HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Candi Ngawen

Minggu, 28 Desember 2008, 08:57 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Gimana ya rasanya menjelajah candi ditemani 3 wanita yang ngakunya cantik? Pastinya, ya... gitu deh. #hehehe

 

Oke deh! Jadi di hari Sabtu (20/12/2008) yang lalu, aku dan Andreas punya agenda menjelajah candi lagi. Masih di seputar Kabupaten Magelang di Jawa Tengah. Candi yang jadi sasaran adalah Candi Ngawen yang lokasinya ada di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

 

Sesuai yang aku tulis di awal artikel, selain Andreas aku ditemani oleh tiga orang wanita asal Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Ada Mbak Mega, Mbak Vita, dan Mbak Ina. Mbak Mega ini adalah ehm... pacar-nya Andreas. Sedangkan dua wanita lainnya adalah temannya Mbak Mega yang kebetulan sedang berwisata di Jogja.

 


Extra members di hari ini. Kiri-kanan: Mbak Ina, Mbak Mega, dan Mbak Vita. #senyum.lebar

 

Rute Perjalanan ke Candi Ngawen

Rute untuk mencapai Candi Ngawen dari Kota Jogja cukup mudah. Berikut panduannya:

 

  1. Karena tujuannya ke Kabupaten Magelang, ya ikuti saja Jl. Raya Yogyakarta –Magelang sampai tiba di gapura perbatasan provinsi DI Yogyakarta – Jawa Tengah.
  2. Selepas lewat gapura perbatasan provinsi, ikuti terus Jl. Raya Yogyakarta – Magelang sampai tiba di Kota Kecamatan Muntilan. Tepatnya di jalan satu arah yang mulai banyak toko-toko panganan wajik.
  3. Perhatikan di sisi kiri jalan. Ada pertigaan yang berada di dekat sebuah bengkel motor bernama “Tossa Motor”. Belok kiri di pertigaan tersebut.
  4. Nah, selanjutnya tinggal lurus mengikuti jalan tersebut. Jangan berbelok ketika menemui perempatan, lurus saja. Nggak sampai 10 menit, sampai deh di Candi Ngawen. #senyum.lebar

 

Candi Ngawen Sebagai Candi Transisi

Dari perbincangan dengan Andreas dan juga literatur-literatur yang kutemukan di internet, aku memperoleh cukup banyak informasi mengenai Candi Ngawen. Candi Ngawen ini diperkirakan merupakan candi Buddha, tepatnya aliran Buddha Vajrayana dan diperuntukkan bagi kelima Dyani Buddha.

 


Satu-satunya dari lima bangunan candi yang berdiri.

 

Candi Ngawen diperkirakan dibangun pada abad ke-9 Masehi. Keberadaan Candi Ngawen diperkirakan tercantum di dalam Prasasti Karang Tengah bertahun 824 Masehi yang menyebutkan tentang bangunan suci bernama venuvana. Beberapa ahli purbakala mengatakan bahwa candi ini dibangun pada masa transisi Hindu-Buddha di pulau Jawa.

 


Bangunan candi lain yang tersisa dasarnya saja.

 

Berbeda dari candi-candi lain yang pernah kusinggahi, kompleks Candi Ngawen memiliki lima candi induk yang terbentang dari utara ke selatan. Kelima candi induk tersebut diperuntukkan bagi kelima Dyani Buddha dan memiliki pintu masuk menghadap ke arah timur.

 


Arca Buddha yang sepertinya dahulu ditempatkan di dalam salah satu candi yang runtuh.

 

Uniknya, sisi timur dan barat candi-candi induk tersebut diapit oleh dua sungai kecil yang bernama Kali Kebo (barat) dan Sungai Blongkeng (timur). Air pada Sungai Blongkeng jika diperhatikan dengan seksama agak sedikit keruh, dan menurut literatur di internet ada kandungan belerang di air sungai tersebut.

 


Kali Kebo di sisi barat kompleks Candi Ngawen.

 

Bangunan candi-candi di Candi Ngawen tidak lagi sempurna seperti sedia kala. Hanya bangunan candi di sisi utara saja yang masih berdiri kokoh, itupun tanpa adanya atap. Jadinya kalau hujan, airnya akan leluasa masuk ke dalam bilik utama candi. Di dalam candi induk yang kokoh tersebut ada arca Buddha yang tidak lagi utuh.

 


Arca Buddha di dalam bilik utama candi sisi utara.

