungsi yang sama walau berasal dari rentang zaman yang berbeda.

 


Lumayan, dapat foto sesaji bagus. #senyum.lebar

 

Mba Vinna...

Katanya rindu artikel candi. Awas klo komentarnya ngga jadi yang Pertamax...

NIMBRUNG DI SINI