Meskipun dirinya nggak tahu aku bakal ke Kota Palembang, tapi apa yang diomongin juragan batu akik asal Baturaja itu selalu tercatok kuat di pikiranku.
"Palembang kotanya nggak aman! Di sana itu bukan kota wisata. Hati-hati saja kalau jalan-jalan di sana. Orang-orang sana bisa tahu mana orang asli Palembang dan mana yang bukan hanya dari melihat."
Aku memaklumi dirinya bisa ngomong seperti di atas itu oleh karena sewaktu masih belia dia pernah mengalami kejadian nggak mengenakkan di Palembang. Walaupun begitu, pada bulan Februari 2015 silam, aku malah blusukan di Palembang sendirian kayak orang hilang, hahaha .
Ya pokoknya, tetap waspada dan berdoa agar senantiasa diberi keselamatan sama Gusti Allah SWT. Aamiin.
Tetap waspada dan siaga...
Ah, Kota Palembang!
Memang benar itu rumor perkara kemampuan orang Palembang untuk mengidentifikasi mana warga asli dan mana warga pendatang, hehehe . Tapi, selain rumor itu yang menarik perhatianku adalah potret kehidupan warga Palembang di tepi sungai.
Palembang itu pantas disebut sebagai kota sungai. Selain Sungai Musi sebagai sungai yang terbesar, Palembang juga dihuni oleh tiga sungai besar lain yaitu Sungai Ogan, Sungai Komering, dan Sungai Keramasan. Sedangkan kalau sungai-sungai kecilnya sih jumlahnya ratusan.
Mendung menggelayut di atas Sungai Musi.
Sungai Musi ibarat urat nadi kehidupan di Palembang. Kebutuhan air dan pangan mudah terpenuhi dari sana (zaman dulu kan Sungai Musi masih bersih ). Makanya, nggak heran jikalau banyak pemukiman berdiri di tepian sungai. Bentuk hunian pun menyesuaikan karakteristik sungai yaitu berbentuk rumah panggung untuk mengatasi pasang naik air sungai dan juga banjir.
Perkampungan di tepian Sungai Musi.
Jalan layang di atas rawa-rawa.
Bukan hanya warga ibu kota yang hobi mandi di sungai.
Ukuran Sungai Musi yang besar ibarat jalan bebas hambatan bagi kapal-kapal. Makanya, sejak zaman dulu Sungai Musi sudah dimanfaatkan sebagai sarana transportasi dan perdagangan. Alhasil, pasar-pasar pun bermunculan di tepian Sungai Musi.
Pasar terbesar se-Palembang sudah pasti adalah Pasar 16 Ilir. Lokasinya berada di tepian Sungai Musi, dekat dengan Jembatan Ampera. Dahulu kala, pasar ini bernama Pasar Ilir. Los-los mulai dibangun tahun 1918 dan dipermanenkan sekitar tahun 1939 sesuai rancangan arsitek Thomas Karsten. Sayang, Pasar Ilir dilanda kebakaran besar pada tahun 1980-an. Pasar pun dibangun ulang dan bersalin nama menjadi Pasar 16 Ilir.
Kios yang sibuk.
Bersaing secara adil.
Adu fisik antar sesama pedagang.
Salah satu pasar kecil yang juga berada di tepian Sungai Musi adalah Pasar Tangga Buntung. Di pasar ini kita bisa menjumpai geliat kehidupan yang nggak kalah sibuk dengan Pasar 16 Ilir. Di dermaga, penumpang datang dan pergi silih berganti. Barang-barang kebutuhan pokok pun juga tak kalah sibuk berpindah tangan.
Kios-kios sederhana di Pasar Tangga Buntung.
Menurunkan barang dan penumpang.
Suasana ruang tunggu dermaga.
Ya itu lah Palembang dari hasil blusukan-ku selama 1 hari.
Kurang lama? Ya jelas lah!
Sayang, Palembang lumayan minim lokasi wisata. Orang-orang datang ke Palembang umumnya ya untuk berdagang. Menurutku, semestinya Sungai Musi nggak hanya dimanfaatkan sebagai sarana transportasi dan perdagangan, tapi juga dikembangkan sebagai objek wisata. Yang seperti ini butuh banyak usaha dari berbagai pihak sih...
Ya itu lah tadi kota Palembang. Semoga suatu saat nanti bisa mampir kemari lagi.
NIMBRUNG DI SINI
aman, jadi pas jalan sendirian di Palembang agak was-was.hehe
Aku pengen kesana juga mas. Kulineran sama ke pulau yang di tengah Sungai Musi itu.
Eh, tapi baru tahu juga aku kalau Palembang agak gak ramah sama pendatang. Emang
temen mas kenapa deh?
Airnya..
meminimalisir kesialan-kesialan selama di sana.
Aku pengen menyusuri Sungai Musi dan perkampungannya itu. Tapi kalau cuma sendiri,
aman nggak yaaa? Hm...
Sebenernya aman-aman aja kok. Asal ya mesti waspada. Logatku medok sih (padahal KTP Jakarta) jadinya klo ngomong bahasa Palembang ya tetap aja ketauan klo pendatang.
Yang penting waspada aja Nug. Jangan tampil mencolok lah.
jadi dimana mas mpek2nya :D
Tapi ngeliatin pasar juga sepertinya seru :)