Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Kalau Jawa Barat punya Gunung Tangkuban Perahu, maka Yogyakarta punya Gunung Merapi. Keduanya sama-sama merupakan obyek wisata alam pegunungan yang menjadi ciri khas provinsi tersebut.
Perbedaannya adalah lokasi menikmati obyek wisata tersebut. Gunung Tangkuban Perahu hanya dapat dinikmati dari Jawa Barat saja. Lain halnya dengan Gunung Merapi yang dapat dinikmati dari berbagai pos pengamatan yang tersebar di seantero Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Salah satu lokasi untuk menikmati keindahan Gunung Merapi adalah dari dusun Kaliadem di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Jarak dari kota Yogyakarta ke Kaliadem yang lumayan dekat (kira-kira 27 km) serta akses jalan yang mulus, membuat lokasi ini menjadi favorit banyak orang untuk menikmati keindahan Gunung Merapi setelah obyek wisata Ketep Pass di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Untuk bisa mencapai Kaliadem, Pembaca bisa menyusuri Jl. Kaliurang atau Jl. Cangkringan yang membentang dari lurus menuju Gunung Merapi. Tinggal anda ikuti papan penunjuk jalan yang bertebaran dimana-mana sebagai panduan menuju Kaliadem.
Lahar dan awan panas yang meluncur dari Gunung Merapi pada dua tahun silam (tepatnya Rabu, 14/6/2006) mengubah wujud Kaliadem 180 derajat. Kaliadem yang dahulu kala dihiasi hamparan rumput nan hijau dan rimbunnya pohon pinus, kini telah berganti rupa menjadi padang pasir dan batuan dari erupsi Gunung Merapi. Bencana alam yang menelan korban jiwa tersebut juga meluluh-lantahkan bangunan-bangunan yang berdiri di Kaliadem. Walau begitu, kondisi Kaliadem seperti saat ini membawa berkah tersendiri bagi para penambang pasir dan juga bagi fotografer.
Lokasi yang Fotogenik
Kaliadem kini menjadi lokasi fotografi yang menarik di Yogayakrta. Ibaratnya, kalau Jawa Barat punya Kawah Putih maka Yogyakarta punya Kaliadem. Keduanya sama-sama merupakan sisa-sisa bencana yang ditimbulkan dari gunung berapi.
Bagi kebanyakan fotografer, pagi hari buta merupakan awal waktu yang tepat untuk “mengeksekusi” eksotisme Gunung Merapi. Bila berangkat pukul 04.30 kita dapat tiba di Kaliadem pada pukul 05.15 dan mendapatkan cuaca Gunung Merapi yang bersih, terbebas dari awan serta kabut. Kira-kira pada pukul 06.30 sampai 07.00, kita bisa menyaksikan aktivitas ibu-ibu yang menggotong rumput untuk makan hewan ternaknya.
Biasanya awan dan kabut akan kembali menyelubungi Gunung Merapi pada pukul 08.00. Jadi, sebaiknya mengabadikan momen secepat mungkin. Tidak lupa bahwa kondisi cuaca setiap bulannya, musim hujan atau musim kemarau, juga mempengaruhi cuaca di Gunung Merapi.
Fasilitas yang ada di Kaliadem tergolong minim. Ada beberapa kios yang menjual pernak-pernik Gunung Merapi dan bunga-bunga gunung. Tidak terdapat rumah makan, yang ada hanya beberapa warung yang menyediakan makanan ringan. Selain itu adapula aula serbaguna yang difungsikan sebagai toilet, tempat parkir, dan mushalla.
Oh ya, apabila Pembaca tiba di Kaliadem di pagi buta maka Pembaca tidak akan dipungut biaya retribusi. Ya, karena belum ada orang yang berjaga. Sepertinya harus orang sabar yang berkenan menjaga loket retribusi di pagi hari buta di kaki gunung yang dinginnya minta ampun! #hehehe
Pembaca sudah pernah ke Kaliadem? #senyum
NIMBRUNG DI SINI
-
#BEJOKAMPRETMinggu, 17 Okt 2010, 16:36 WIBkapan iki wij ????udah lama Kang