HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Komunitas Pencari Batu

Jumat, 17 Juli 2009, 10:55 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Rabu siang (8/7/2009) sehabis bikin kotor jari pakai tinta hitam, sekumpulan orang ngumpul-ngumpul di restoran fastfood Burger King di Cilandak Town Square, Jakarta. Mereka duduk-duduk, ngobrol-ngobrol, ketawa-ketawa nggak jelas sambil membahas satu hal, batu candi.

 

Acara dibuka dengan serah-terima sesajen 4 Kg lanting keju dari diriku kepada Mbak Vinna, dengan disaksikan oleh Mas Esa selaku pengamat dari KHI (Komunitas Historia Indonesia). Sesajen nggak berupa arca candi, karena selain berat dan dendanya lumayan mahal, lanting keju punya kelebihan tersendiri yaitu sebagai makanan khas Kebumen yang murah-meriah. (promosi apa pula ini? #hehehe)

 


Mas Esa dan Mbak Vinna.

Siang hari itu, selama kurang-lebih 2 jam, dua manusia yang diawasi oleh satu manusia ngobrolin perihal ide pendirian komunitas yang berlatar-belakang candi. Sebetulnya ide ini sudah pernah dibicarakan jauh-jauh hari sebelumnya, lebih sering via obrolan YM.

 

Seperti halnya wanita yang mendambakan kemapanan masa depannya #duer!, mbak Vinna juga sering mempertanyakan masa depan dari komunitas ini. Untuk menjawab pertanyaan itu, aku mengajak Mbak Vinna dan juga Pembaca sekalian untuk melihat awal-mula perkara ini.

 

Lebih tepatnya, komunitas ini diprakarsai oleh tiga orang pencari batu. Mereka sebelumnya nggak begitu mengenal satu sama lain. Akan tetapi, nasib ternyata mempertemukan mereka dan berlanjut hingga saat ini. Jadi, boleh dikata komunitas terbentuk karena efek by-accident.

 

Adalah Andreas, seorang mahasiswa Prodi Matematika UGM yang menggemari sejarah klasik Indonesia. Suatu ketika dirinya mengajak diriku untuk motret Candi Kalasan. Nggak disangka, diriku yang gemar blusukan, motret, dan bikin blog lantas tertarik dengan candi. Kemudian, berbagai macam petualangan menjelajah candi-candi kerap aku publikasikan di blog. Nggak disangka artikel-artikel candi di blog ini menarik perhatian Mbak Vinna, seorang pemerhati sejarah dan pecinta candi dari Jakarta.

 

Ada perbedaan orientasi dari ketiga pencari batu itu:
Andreas : Belajar sejarah dan jalan-jalan.
Diriku : Jalan-jalan, motret, dan bikin artikel candi di blog.
Mbak Vinna : .... pokoknya beliau mencap dirinya sendiri sebagai pecinta candi.

 

Dengan perbedaan orientasi itu kami mengalami banyak kendala, terkait dengan "mau dibawa kemana komunitas ini?". Boleh jujur, semenjak ada artikel candi aku jadi bisa ketemu dengan banyak orang yang punya minat yang sama. Ada Agatha, Eme, Mas Ipuk, Mas Alek, Ditta, Pein dan lain sebagainya. Mereka juga punya harapan yang sama akan adanya komunitas yang bisa menaungi minat mereka. Mbak Vinna sendiri punya harapan kalau komunitas ini bisa menjadi besar, sebesar KHI atau MADYA.

 

Kata susah itu pasti terbesit, contohnya saja peminat-peminat itu berasal dari berbagai penjuru kota di seantero Indonesia. Tapi apa itu jadi kendala? Untuk menepis pikiran itu, maka dibentuklah

Komunitas ARCA (Arkeologi, Candi, dan Purbakala)

 

Seperti yang sudah dikata, ini adalah komunitas yang digagas kami bertiga dan menaungi teman-teman kami yang punya minat yang sama tentang candi. Di komunitas ini, kami berharap bisa saling menukar pengetahuan seputar sejarah klasik Indonesia dan tentunya jalan-jalan ke berbagai obyek sejarah khususnya candi.

 


Nyawaku kerap terancam di pertemuan macam ini, he3.

Perlu diingat karena adanya perbedaan orientasi, masing-masing dari kami bergerak dengan cara kami sendiri-sendiri walau obyek sasaran kami sama yaitu candi sebagai bagian penting dari sejarah dan budaya Indonesia.

 

Kami menunggu respons dari pembaca dan teman-teman sekalian, dan tentu komunitas ini terbuka bagi umum kecuali untuk para maling batu #hehehe. Informasi lebih lanjut, bisa mengontak alamat grup Facebook ini,

 

http://www.facebook.com/group.php?gid=219782000226

 

Cinta Batu...
Itu berlaku untuk dirimu seorang, Mbak Vinna, karena jujur aku masih cinta wanita dan karena itu aku butuh 1 hari lebih lama di Jakarta. #senyum

NIMBRUNG DI SINI