Jogja, kota gudeg ini terasa panas sekali. Sampai malam pun masih terasa gerah. Padahal minggu sebelumnya, hujan turun hampir tiap hari. Benar-benar anomali cuaca yang aneh.
Malam itu aku keluar rumah. Sekadar cari angin dan inspirasi. Jalan kaki saja.
Aku jalan kaki sampai Kampung Ketandan. Kebetulan, di sana sedang digelar acara Pekan Budaya Tionghoa. di sanalah aku berbaur dengan keramaian.
Di masaku kecil, nggak ada acara seperti ini. Ini semua buah dari diterbitkannya Instruksi Presiden No. 6/2000 oleh Presiden Gus Dur. Toleransi yang baru saja lahir.
Pemandangan baru. Aku melihat banyak warga Tionghoa bersuka-cita. Di beberapa tempat, aku mendapati beberapa keluarga tengah bercakap di tengah jalan. Ajang silaturahmi juga sepertinya.
Ada juga warga non-Tionghoa. Mereka juga menikmati sajian budaya itu. Ada yang lagi memilih-milih baju Tionghoa. Yang paling kelihatan sih, berkumpul di depan panggung utama.
Anak-anak pun tak ketinggalan menyaksikan tontonan rakyat ini.
Acaranya pagelaran seni paduan budaya Tionghoa dan nusantara. Buatku menarik. Adanya paduan budaya berarti ada keintiman antara dua budaya yang berbeda. Yang mampu menarik perhatian masyarakat, menjadi sebuah tontonan rakyat.
Tontonan rakyat itu apa sih? Yang jelas hiburan yang menjangkau semua lapisan masyarakat. Lintas suku, agama, ras, usia, dan kelas ekonomi. Inilah ruang sosial yang sesungguhnya. Mampu menumbuhkan sikap toleransi, menggerakkan ekonomi, dan (semestinya) menyampaikan pesan edukatif.
Jujur, aku rindu yang seperti ini. Tatkala rakyat tak lekat dengan media televisi. Tatkala tontonan budaya menjadi satu-satunya hiburan. Tatkala semua berbaur jadi satu. Jadi satu...
Aku tak lama di sana. Bukan karena tak menikmati. Makin malam, makin banyak pengunjung, makin panas. Tujuanku kan menghindari panas.
Pembaca senang tontonan rakyat?
Catatan:
Tahun ini aku nggak motret kirab budaya Tionghoa, karena tahun lalu pernah aku liput itu di sini.
NIMBRUNG DI SINI
Mending parkir mobil dan nonton Barongsainya aja lah ya...
Sungguh... itu pemandangan yang luarbiasa menurutku. Betapa sekat-sekat sosial dan agama tak jadi soal dalam kegiatan ini...
Tapi cepat2 kabur gara2 di depan panggung dangdut penontonnya mulai nggak genah :P
Panas...........
[Ga nyambung ya ? :P ]