Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
- Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
- Patuhi peraturan yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Air merupakan media yang kerap digunakan dalam ritual keagamaan. Salah satunya adalah sebagai media penyucian diri.
Dalam bahasa Jawa, air dengan fungsinya yang seperti itu disebut tirta. Sehingga dengan demikian, petirtaan adalah suatu tempat di mana di sana terdapat tirta. #definisi.apa.ini #hehehe
Menurut Pak Dwi Budi Harto dalam tulisannya “Tata Cara Pendirian Candi: Perspektif Negarakertagama”, salah satu syarat pendirian candi adalah sebaiknya dekat dengan sumber air. Semisal jauh dengan sumber air maka di candi itu harus dibuatkan tempat penampungan air.
Petirtaan yang Tersunyi di Candi Penataran
Candi Penataran yang terletak di Desa Penataran, Kecamatan Ngelegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur adalah salah satu candi yang memiliki petirtaan. Petirtaan tersebut berada di sisi tenggara bangunan candi induk.
Jalan menuju ke petirtaan Candi Penataran terletak di sisi belakang halaman candi induk. Aku ke sana pada Rabu (7/9/2016) silam dengan dipandu oleh seekor kucing yang sok ramah. #hehehe
Siang hari itu petirtaan Candi Penataran sepi. Hanya aku dan seekor ayam jago yang menyambangi lokasi. Di luar pagar, seorang ibu leyeh-leyeh menjaga warung jajanan.
Halaman petirtaan bersih, terhampar pasir tanpa ditumbuhi rumput liar. Di halaman itu sejumlah batu candi tersebar di sana-sini. Mungkin dahulu di sini pernah berdiri bangunan lain. Tembok mungkin?
Bangku dan meja yang terbuat dari semen menghiasi salah satu sudut halaman. Benda-benda itu mirip dengan bangku dan meja yang berada di halaman kampus FMIPA UGM semasa aku kuliah dulu.
Alhamdulillah, hingga saat ini petirtaan Candi Penataran masih berfungsi seperti sedia kala. Petirtaan tersebut masih penuh dengan air yang jernih. Saking jernihnya, dasar kolam pun terlihat jelas.
Yang menarik, rupanya petirtaan Candi Penataran menjadi tempat hidup sejumlah ikan berwarna hitam. Mbuh ikan apa itu. Mungkin ikan yang dikeramatkan oleh warga setempat?
Menurut keterangan di papan informasi, petirtaan Candi Penataran berbentuk persegi panjang. Ukurannya 6 meter x 3 meter. Kedalaman petirtaan adalah 2,5 meter.
Petirtaan Candi Penataran dibangun dari batu bata dan batu andesit. Batu bata digunakan sebagai dinding kolam. Sedangkan batu andesit digunakan sebagai dinding keliling.
Pada zaman dulu, petirtaan ini mungkin dinaungi atap dari kayu. Sekelilingnya juga ditumbuhi pohon-pohon berdaun lebat.
Relief Kisah Tantri
Para ahli purbakala berpendapat, Candi Penataran dahulunya adalah bangunan suci yang sering dikunjungi oleh para raja. Jadi, kemungkinan petirtaan ini digunakan oleh anggota kerajaan untuk menyucikan diri. Mungkin itu juga yang menyebabkan dinding petirtaan dihiasi dengan relief.
Menariknya, relief-relief yang menghiasi dinding petirtaan Candi Penataran adalah relief kisah hewan yang sarat pesan kebajikan. Kisah-kisah ini dikenal sebagai kisah Tantri.
Kisah Tantri adalah versi Indonesia dari kisah Pancatantra (panca = lima, tantra = pedoman). Kisah Pancatantra berasal dari India dan diperkirakan berusia ribuan tahun. Kisah Pancatantra juga menyebar ke wilayah-wilayah lain di Asia Tenggara dan memiliki versi lokalnya sendiri-sendiri.
Relief-relief menghiasi dinding kolam petirtaan Candi Penataran yang berbentuk menyerupai huruf U. Denahnya adalah seperti di bawah ini.
Relief A
Relief A adalah relief yang terdapat pada pilar. Relief ini menampilkan sosok dua orang pria yang saling berhadap-hadapan.
Relief B
Relief B juga merupakan relief yang terdapat pada pilar. Relief ini menampilkan sosok wanita berselendang yang dikelilingi sulur-suluran dan dedaunan.
Relief C
Relief C menampilkan cerita yang terdiri dari dua adegan. Adegan pertama terletak di sisi kiri. Adegan kedua terletak di sisi kanan.
