Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
- Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
- Patuhi peraturan yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Tersembunyi di dalam tanah maupun di antara bebatuan. Itulah kiranya kondisi reruntuhan candi yang ditemukan pada masa kini. Di kaki Gunung Lawu, tepatnya di Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, tersembunyi Candi Kethek di tengah pohon-pohon cemara yang menjulang tinggi. Letaknya tidak jauh dari Candi Cetho. Pada hari Kamis (30/7/2009), aku, Andreas, dan Agatha menyempatkan diri untuk berkunjung ke sana.
Selepas menjelajah Candi Cetho, kami penasaran dengan keberadaan Candi Kethek yang terletak tidak jauh dari Candi Cetho. Persoalannya adalah di manakah letak candi tersebut?
Sebenarnya lokasi Candi Kethek termuat di peta Desa Cetho yang ada di ruas jalan utama menuju desa Cetho. Sayangnya, wujud petanya tidak jelas, sudah rusak dimakan usia. Beruntung Agatha menemukan jalan setapak di kompleks Candi Cetho yang mengarah ke Candi Kethek. Sebenarnya sih kalau mau tanya warga sekitar, mereka ya pasti tahu lokasi Candi Kethek.
Untuk menuju Candi Kethek pengunjung harus masuk ke dalam hutan di kaki Gunung Lawu. Artinya jelas jalannya setapak, bertanah, dan licin di musim hujan. Namun itu semua sebanding dengan pemandangan alam yang tersaji di sepanjang perjalanan. Bahkan di beberapa tempat ada warga yang memanfaatkan peluang dengan membuka warung. Aku sarankan ke Pembaca kalau mau berkunjung ke Candi Kethek di musim kemarau saja. Karena pengunjung wajib menyebrang sungai yang (untungnya) kering di musim kemarau.
Perjalanan dari Candi Cetho menuju Candi Kethek kurang lebih sekitar 15 menit dengan berjalan kaki. Hati-hati tersesat, soalnya panduan menuju ke Candi Kethek hanya berupa jalan setapak, tidak ada papan petunjuk arahnya.
Kami bertiga butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke Candi Kethek. Kenapa? Karena di tengah jalan kami menemukan padang bunga, lokasi bagus untuk foto-foto. Tentu saja, ini jadi sesi pemotretannya Agatha. #senyum
Candi Kethek ini benar-benar tersembunyi di balik pohon cemara. Yang bisa menjadi penanda bahwa ini adalah candi adalah papan putih pindahin batu candi bayar 100 juta peringatan benda cagar budaya.
Seperti Candi Sukuh dan Candi Cetho, bentuk Candi Kethek ini adalah punden berundak. Tapi kalau diperhatikan, bentuknya mirip sekali sama Candi Gembirowati. Hanya bedanya candi ini dikelilingi pohon cemara dan lebih tinggi.
Menurut sumber di Internet, Candi Kethek sudah diketahui keberadaannya pada tahun 1842. Baru pada tahun 2005, BP3 Jawa Tengah dan Jurusan Arkeologi UGM melakukan penelitian mendalam pada candi ini. Menurut hasil penelitian, candi ini merupakan candi Hindu.
Di puncak candi terdapat altar sesaji yang tentu saja buatan masa kini. Dahulu kala, para ahli memperkirakan di puncak ini terdapat bangunan atap serupa dengan yang ada di teras tertinggi Candi Cetho.
Dalam bahasa Jawa, kata kethek itu berarti monyet. Entah kenapa candi ini dinamai Candi Kethek. Apa karena dahulu di sini ada banyak monyet ya? Sayang sekali di sekitar candi tidak ada satu pun monyet manusia yang bisa ditanyai.
Kalau Pembaca ingin merasakan sensasi petualangan masuk hutan demi menemukan candi, silakan kunjungi Candi Kethek! #senyum.lebar
KKN 2011 ini. Sebelum jalan menuju Candi Kethek, ada situs yang baru ditemukan tapi
cuma dikit batunya, namanya Situs Watu Pawon. Meskipun gitu, oleh masyarakat
sekitar masih dipakai untuk sembahyang.
pokonya aku jadi banyak tahu candi-candi,, hehehe
Mungkin saya kurang tau lokasinya
padahal saya pernah ke candi cetho..
memang benar lokasi dan penunjuk arah tidak jelas
di leaflet aja nggak ada informasi mengenai candi ini
modelnya seperti punden berundak ya
banyak ukiran dan arca gitu nggak seh??
kok fotonya kurang jelas
bentuknya memang punden berundak dan disana ndak ada arca.
saya melewatkan candi ini
saya malah terpesona dengan pemandangan perkebunan teh..
hihihi..
saran buat pengelola mungkin peta lebih diperjelas ya..
di leaflet wisata juga ndak ada info mengenai candi ini
sayang sekali...
kayaknya lebih seru kalo dijalanin pas ujan deh :D
menarik juga untuk didatengin, tapi kapan ya ? :)
kamu juga olahraga ya Wij...
klo dipikir2, arsitektur peninggalan sejarah klasik di gn. lawu bentuknya koq aneh2 y, ga spt candi pd umumnya..
Ditunggu kelanjutannya !!
tidak ada arcanya seperti candi cetho ya...
soalnya sepertinya agak utuh gitu candinya,tapi kok enggak ada cerita tentang arca atau ukir-ukirannya
ha...ha... terima kasih untuk foto petunjuk candi planggatan..mengobati keingintahuanku, berarti emang ada ya...tulisannya kok situs ? mungkin tinggal pondasinya ?