Akhir 2018, dalam perjalanan menyusuri Jl. Godean ke arah barat, terbesit keperluan mengisi bensin dan perut sebelum tiba di tujuan. Kalau bensin, mengisinya ya di SPBU. Nah, kalau untuk perut, di sepanjang Jl. Godean jelas lebih banyak jumlah “SPBU”-nya. #hehehe
Jenis pengisi perut berupa mie ayam akhirnya terpilih setelah berdiskusi ringan dengan sang istri terlucyu. Tapi, mie ayam yang mana? Seumur jiwa keluyuran di Jogja, aku kurang fasih sama per-mie ayam-an di sepanjang Jl. Godean. #hehehe
SILAKAN DIBACA
Kata sang istri, cari saja warung mie ayam yang pembelinya ramai. Tapi sayang, satu warung yang berciri seperti itu terlewat begitu saja seiring dengan cepatnya laju sepeda motor. Padahal, letaknya di sisi kiri jalan raya. #alasan #malas.nggak.kebagian.tempat #hehehe
Hingga pada akhirnya, di sekitar Jl. Godean km 17,5 (yang mana itu masuk wilayah Dusun Sembuhan Kidul, Sendangmulyo, Minggir) terlihat eksistensi warung bakso dan mie ayam Pak Bagong yang lumayan ramai. Di luar warung ada 2 mobil yang terparkir. Itu pertanda orang-orang berduit sudi bersantap di sana. #hehehe
Tapi sayang, letak warungnya berada di sisi kanan (utara) jalan raya. Muncullah rasa malas ke sana karena harus menyeberang.
Tapi ya tapi lagi, setelah berdiskusi singkat lagi dengan sang istri, diputuskanlah untuk menyambangi warung bakso dan mie ayam Pak Bagong itu. Daripada nanti di Perbukitan Menoreh nggak ketemu warung mie ayam, bisa repotlah urusan perut. #hehehe
Di area parkir, sang istri sudah mewanti-wanti kalau harga mie ayamnya mungkin mahal. Dari sekilas lirik, ada tiga pramusaji berseragam yang bertugas. Belum lagi pramusaji yang di dapur. Masuk akal kan kalau harga mie ayamnya mahal karena kru warungnya banyak? #hehehe
Bergerak memasuki warung, di gerobak yang menjadi wilayah meracik mie ayam tertempel kertas bertuliskan “tulis pesanan di sini”. Di lembaran nota pesanan tertera nama-nama masakan dan minuman beserta harganya.
Alhamdulillah! Ternyata, harga mie ayamnya nggak begitu mahal! Seporsi mie ayam biasa dihargai Rp8.000. Aku lirik pula harga-harga yang lain, sebagai misal mie ayam pangsit Rp10.000, mie ayam bakso Rp12.000, dan mie ayam jumbo Rp16.000.
Berhubung sepertinya kurang joss apabila hanya memesan mie ayam biasa, maka dari itu dipesanlah mie ayam pangsit sejumlah 2 porsi dan es jeruk 1 gelas. Mendapatkan nomor urut 5, duduklah kami di deretan bangku belakang, bersebelahan dengan pintu dapur.
Duduk menungu pesanan mie ayam datang sambil mengobrol ini-ini dan itu-itu. Sayang, nggak ada camilan seperti kerupuk yang bisa dikunyah. Hawanya agak panas pula. Mungkin karena atap bangunan warung dilapisi terpal.
Mata pun jelalatan mengamati dinding-dinding warung. Di salah satu dinding terpajang white board yang bertuliskan agenda libur. Rupanya, pada Desember 2018 ini warung bakso dan mie ayam Pak Bagong memiliki jadwal libur pada tanggal 13 dan 14. Ada pula agenda libur saat Rabu Pahing, Kamis Pon, dan Jumat Wage karena pengajian.
Eh... berarti liburnya tiga hari berturut-turut? Sehabis hari pasaran Pahing kan Pon sehabis itu Wage.
Tapi, dengan banyaknya hari libur, sepertinya arus pemasukan warung masih tetap terjaga. Di white board lain tertera pengingat pesanan yang akan datang. Ada pesanan puluhan porsi mie ayam untuk pengajian esok lusa.
Setelah sekian belas menit menunggu, akhirnya seorang mbak pramusaji berjilbab merah menyebutkan nomor 5 dengan suaranya yang mungil. Tangan sang istri pun langsung mengacung untuk menunjukkan posisi.
Hooo! Jadi inilah wujud mie ayam Pak Bagong itu. Aku suka dengan penampilannya. Rapi. Mie, daging ayam, sawi hijau, acar timun, dan kuah bening kecoklatan terekspos dengan harmonis.
Rampung mie ayamnya difoto, mari disantap dan dinilai! #senyum.lebar
Objek-Objek Penilaian
Bentuk mienya kecil. Porsinya banyak pula. Karena aku senang mie yang semacam ini aku kasih skor 8 lah.
Daging ayamnya banyak dan nggak ada satu pun yang bertulang. Tapi, bumbu di dagingnya kurang terasa. Jadi, skornya 7 lah.
Daun sawi rebusnya standar. Aku kasih skor 7 lah ya.
Kuah mie ayamnya banyak tapi rasa bumbunya ringan. Kalau sendok makan nggak dipenuhi kuah, bumbunya kurang terkecap. Jadi, skornya cukup 6,5 saja.
Skor Akhir
Jadi, skor akhirnya adalah (8 + 7 + 7 + 6,5 = 28,5) dibagi 4 = 7,125!
Dibulatkan ke bawah jadinya 7 lah ya. #hehehe
Istri juga memberi skor yang sama, 7 pas. #senyum
Pangsitnya
Oh iya, yang dipesan itu kan mie ayam pangsit. Nah, pangsitnya itu disajikan dalam piring kaca terpisah seperti pada foto di bawah ini.
Di luar ekspekstasi sih sebenarnya. Yang diharapkan itu macamnya pangsit basah atau pangsit goreng yang tipis itu. Eh, kok yang datang malah pangsit goreng tebal yang biasa dijual per kilogram di toko camilan Bintang Naga, hahaha. #senyum.lebar
Jujur, aku kurang suka dengan pangsit goreng seperti ini karena keras dikunyah mulutku yang sudah hilang sebagian besar gigi gerahamnya #hehehe. Jadi, untuk mempermudah mengunyahnya ya pangsitnya direndam kuah mie ayam dulu deh sampai melunak.
Kesimpulannya
Berdasarkan skor di atas, mie ayam Pak Bagong masuk ke dalam golongan kuliner yang “patut dijajal”. Rasa mie ayamnya bisa dipertanggungjawabkan.
Semisal perut mendadak lapar dalam perjalanan dari Kecamatan Nanggulan di Kulon Progo lewat Jl. Godean ke arah Kota Jogja, sangat direkomendasikan untuk mampir ke warung bakso dan mie ayam Pak Bagong.
Tapi ingat! Yang dipesan di sana mie ayam yang biasa saja. Untuk harga dan porsi mie ayam pangsitnya lebih mantap versi warung mie ayam Pak Pendek di gang seberangnya Gembiraloka.
Kapan-kapan mungkin mampir ke sini lagi. Penasaran sama baksonya.