- Relief adegan pertama menampilkan seorang pria yang bertelanjang dada. Daerah seputar pinggangnya tertutup belitan kain.
Pria itu digambarkan sedang memanggul sebatang kayu. Di ujung batang kayu tergantung seekor kura-kura pada seutas tali. Kepala kura-kura itu menghadap ke tanah (bawah).
Beberapa pohon tumbuh di belakang pria itu. Di dekat kaki pria ada bebatuan dan di atas kepalanya ada awan.
- Relief adegan kedua menampilkan pria itu dengan kaki kanan dan tangan kanan yang tertekuk dan terangkat. Tangan kanan pria itu memegang belati, sementara tangan kirinya menunjuk hewan berkaki empat (rusa?) yang berada beberapa langkah di depannya.
Dari gestur tubuhnya, pria itu sepertinya marah. Di sisi kiri bawah pria itu ada kura-kura yang sedang berenang. Bisa jadi itulah penyebab kenapa pria itu marah.
Kedua adegan pada relief ini menceritakan persahabatan kura-kura dengan rusa. Ketika kura-kura itu tertangkap oleh pemburu, si rusa bertaruh nyawa menyelamatkannya.
Relief D
Relief D menampilkan cerita yang terdiri dari dua adegan. Adegan pertama terletak di sisi kiri. Adegan kedua terletak di sisi kanan.
- Relief adegan pertama menampilkan seekor buaya yang berhadap-hadapan dengan seekor kerbau. Buaya berada di sisi kiri dan kerbau berada di sisi kanan.
Suasana adegan ini seperti berada di dalam hutan. Semak dan pepohonan mengelilingi buaya dan kerbau. Mereka juga ditampilkan berdiri di atas batu.
- Relief adegan kedua menampilkan buaya yang menumpang di punggung kerbau. Si kerbau ditampilkan sedang mengarungi air dengan ketinggian air mencapai dadanya. Kedua hewan itu digambarkan menghadap ke arah kanan.
Kedua adegan pada relief ini menceritakan seekor kerbau yang membantu seekor buaya menyeberangi sungai. Si buaya beralasan bahwa ia sedang sakit sehingga nggak bisa berenang.
Akan tetapi, semua itu ternyata hanyalah niat licik si buaya. Ia memperdaya si kerbau supaya membawanya ke bagian sungai yang dalam. Ketika si kerbau tenggelam, ia pun jadi santapan si buaya.
Relief E
Relief E menampilkan cerita yang terdiri dari dua adegan. Adegan pertama terletak di sisi kanan. Adegan kedua terletak di sisi kiri.
- Relief adegan pertama menampilkan sosok seekor singa yang menghadap ke arah kiri. Singa ini berwujud unik karena memiliki dua tanduk, kepalanya berambut panjang, bermata besar, bertaring panjang, dan bersayap.
Di sudut kanan atas dekat kepala si singa terpahat angka tahun 1337 Saka. Tahun ini serupa dengan tahun 1415 Masehi.
- Relief adegan kedua menampilkan seekor singa yang serupa dengan singa pada adegan pertama. Bedanya, kali ini si singa nggak bersayap.
Si singa juga terlihat sedang membajak (sawah?) dengan dibantu oleh dua ekor kerbau. Kaki kiri depan si singa memegang bajak, sedangkan kaki kanan depannya terangkat menggenggam pecut.
Para ahli purbakala masih belum menemukan cerita yang pas dengan relief ini. Tapi, menurutku relief ini mengisahkan singa yang kehilangan keperkasaan. Akhirnya, si singa berperilaku seperti manusia, menanam padi untuk makannya.
Relief F
Relief F menampilkan cerita yang terdiri dari tiga adegan. Adegan pertama terletak di sisi kanan bawah dan berbataskan relief sulur dengan adegan kedua. Adegan ketiga terletak di sisi paling kiri.
- Adegan pertama menampilkan tiga sosok hewan. Seekor burung di sisi kiri sedang berhadap-hadapan dengan dua ekor kura-kura di sisi kanan. Si burung berdiri di atas tanah sambil menggigit sebatang kayu.
- Adegan kedua menampilkan si burung yang sedang terbang. Masing-masing kura-kura ikut terbang dengan menggigit ujung-ujung batang kayu yang digigit oleh si burung.
Sementara itu, di bawah ketiga hewan yang sedang terbang ada dua ekor anjing. Kedua anjing itu menengadahkan kepalanya. Mereka seperti mengamati kura-kura yang sedang terbang.
