Pukul lima pagi, iseng-iseng aku sempatkan singgah di sebuah jalan raya di kota Jogja. Hawa dingin masih menusuk tulang, dan tentu masih menahan warga kota untuk beraktivitas di luar rumah. Nggak heran, kalau jalan raya masih tampak sepi.
Bukan jalan raya namanya kalau selalu sepi.
Mungkin karena pernyataan semacam itulah, jalan raya kini menjelma bak hutan belantara yang dihuni para hewan buas yang kelaparan. Mau contoh?
Belum lama ini, sebuah insiden di jalan raya memakan korban seorang pesepeda. Ada truk yang tengah menyalip truk lain menerjang pesepeda tersebut.
Kalau lantas sepeda dicap sebagai kendaraan yang beresiko tinggi celaka, aku rasa tidak tepat. Mau naik sepeda, motor, mobil, truk, kapal, pesawat, hingga jalan kaki sekalipun...semua tetap beresiko untuk celaka...dan mati.
Gambar diambil dari http://www.hawleysbicycleworld.com/Portals/0/accident32ea.jpg
Mengapa kita tak berpikir sebaliknya?
Menelaah kendaraan mana yang berpotensi besar menjadi pelaku kecelakaan di jalan raya?
Kalau hendak dicermati, berbagai insiden di jalan raya selalu melibatkan faktor kendaraan yang tengah melaju kencang. Apalagi kalau bukan karena terburu-buru mengejar waktu?
Bukan jalan raya namanya kalau tiap kendaraan melaju dengan pelan.
Hingga pada akhirnya, insiden di jalan raya semacam ini berakhir dengan cap pintar-tidaknya pengguna jalan raya berakrobat di jalan raya. Sepintar apa dia bisa melaju kencang, dan sebodoh apa reaksinya untuk menghindari tabrakan. Begitukah?
Belum lama ini pula, aku menyaksikan bagaimana seekor anak kucing ditabrak oleh sepeda motor yang tengah melaju kencang. Kucing kecil itu sekarat. Oleh pengemudi motor, kucing kecil itu hanya digeletakkan di pinggir jalan raya.
Di lain hari, aku menyaksikan seekor ayam yang terjebak keramaian lalu lintas akhirnya tertabrak oleh sepeda motor yang tengah melaju kencang. Di jalan raya, kerap kita saksikan berbagai mayat korban tabrakan. Mulai dari tikus, ayam, kucing, hingga manusia.
Bukan jalan raya namanya kalau ada penggunanya yang bukan manusia.
Sudahlah. Mungkin kita harus lebih mawas diri dalam berlalu lintas. Selama manusia masih beringas, melaju kencang diburu waktu, aku kira kedamaian di jalan raya tak kan pernah datang.
Jadi, apakah Pembaca diburu waktu demi menuntaskan pekerjaan di hari ini?
NIMBRUNG DI SINI
perilaku di jalanan memang harus dijaga mas, karena tidak seperti biasanya yang berlaku kalimat resiko ditanggung sendiri, di jalan raya ada orang lain yang harus ikut nanggung resiko perilaku kita.
aku suka ngebut soalnya...
Sepertinya memang lebih baik dikasih kendaraan banyak biar jalanan jd macet, jadi kalo jalanan macet, gak ada yg bisa ugal2an balapan di jalan sepi. Yah even msh bs kecelakaan tp minimal lah.
kan jalan raya....
salam hangat dari blue
btw, gambar sepedanya ngeri, remuk redam gitu...
kalo dibawa ke tempat Pak S***** jadi bener lagi ndak ya?
berdoa dan berhati-hati dalam berkendara..
semoga selalu dilindungi oelh Sang Pencipta..
smoga sampeyan terus dilindungi selama dalam perjalanan, mas
:)