Sebetulnya sih nggak pas kalau disebut sebagai "mendadak ke Jawa Timur". Dari bulan lalu aku sudah rasan-rasan. Maret 2017 ini pingin ke Jawa Timur.
Mbuh Jawa Timur bagian mana. Tapi yang jelas, dari sekian banyak kabupaten di Jawa Timur, aku sama sekali nggak pernah kepikiran buat menyambangi Gresik, hahaha.
Sampai akhirnya, tanggalan bergerak maju ke hari Sabtu, 4 Maret 2017. Pas membaca rentetan status di lini masa Facebook di pagi hari itu, aku spontan berujar,
“HAH?”
Untuk memastikan aku cek silang di Twitter dan Instagram. Kondisinya masih adem ayem seakan nggak terjadi apa-apa.
Tapi ya... semakin hari beranjak siang, aku perhatikan ungkapan duka cita makin banyak bermunculan. Oh, kabar duka cita ini rupanya sungguhan.
Ah, you know lah who I mean...
Ngerti peristiwa seperti itu, aku jadi pingin banget berangkat ke Gresik. Tapi ya lagi-lagi, kondisi fisikku pas hari Sabtu itu lagi nggak well-defined. Kalau dipaksa berangkat ke Gresik bisa-bisa kondisiku makin amburadul.
Jadi, setelah aku pikir masak-masak, aku mengurungkan niat buat pergi ke Gresik.
Meskipun demikian aku sudah memancangkan niat. Pokoknya, kalau fisikku sudah membaik aku harus ke Gresik. Alhamdulillah, pada hari Minggu (12/3/2027) yang lalu Gusti Allah SWT mengizinkan aku buat ke Gresik.
Aku ke Gresik sebagai bentuk penghormatan pada sang Almarhum yang telah membawa keceriaan pada jagat blog Indonesia.
Padahal ketemu saja nggak pernah. Chat-chat-an juga nggak. Balas-balasan komentar blog juga jarang.
Walaupun begitu, kepergiannya tetap sukses bikin aku sedih.
Aneh nggak sih? Hahaha.
Ya sedihnya nggak sampai nangis sih. Cuma jadi serba males saja. Terutama jadi males buat nulis artikel blog, hahaha.
Padahal, di bulan Maret 2017 ini niatnya aku pingin nerbitin banyak artikel yang draft-nya sudah numpuk. Tapi, sudah lewat dua minggu aku blas belum menerbitkan artikel sama sekali. Payah ya? Hahaha.
Lha piye? Pas menulis artikel yang bernuansa ceria yang terbayang di otakku ya artikel-artikelnya Cumilebay je!
Bahkan pada hari-hari belakangan ini, pas aku iseng-iseng blogwalking random terus menemukan nama Cumilebay di sejumlah kolom komentar bikin aku bertanya-tanya,
Is he really left us forever?
He is everywhere!
Even now, he is right there in your comment section!
Bahkan sampai aku berziarah ke sarean-nya, aku masih bertanya-tanya hal serupa seperti di atas itu. Gundukan tanah masih basah. Bunga-bunga belum sepenuhnya kering. Pun tak ada papan mencantumkan namanya.
Apa Cumilebay memang sudah betul-betul ... meninggal?
Aku berusaha untuk nggak lagi menjejali pikiran dengan penyangkalan-penyangkalan di atas. Selaras dengan cerita sang ayahanda bahwa Cumilebay sudah dipanggil menghadap-Nya. Perjuangannya dengan penyakit yang dideritanya telah usai.
He is a good man.
Allah SWT loves him.
But he also a controversial figure!
Jujur, aku nggak kenal dekat dengan Cumilebay. Aku juga termasuk orang yang cenderung pasif di media sosial.
Beberapa kali aku mengamati tingkah polah Cumilebay di media sosial. Seperti yang aku tulis di atas, dalam pandanganku Cumilebay adalah sosok yang kontroversial. Cumilebay buatku identik dengan pose seronok dengan celana dalam seksi berwarna merah.
Tapi dari testimoni orang-orang yang dekat dengannya, Cumilebay itu orang yang taat beragama. Selalu mengingatkan shalat. Sebisa mungkin shalat berjamaah. Senantiasa mengaji. Rajin puasa sunnah pula. Subhanallah!
Benar-benar dua hal yang saling berkontradiksi toh?
Jangankan sosoknya. Blog-nya saja juga kontroversial kok!
Sampai-sampai suatu ketika aku pernah menyatakan pendapat,
“Peduli setan sama SEO-SEO-an! Itu blog-nya Cumilebay kayak gitu tapi populer banget!”
Yang dimaksud blog yang “kayak gitu” itu adalah blog yang font teksnya pakai Comic Sans MS (Hari gini masih pakai Comic Sans MS? ). Teksnya warna-warni pula kayak pelangi! Kosakatanya juga banyak lebay-nya, manja lah, kaesang lelah lah . Blas nggak ada aroma sastranya sama sekali.
Tapi gitu-gitu komentar di artikel blog-nya bisa ratusan! Eh, itu pun sudah dibagi 2 dengan balasannya.
Eh, kalau boleh jujur ya. Aku sebetulnya agak kurang sreg dengan artikel-artikelnya yang berbau hedon. Juga kalau sudah kebanyakan komentar aku jadi malas nimbrung komen, hahaha.
Tapi ya, apa pun yang sudah diperbuat oleh Cumilebay, pada hari Minggu siang itu aku menyenpatkan berziarah ke makamnya di Pemakaman Tlogopojok di Kota Gresik.
Setiap kali teringat namanya aku berusaha untuk mendoakannya. Semoga Gusti Allah SWT juga paham untuk me-redirect kepada Cumilebay kepada Moechamad Adi Mariyanto.
Karena ya itu. Aku lebih familiar dengan panggilan Cumilebay je ketimbang Mas Adi.
Terima kasih untuk Cumilebay.
Kelak kami semua juga akan menyusulmu.
Sampai jumpa.
*_*
NIMBRUNG DI SINI
hmm malah mas wi sudah ziarah ke makamnya.