HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Candi Sukuh

Senin, 26 Januari 2009, 20:33 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Penjelajahan candi pada hari Minggu (25/1/2009) membawaku ke kaki Gunung Lawu. Tepatnya ke Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Di mana, di salah satu dusun di Desa Berjo terdapat suatu kompleks candi yang unik dan terkenal. Candi yang kumaksud adalah Candi Sukuh.

 

Ke Candi Sukuh Naik Angkutan Umum

Kali ini aku memutuskan menjelajah candi seorang diri. Bermodal nekat dan semangat pantang menyerah aku pergi dari Yogyakarta ke Candi Sukuh menggunakan angkutan umum.

 

Awalnya aku sih sempat ragu-ragu. Bisa nggak ya pergi ke Candi Sukuh naik angkutan umum? Maklum, sebagian besar candi yang ada di Yogyakarta kan nggak terjamah angkutan umum.

 

Akan tetapi, setelah aku praktekkan ternyata nggak sulit kok pergi ke Candi Sukuh naik angkutan umum. Berikut adalah panduan rute menuju Candi Sukuh dari Yogyakarta menggunakan angkutan umum.

 

  1. Dari Kota Yogyakarta menuju Kota Solo, naik Kereta Api Prameks. Kemudian turun di Stasiun Solo Balapan. Perjalanan sekitar 1 jam.
  2. Dari Stasiun Solo Balapan, berjalan kaki sekitar 10 menit, bisa juga naik becak, ke Terminal Bus Tirtonadi. Di sini naik bus besar jurusan Solo – Tawangmangu. Bus ini berangkat setiap 30 – 45 menit sekali (kalau nggak ngaret #hehehe). Kemudian turun di Terminal Karangpandan. Perjalanan dari kota Solo ke Terminal Karangpandan ini sekitar 1,5 jam.
  3. Dari Terminal Karangpandan, naik bus kecil menuju Sukuh. Bus ini berangkat setiap 15-30 menit sekali. Kemudian turun di pertigaan Nglorog. Perjalanan dari Terminal Karangpandan ke pertigaan Nglorog sekitar 20 menit.
  4. Dari pertigaan Nglorog, kita bisa menggunakan jasa ojek untuk mencapai Candi Sukuh dengan tarif Rp5.000. Kalau mau ngirit, cukup dengan berjalan kaki sejauh ya... sekitar 1 km saja.
  5. Kalau memilih opsi jalan kaki (seperti yang aku lakukan hari ini) bakal terasa petualangannya, karena kondisi jalan 1 km menuju Candi Sukuh itu adalah tanjakan terjal yang menguras stamina!

    Tapi, kalau orang zaman dulu terbiasa jalan kaki ke candi, kenapa kita nggak bisa? #hehehe

 

Oh iya! Ini penting! Karena ketersediaan bus untuk kembali ke Solo terbatas sampai pukul 6 sore, aku sarankan pada pukul 4 sore sudah sampai lagi di pertigaan Nglorog untuk naik bus menuju Terminal Karangpandan.

 

Berikut rincian tarifnya:

 

Tiket KA Prameks Yogyakarta – Solo Rp7.000
Tarif Bus Solo – Tawangmangu Rp8.000
Tarif Bus Karangpandan – pertigaan Nglorog Rp3.000
Tarif Bus pertigaan Nglorog – Karangpandan Rp3.000
Tarif Bus Tawangmangu (Karangpandan) – Solo Rp6.000
Tiket KA Prameks Solo – Yogyakarta Rp7.000

 

Jadi, dengan Rp34.000 kita sudah bisa berkunjung ke Candi Sukuh dari Yogyakarta. Tarif retribusi Candi Sukuh sendiri adalah Rp2.500 per orang. Murah yah? #senyum.lebar

 

Seperti candi-candi yang berada di kaki gunung, Candi Sukuh juga nggak terbebas dari gumpalan kabut. Dan seperti apa yang selalu menghiasi hari-hari pada bulan Januari, hujan deras disertai petir juga menambah warna petualanganku di sana.

 

Akan tetapi, kalau melihat animo pengunjung yang tetap berwisata sambil hujan-hujanan, masak sih aku kalah? Ya sudah deh, kumulai saja penjelajahanku.


UPDATE!
Oh iya, foto-foto candi yang terlihat "kering" itu aku potret pas kunjunganku kedua bareng sama Andreas dan Agatha sepulangnya kami dari Candi Cetho di hari Kamis (30/7/2009).

