HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Suatu Malam di Pasar Malam Imogiri

Kamis, 11 April 2019, 18:46 WIB

“PEKOK!”

 

Itulah jawaban yang dilontarkan sang istri ketika sang suami menawarkan usul jalan-jalan keliling alun-alun Kota Magelang pada Rabu malam (29/8/2018). #hehehe

 

Oleh karena usul sang suami ditolak, maka usul sang istrilah yang diterima, yaitu jalan-jalan ke Pasar Malam Imogiri. Dibandingkan dengan alun-alun Kota Magelang, jarak dari rumah ke Pasar Malam Imogiri lebih dekat sih. Cuma sekitar 18 kilometer kurang sedikit. #hehehe

 

Yang disebut sebagai Pasar Malam Imogiri adalah pasar malam musiman yang digelar di Terminal Bus Imogiri. Keberadaan pasar malam ini seakan memberi secercah semangat bagi terminal angkutan umum yang segan hidup tapi juga segan mati itu. #hehehe

 

 

Jadi, di dalam bekapan dinginnya hawa malam Yogyakarta, sepeda motor pun digas menuju Pasar Malam Imogiri. Lewatnya Jl. Imogiri Timur yang lebih lebar dibandingkan Jl. Imogiri Barat. Sekitar pukul 8 malam kurang sepuluh menit, tibalah sang suami beserta istrinya di parkiran Pasar Malam Imogiri.

 

Awalnya bingung mau melenggang ke parkiran yang mana karena di lokasi ada dua parkiran yang dikelola warga setempat. Pun tiket parkir sepeda motor sebesar Rp2.000 sempat mau dikorting menjadi Rp1.500 oleh pak petugas pos parkir karena uang koin Rp500 yang sudah disiapkan kok ya mendadak ketelisut. #hehehe #duh

 

Selesai urusan parkir-memarkir sepeda motor, masuklah dua blogger yang doyan keluyuran itu melalui jalan masuk di sebelah warung bakmi Jawa. Gemerlap Pasar Malam Imogiri seketika tampak di depan mata.

 

Sayangnya, malam itu Pasar Malam Imogiri kurang ramai. Mungkin karena malam itu bukan malam hari libur. Mungkin juga karena beberapa hari lagi Pasar Malam Imogiri bakal kukut. Di sana banyak kios yang tutup.

 

Walaupun demikian, Pasar Malam Imogiri tetaplah tempat yang menarik untuk disambangi. Terutama, sebagai lokasi tujuan jalan-jalan malam yang nggak tergolong pekok. #hehehe

 

 

Terus terang, buatku pasar malam adalah suatu hal yang baru. Aku baru intens mengenal pasar malam setelah tinggal lama di Jogja. Itu pun hanya sebatas Pasar Malam Sekaten. Itu pun pula dengan jumlah kunjungan yang bisa dihitung jari.

 

Seingat-ingat, semasa kecil tinggal di Jakarta aku nggak pernah menyambangi yang namanya pasar malam. Lha wong ke pasar tradisional saja juaaarang banget kok #hehehe.

 

Sebetulnya, keramaian pengunjung dan pedagang beberapa kali pernah mampir di lapangan di dekat rumah di Jakarta. Selain pasar malam yang banyak wahana permainannya, di lapangan itu juga pernah digelar acara layar tancap (tahun 90-an banget #senyum.lebar).

 

Akan tetapi, karena Bapak dan Ibu bukan orang yang gemar menyambangi pasar malam, jadilah aku asing dengan yang namanya pasar malam. Malah pada awalnya aku menyangka kalau pasar malam itu adalah pasar tradisional (sayur-mayur) yang buka pada malam hari. Eh, jebul ternyata 180 derajat berbeda, hahaha #senyum.lebar. Di pasar malam nggak ada sayur-mayur, yang ada pakaian beserta pernak-perniknya.

 

 

Pada zaman digital sekarang ini, pasar malam tetaplah taman bermain anak-anak. Aku kira jika bukan hari libur maka pasar malam bakal sepi dari anak-anak. Eh, ternyata pada Rabu malam itu banyak juga lho anak-anak yang berkunjung ke Pasar Malam Imogiri.

 

Kalau dibandingkan dengan permainan anak di Pasar Malam Sekaten yang pernah aku sambangi, permainan anak di pasar malam sekarang lebih bervariasi. Banyak permainan anak di Pasar Malam Imogiri yang baru kali ini aku temui, seperti

 

  1. mewarnai gabus,
  2. pasir ajaib,
  3. ekskavator mini,
  4. mobil-mobilan remote control, dan
  5. lompat trampolin.

