Akhir-akhir ini banyak yang bilang diriku menyedihkan. Karena nggak pulang kampung. Padahal, kampungku sendiri ya di sini ini. Di Jogja ini. Maksudnya mereka, aku nggak kumpul-kumpul sama orangtua pas lebaran ini.
Ada yang bilang diriku ini kurang kasih-sayang. Jadi terlantar (katanya) karena nggak punya pacar. Ada yang bilang diriku nggak usah keras kepala. Disuruh cari kasih-sayang katanya. Hahahaha. Diriku tertawa.
Akhir-akhir ini semua orang bereuforia. Bergembira ria. Mau pulang kampung katanya. Mau kumpul sama orangtua katanya. Mau reunian sama teman-teman katanya. Diriku yang nggak apa-apa ini dibilang menyedihkan. Kenapa ya mereka sebut diriku menyedihkan? Ah, mungkin karena aku terlalu banyak menyinggung masalah-masalah itu di muka mereka. Ah, lagipula mereka sendiri yang tanya. Ah, jangan-jangan aku bahas ini aku bisa dibilang tambah menyedihkan? Ya udah deh, nggak jadi bahas ini.
Gini aja.
Akhir-akhir ini Jogja jadi rame. Rame manusia. Rame kendaraan. Malam lebaran diriku mblusuk laper, cari ganjel perut. Eh, di jalan penuh sama pawai takbiran. Petasan dan merecon bunyi dimana-mana. Jadinya macet deh. Jadinya sebel deh. Tapi kalau dipikir, Winky yang di Belanda atau Mbak Mon yang di Thailand kan nggak ngalami yang kayak gini. Ya udah dinikmatin aja. Eh, di jalan ketemu sama Atik (Geodesi ’04) temen satu proyek. Ngobrol-ngobrol soal kerjaan. Malam lebaran akhirnya lembur proyek deh.
Akhir-akhir ini Jogja jadi rame banget. Coba deh lihat di Jl. Malioboro, Jl. Solo, atau Jl. Magelang. Hiiii! Penuh sama benda minum bensin! Kayaknya seluruh Indonesia itu tumpah di Jogja. Mana nih Jogja yang nyaman? Ah, tapi kan cuma akhir-akhir ini aja. Pas musim lebaran aja. Kalau ke Jogja belum afdol kalau belum ke Malioboro, belum makan gudeg, belum ke Kaliurang, belum ke Prambanan, belum ke Borobudur.
Pawai Takbiran di Kota Jogja.
Eh, tahu nggak aku dari tadi bicarain apa?
Akhir-akhir ini. Itu euforia kawan. Karena lebaran aja orang-orang jadi pulang kampung, jadi minta maaf, jadi bikin penuh Jogja. Setelah itu? Seakan melupakan semua-semuanya. Seakan lupa kalau punya dosa. Ya karena akhir-akhir ini aja semua jadi kayak gini. Pertanyaannya kalau setiap hari seperti ini kayak gimana? Karena itu aku nggak pulang kampung. Aku anggap hari lebaran itu hari biasa. nggak ada aturan "karena lebaran maka...". Kalau di hari ini kita minta maaf dan besok sudah bikin dosa lagi?
Karena itu anggap aja hari lebaran hari biasa.
Kemarin, sekarang, atau besok kita minta maaf lagi, kembali fitri lagi.
Kemarin, sekarang, atau besok kita puasa lagi, menahan diri lagi.
Jadi nggak ada itu aturan "Akhir-akhir ini..."
Perlahan, kita mulai kehilangan makna kesakralan hidup...
NIMBRUNG DI SINI
kata temen, yang nggak jomblo pada nggak sempet update blognya... :D
\"wisna menyedihkan deh\"
tapi:
\"wisna menggelikan deh\"
hehehe
Lebaran kan ga hanya buat maaf2an, tp jg tuk ngaruhke kabar sedulur, kapan lg bs lbh kenal/ketemu sedulur klo ndak pas syawalan trah?
then, start feeling one by ourselves.
btw, aku kok g bisa komen t4 yacob yak?
invalid code mulu..
Nah, kapan ya lu bisa mulai bantuin gue? )
Proyek kita ituuuu lho hhehehhe
Ayo mbak kita mulai aja proyeknya! YM saya klo udah siap :D
siapa bilang kamu menyedihkan?? nggak ah!
akhir2 ini, aku malah dimarahin terus, hehehe,
bensin satu liter 4500, tapi kalo yang dikasih bensin aku jadinya satu liter 5000, hohoho.