 

Gerbang Candi Sukuh

Saat pertama kali datang ke Candi Sukuh, kita bakal disambut oleh gerbang besar, Mirip seperti gerbang masuk benteng. Gerbang besar ini dikunci dan di depannya diletakkan sesajen. Hmm, sepertinya gerbang ini nggak boleh sembarangan dimasuki orang.

 

Sebenarnya, akses keluar-masuk ke Candi Sukuh melalui tiga gerbang. Akan tetapi, hanya gerbang utama saja yang masih utuh. Bentuk gerbang utama dibuat tinggi ke atas sesuai dengan kontur tanah yang berbukit.

 


Gerbang utama Candi Sukuh yang di dalamnya ada relief....

 


Semacam ornamen Kala penghias gerbang masuk Candi Sukuh.

 


Gerbang lain di Candi Sukuh sedang dipugar pada Juli 2009.

 


Talang air di Candi Sukuh untuk mencegah erosi.

 

Bentuk Candi Sukuh

Ternyata benar apa yang dikatakan orang-orang. Pas sampai di pelataran Candi Sukuh aku sendiri bingung. Ini sebenarnya candi atau bukan sih? Hahaha. #senyum.lebar

 

Candi Sukuh memiliki arsitektur yang unik. Bentuknya mirip piramida tapi dengan puncak yang datar. Sekilas sih memang mirip piramida suku Maya di Peru. Apa arsitek candi ini dulunya pernah "sekolah" di Peru atau malah asalnya dari Peru? Siapa yang tau? Hehehe #hehehe. Berhubung situasi sedang hujan, aku nggak berhasrat naik ke puncak Candi Sukuh.

 


Tampak muka bangunan induk Candi Sukuh.

 


Tampak belakang bangunan induk Candi Sukuh.

 


Akhirnya berkesempatan juga naik ke puncak Candi Sukuh pada Juli 2009.

 

Batu Candi Sukuh

Keunikan Candi Sukuh yang lain adalah batu yang menyusun hampir sebagian candi dan arca di kompleks Candi Sukuh. Batu-batu itu seperti bukan batu andesit. Sebab, warnanya agak cokelat kemerah-merahan. Batu andesit yang aku tahu warnanya kan abu-abu.

 

Apakah batu itu memang batu andesit yang sudah diberi larutan kimia tertentu oleh ahli purbakala? Ataukah warna ini efek samping dari batu yang basah karena hujan? Yang jelas unik saja melihat Candi Sukuh yang didominasi warna cokelat kemerah-merahan.

 

Arca Candi Sukuh yang... Duh!

Arca dan relief yang ada di sekitar Candi Sukuh juga aneh. Dari sekilas melihat saja tampak perbedaan dari segi penggambaran bentuk relief dan arca. Kesannya lebih "hidup". Apa mungkin ya arca dan relief Candi Sukuh ini dibuat oleh para seniman "nyentrik"?

 

Oh iya, candi Sukuh ini adalah candi Hindu. Walau di sekitar Candi Sukuh tidak ada lingga yoni dalam wujud yang "konvensional".

 

Lha kok bisa tau?

Ya... itu karena Candi Sukuh ini...#maaf vulgar#hehehe

 

 

Candi Sukuh boleh dibilang "vulgar" karena ada sejumlah arca yang menampilkan lingga dalam bentuk yang "realistis" yaitu berwujud organ kemaluan pria yang...sangat...detil. Di beberapa tempat juga ada perwujudan yoni. Juga dalam bentuk yang "realistis" yaitu organ kemaluan wanita.

 

Kalau candi Buddha kan tidak mengumbar organ kemaluan seperti ini. Karena ajaran Buddha kan berusaha menjauhkan manusia dari godaan duniawi termasuk seks.

 


Jauhkan dari pandangan anak-anak kecil!

 

Aku sendiri merasa agak aneh dengan perwujudan lingga dan yoni dalam bentuk yang "realistis" seperti ini. Karena kok ya sepertinya agak bertentangan dengan falsafah orang Jawa ya?

 

Yang aku tahu, orang Jawa kan lumayan tabu menyinggung hal-hal yang ada kaitannya dengan seksualitas. Karena itu, lingga dan yoni di candi-candi di Jawa Tengah diwujudkan sebagai tiang dan altar untuk mengaburkan bentuknya yang "realistis" itu kan?