 

Ongkos bermainnya pun murah-meriah, hanya Rp10.000 untuk durasi waktu tertentu. Yang bakal stres jelas para orang tua yang anaknya masih mau berlama-lama bermain. #senyum.lebar

 

 

Seperti biasa, kurang lengkap rasanya kalau belum jajan camilan #senyum.lebar. Walaupun sudah makan malam di rumah, tapi ternyata bersepeda motor sejauh 18 kilometer kurang sedikit itu tetap bikin perut lapar juga. #hehehe

 

Awalnya, aku pingin jajan cilok. Sayangnya, setelah berkeliling pasar malam, blas nggak ada satu pun pedagang cilok yang mangkal. Apa mungkin dagangan ciloknya sudah habis ya?

 

Akan tetapi, kalau diamat-amati lagi, kebanyakan penjual jajanan di sana menjajakan bakso tusuk. Apa mungkin jadwal mangkal pedagang cilok dan bakso tusuk itu berselang-seling ya?

 

Selain cilok, sebetulnya aku tertarik juga jajan es krim cone. Tapi, begitu tahu harganya Rp5.000, kok jadi mikir mending jajan es krim cone di McD saja ya? Hahaha #senyum.lebar. Lebih mahal ya nggak apa-apa deh, asal ada jaminan nggak bikin sakit perut seperti pas aku jajan es krim cone di Pasar Malam Sekaten beberapa tahun yang lalu itu. #hehehe

 

Akhirnya, sang istri mengajak jajan kue laba-laba. Ini jajanan semasa aku SD yang sekarang aku makan lagi! #senyum.lebar Harganya murah pula, hanya Rp2.000 untuk satu kue. Semoga saja setelah makan kue laba-laba ini nggak sakit perut. #hehehe

 

 

Kalau aku pikir-pikir, pasar malam itu bisa dipandang sebagai tempat rekreasi warga. Terutama, bagi warga yang tinggal di pedesaan yang minim tempat hiburan.

 

Selain orang dewasa, anak-anak pun terpuaskan. Malah menurutku, Pasar Malam Imogiri ini lebih didominasi dengan pemuas kesenangan anak daripada kesenangan orang dewasa.

 

Eh… memang kesenangan orang dewasa apaan sih? #hehehe #jadi.mikir

 

Yang jelas, orang dewasa yang sudah menjadi orang tua itu kan senang ketika menyaksikan anaknya senang kan? #senyum.lebar

 

Eh, asal pula senangnya si anak nggak membuat uang belanja bulanan semakin menipis sih. #hehehe

 

 

Aku jadi mikir lagi, anak-anak yang besar di kota apa ya bakal menikmati bermain di pasar malam seperti Pasar Malam Imogiri ini ya?

 

Misalnya saja anak yang besar di Ibukota yang sudah akrab dengan taman rekreasi prestisius seperti Dunia Fantasi Ancol atau Kidzania. Atau mungkin anak-anak Kota Jogja yang sudah akrab dengan Kidsfun atau Transmart.

 

Sepintas, pasar malam ini memberikan gambaran seperti apa perbedaan rekreasi bagi warga desa dan warga kota. Mungkin aku berpikir demikian karena aku semasa kecil hidup di Ibukota dengan jenis rekreasi yang jelas berbeda dari ini. #hehehe

 

Walaupun aku kurang begitu suka berada di tengah suasana hiruk-pikuk penuh keramaian yang dikelilingi banyak manusia, akan tetapi aku berharap agar pasar malam ini nggak punah.

 

Eh, maksudku tradisi pasar malam yang nggak punah lho! Mungkin beberapa hari lagi Pasar Malam Imogiri ini bakal tutup dan berpindah tempat ke lapangan lain, memberikan keceriaan bagi warga desa di kecamatan lain, dan menyumbang denyut perekonomian di tempat yang jauh dari kota besar. #senyum

 

 

Menjelang pukul 9 malam, kami undur diri dari Pasar Malam Imogiri. Tapi, kami nggak langsung pulang ke rumah, melainkan menunaikan ke-pekok-an yang sempat tertunda yaitu dengan pilihan rute pulang:

 

Imogiri → Hutan Pinus Mangunan → Bukit Bintang Patuk → Jl. Wonosari

 

Alhamdulillah, tiba kembali di rumah sekitar pukul 11 malam. Menempuh jarak pulang sekitar 40 km, dengan sebelumnya mampir istirahat di angkringan dekat Kantor Kecamatan Berbah. #hehehe

 

Pada akhirnya, sungguh suatu jalan-jalan ke Pasar Malam Imogiri yang pekok! #hehehe

NIMBRUNG DI SINI