- Adegan ketiga juga menampilkan hewan-hewan yang muncul pada adegan kedua.
Si burung masih terbang. Tapi, kini dia hanya terbang sendiri. Dia juga sudah nggak menggigit batang kayu lagi.
Sementara itu, di tanah terlihat dua ekor kura-kura. Kedua kepala kura-kura itu menghadap ke arah kiri.
Terlihat pula masing-masing anjing sedang mengendus bagian belakang dari kedua kura-kura itu. Ekor para anjing digambarkan berada dalam posisi tegak.
Ketiga adegan pada relief ini menceritakan kisah kura-kura yang ingin terbang. Kura-kura yang berjalan lambat meminta bantuan burung untuk membawanya terbang agar cepat sampai ke tujuan.
Dalam perjalanan mereka bertemu dengan sekumpulan anjing. Anjing-anjing itu mengolok-olok kura-kura karena terbang dengan cara yang nggak lazim.
Kura-kura yang terpancing emosi kemudian berbalik mengolok-olok para anjing. Tapi sayang, perbuatan si kura-kura mengakibatkan ia terlepas dari batang kayu yang digigit oleh si burung. Kura-kura pun jatuh dan menjadi santapan para anjing.
Relief G
Relief G menampilkan cerita yang terdiri dari dua adegan. Adegan pertama terletak di sisi kanan. Adegan kedua terletak di sisi kiri.
- Adegan pertama menampilkan satu sosok pria yang berjalan menuju ke suatu gunung (mirip bukit?). Akan tetapi, kepala pria itu menengok ke arah belakang.
Sosok pria itu memiliki kepala gundul. Daun telinganya panjang. Dia hanya mengenakan belitan kain yang menutupi daerah di sekitar pinggangnya. Tangan kanannya menggenggam pisau yang melengkung.
Sementara itu, di puncak gunung bertengger seekor burung. Burung itu digambarkan menengok ke arah bawah. Di sisi gunung yang satunya, ada seekor hewan berbuntut panjang yang seperti ingin menerkam si burung.
- Adegan kedua menampilkan sosok pria itu sedang bersimpuh di depan seekor monyet. Tangan si pria seperti menghaturkan sembah.
Di sekeliling pria dan si monyet berkumpul bermacam-macam hewan. Ada kerbau yang sedang duduk di belakang si monyet. Ada babi dan rusa di atas si pria. Ada ular yang melingkar di depan si pria.
Para ahli purbakala masih belum menemukan cerita yang pas dengan relief ini. Tapi, menurutku relief ini mengisahkan orang yang mendapat pelajaran dari hewan-hewan yang ditolongnya.
Maksud Adanya Kisah Tantri di Petirtaan Candi Penataran
Menurutku, dipahatnya relief-relief kisah Tantri ini adalah untuk “menyadarkan” orang-orang bersuci di petirtaan supaya
- Bersungguh-sungguh dalam memberikan bantuan,
- Waspada terhadap segala tipu daya,
- Tetap rendah diri ketika nggak lagi berkuasa,
- Jangan bertindak menuruti hawa nafsu (emosi), dan
- Jangan meremehkan ilmu dari mereka yang dipandang rendah.
Relief kisah Tantri yang menghiasi dinding petirtaan Candi Penataran jelas masih menyimpan beragam hal yang menanti untuk dikuak. Penjelasan mengenai relief-relief ini aku peroleh dari buku “Tantri Reliefs on Javanese Candi” yang ditulis oleh Marijke J. Klokke.
Buatku, memotret relief-relief kisah Tantri ini lumayan sulit. Itu karena beberapa relief seperti relief C dan G sulit dipotret jika nggak memposisikan diri dari tengah kolam.
Relief lain di Candi Penataran masih banyak lho. #senyum.lebar
KATA KUNCI
- air
- arkeologi
- batu bata
- blitar
- buaya
- burung
- candi
- candi batu bata
- candi blitar
- candi hindu
- candi jawa timur
- candi ngelegok
- candi penataran
- cerita hewan
- cerita hewan india
- ikan
- jawa timur
- kerajaan kediri
- kerajaan majapahit
- kerajaan singosari
- kerbau
- kisah pancatantra
- kisah tantri
- kura-kura
- ngelegok
- penataran
- petirtaan
- purbakala
- relief
- relief cerita hewan
- relief hewan
- relief kisah pancatantra
- relief kisah tantri
- relief tantri
- rusa
- sendang
- sumber air
- tantri kamandaka
- tantri kediri
- tirta
-Traveler Paruh Waktu