 

Makanya itu, aku jadi penasaran siapa sih seniman arca Candi Sukuh ini? Hahaha #senyum.lebar.

 


Altar persembahan berbentuk kura-kura.

 


Arca Dwarapala.

 


Semacam arca nandi ya?

 

Nggak jauh dari Candi Sukuh, ada yang namanya Rumah Arca yang menjadi tempat BP3 Jawa Tengah menyimpan koleksi arca-arca Candi Sukuh. Di antaranya ada juga yoni dalam bentuk yang konvensional.

 

Arca Garuda di Candi Sukuh

Candi Sukuh terdiri dari satu bangunan candi induk tanpa didampingi candi perwara. Komposisi yang seperti ini biasa aku jumpai untuk candi-candi yang ada di dataran tinggi seperti di Dataran Tinggi Dieng sana.

 

Bangunan candi induknya sendiri juga nggak kalah unik. Bukan hanya karena wujudnya yang seperti piramida, melainkan juga karena berbeda fitur dibandingkan candi-candi Hindu pada umumnya.

 

Biasanya, candi-candi Hindu itu menghadap ke arah timur. Akan tetapi Candi Sukuh ini berbeda karena menghadap ke arah Barat. Dilihat dari posisinya, Candi Sukuh ini seakan memunggungi Gunung Lawu yang berada tepat di belakangnya.

 


Relief Garuda yang baru pertama kali aku lihat di Candi Sukuh.

 

Di Candi Sukuh juga nggak ditemui arca-arca yang umum dijumpai pada candi Hindu seperti arca Agastya, Durga dan Ganesha. Yang bertebaran di halaman kompleks adalah arca Garuda. Ini baru pertama kalinya aku melihat arca Garuda, karena di candi-candi yang pernah aku kunjungi nggak pernah aku lihat arca Garuda.

 

Keberadaan arca Garuda ini mungkin erat kaitannya dengan adanya relief yang menceritakan kisah Garuda membebaskan ibunya dari sekapan Naga. Selain itu, ada relief yang menceritakan kisah anggota Pandawa Lima, Sadewa, membebaskan kutukan yang menimpa Durga dan juga relief Ganesha yang sedang mengajari para pengerajin keris.

 


Relief Suddhamala di Candi Sukuh.

 


Relief binatang lain di Candi Sukuh.

 

Sejarah Candi Sukuh

Menurut informasi yang dipampang di papan informasi, Candi Sukuh ini dibangun pada abad ke 15 Masehi, sekitar tahun 1437 – 1456. Ada banyak data yang merujuk pada tahun-tahun itu, seperti data yang tertera pada arca, relief, dan prasasti yang ditemukan.

 

Bila dirujuk dari tahunnya, Candi Sukuh ini berdiri pada masa akhir pemerintahan Kerajaan Majapahit. Meski bisa disebut sebagai "candi modern", Candi Sukuh masih menganut arsitektur punden berundak yang mewujud bangunan candi induk yang mirip piramida. Dari relief dan arca yang ada, diperkirakan candi ini dipergunakan sebagai sarana ruwat atau penyucian diri.

 

Candi Sukuh ini pertama kali ditemukan dalam keadaan runtuh pada tahun 1815 oleh Residen Surakarta, Johnson. Pada kurun waktu 1842 – 1910 dilakukan penelitian dan inventarisasi oleh sejumlah ahli purbakala Belanda. Pada tahun 1928 baru dilakukan pemugaran oleh Dinas Purbakala.

 

Akhirnya...

Sebelum aku meninggalkan kompleks Candi Sukuh karena hujan sudah reda dan hari mulai beranjak sore, aku sempat ngobrol-ngobrol dengan Pak Giarno, salah satu petugas candi yang tertarik dengan info-info mengenai candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Karena itu aku kasih saja alamat blog-ku ini sebagai salah satu referensinya (promosi nih ye! #hehehe).

 

Kalau kebetulan Pak Giarno mampir kemari, jangan lupa ngasih komentar ya Pak! #senyum.lebar

 


Ada juga pemandu lokal. Pak Haryono namanya.

 

Pembaca yang membawa serta anak kecil, bersiap-siaplah menjelaskan hal-hal yang "luar biasa" di Candi Sukuh ini kepada mereka! #hehehe

NIMBRUNG DI SINI