 


Bolong! Dari foto bagian luar nggak kelihatan ya kalau atap candinya bolong? #senyum.lebar

 

Suasana candi yang dibangun dalam masa peralihan Hindu-Buddha tampak kental di sini, di salah satu candi induk ada arca yoni dan di depan pos juru kunci terdapat arca Nandi yang dahulu ditemukan di sekitar sini.

 


Relief gana yang merupakan perwujudan dari dewa Wisnu dalam agama Hindu.

 

Ciri Khas Ornamen Singa

Kelima candi induk ini berhiaskan ornamen singa yang terletak di sudut-sudut kaki candi. Satu hal yang tidak pernah aku lihat di candi-candi Buddha yang pernah kukunjungi.

 

Di sudut-sudut kaki candi induk yang masih berdiri kokoh, terdapat patung singa dalam posisi sedang berdiri. Bila diperhatikan, patung singa tersebut memiliki mulut yang sedang menganga. Di dalam mulut tersebut terdapat semacam pipa yang merupakan saluran pembuangan air. Entah apakah untuk membuang air hujan atau air sesembahan.

 


Patung-patung singa yang ada di kaki-kaki candi. Perhatikan deh "itu"nya... #malu

 

Eh, bila patung singa ini diperhatikan lebih jeli lagi, singa-singa itu berjenis kelamin jantan lho! Lha tahu dari mana? Perhatikan saja (maaf) organ kelamin singa-singa itu yang dipahat dengan sangat detil oleh nenek-moyang kita. Tapi kok mirip sama kelamin manusia ya? #senyum.lebar

 

Selain patung singa, di candi-candi induk juga terpahat relief gajah dan relief manusia. Hmm, apakah relief-relief tersebut mengandung cerita sebagaimana di Candi Sojiwan dan Candi Mendut?

 


Gajah di masa lampau identik dengan tunggangan anggota kerajaan.

 


Seperti menggambarkan seorang bangsawan dengan pesuruhnya.

 


Seperti dewa-dewa yang duduk di atas bunga teratai.

 

Sejarah Penemuan Candi Ngawen

Candi Ngawen pertama kali ditemukan pada tahun 1864 oleh seorang Belanda bernama Hoepermans. Beliau menemukan arca Buddha yang sudah rusak dan menduga bahwa masih terdapat “sesuatu” yang tersembunyi di bawah sebuah bukit setinggi 2 - 3 meter.

 

Pada tahun 1899, penggalian secara intensif mulai dilaksanakan. Sejumlah ahli purbakala Belanda seperti Brandes, Van Erp, dan Vink turut turun tangan membantu penggalian. Van Erp kemudian menemukan struktur bangunan yang memiliki desain unik dan diduga kuat sebagai sebuah candi.

 

Pada tahun 1920, sawah-sawah yang mengelilingi area penggalian dikeringkan dan proses ekskavasi dimulai. Restorasi dimulai dari candi induk di bagian utara dan berhasil mengkonstruksi kembali satu bangunan candi induk meskipun atapnya belum sempurna dan banyak bebatuan candi yang harus dibentuk ulang kembali.

 


Sebetulnya untuk pemugaran candi kan dindingnya tidak boleh disemen seperti ini....

 

Mungkin ini alasannya mengapa dinding candi tersebut terlihat sebagai campuran semen dan batu kali, bukan susunan batu andesit. Proses restorasi dinyatakan selesai oleh Perquin pada tahun 1927.

 

Taman Candi Ngawen yang Asri

Kompleks Candi Ngawen cukup menarik untuk dikunjungi. Salah satunya karena kompleks candi sudah tertata dengan apik. Ada taman-taman, bangku-bangku, dan kolam lengkap dengan teratainya. Adanya dua sungai yang mengapit dua candi tersebut juga menambah kesan alami di kompleks Candi Ngawen ini. Uh, asri banget deh pokoknya.

 

Di sore hari anak-anak desa Ngawen kerap bermain di kompleks Candi Ngawen. Sungguh menyenangkan dapat rehat sejenak dari kebisingan kota besar dan menikmati kekayaan sejarah serta harmoni alam di kompleks Candi Ngawen.

 


Kolam teratai di kompleks Candi Ngawen.

 

Kalau Pembaca sekiranya ingin menyepi ke candi, aku sarankan untuk berkunjung ke Candi Ngawen. Tentu saja, boleh kok ditemani wanita cantik. #hehehe

NIMBRUNG DI SINI