Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Menjelang suatu akhir pekan pada Juli 2018, Dwi mengabarkan ajakan hunting foto dari Mbak Mar dan Tirta. Lokasi hunting-nya di “Ubud KW”. Waktu pelaksanaannya Sabtu pagi.
Tapi, berhubung Sabtu malam ada acara kondangan, jadi kalau bisa lokasi keluyurannya nggak usah yang jauh-jauh sampai ke “Ubud KW”. Capek nanti. Bisa-bisa tiba di rumah lagi baru pas menjelang magrib.
Alhasil, aku dan Dwi akhirnya keluyuran hunting foto tanpa mereka. Oleh karena sang istri terlucyu kepingin memotret Gunung Merapi, jadilah kami menyusuri Jl. Palagan Tentara Pelajar ke utara pada saat langit pagi masih berselimut gelap.
Dengan rute perjalanan yang nggak jelas tujuan #hehehe dan sering berhenti memotret di sana-sini, akhirnya kami tiba di dasar lembah sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Lebih tepatnya, sungai lahar dingin karena di sungai tersebut hanya ada batu, pasir, dan (tentunya) para penambang pasir.
Di dasar lembah sungai tersaji pemandangan elok Gunung Merapi yang diapit dua bukit. Di sana kami hanya memotret-motret barang sebentar karena perut mulai bergemuruh. Akhirnya, dalam perjalanan pulang, kami mampir di Warung Soto Sorgapuro untuk membungkam gemuruh perut. #senyum.lebar
Satu minggu kemudian, menjelang akhir pekan, Dwi mengabarkan lagi ajakan hunting foto dari Mbak Mar dan Tirta. Tapi, kali ini lokasi hunting-nya bukan di “Ubud KW”, melainkan di padang rumput dengan pemandangan Gunung Merapi. Tapi pula, lokasi persisnya dirahasiakan Mbak Mar. #senyum.lebar
Wew....
Alhasil, lagi-lagi pada Sabtu pagi yang gulita aku dan Dwi bersepeda motor menyusuri Jl. Palagan Tentara Pelajar ke utara. Kami bersua dengan Mbak Mar dan Tirta di pertigaan Pulowatu.
Dari titik kumpul, sepeda motor yang ditunggangi Mbak Mar dan Tirta melaju kencang di posisi terdepan. Kabut tebal yang tiba-tiba turun tak membuatnya melambat. Dari jalan aspal, sepeda motor berpindah menjejak jalan tanah, dilanjut jalan masuk ke hutan.
Selang beberapa menit setelah berkendara menembus hutan, sepeda motor pun diparkir di pinggir percabangan jalan setapak. Deru knalpot berganti derap kaki. Sekitar lima menit kemudian tibalah kami di pinggir jurang dengan pemandangan elok Gunung Merapi yang diapit dua bukit.
Oh, rupanya tempat ini berada di puncak tebing yang di bawahnya terdapat sungai lahar dingin yang aku dan Dwi kunjungi pada Sabtu pagi yang lalu. Rasanya seperti kebetulan yang sudah ditakdirkan, hahaha. #senyum.lebar
Di sana, sesi pemotretan pun digelar. Dwi yang awalnya asyik memotret sepertinya lebih menikmati berpose di depan kamera. Tirta lambat laun juga meminta untuk difoto.
Lewat pukul tujuh pagi, pancaran cahaya mentari mulai menyibakkan rona merah di puncak Gunung Merapi. Mungkin ini kode bahwa kami harus segera hengkang meskipun para embun masih bermanja bersama rerumputan.
Terlebih lagi, kedatangan kawanan monyet seakan memaksa kami untuk meninggalkan lokasi. Mereka muncul tiba-tiba dan membuat riuh suasana. Untung saja kedatangan mereka bukanlah pertanda bahwa bakal terjadi suatu peristiwa yang membahayakan.
Akan tetapi, kegiatan hunting foto pada Sabtu ini sepertinya belum berakhir. Mbak Mar dan Tirta masih berambisi mendapatkan foto jip yang sedang melintasi sungai. Toh, pagi begini warung Widy Hot Delicious juga masih belum buka. #hehehe
Weh....
Padahal, selain lapar aku juga ngantuk. #hehehe
NIMBRUNG DI SINI
-
#EKSAPEDIASelasa, 15 Jan 2019, 17:36 WIBWah viewnya mantep mas :D malah jadi kangen traveling ke daerah pegunungan...
-
#TRAVESIASelasa, 15 Jan 2019, 10:39 WIBwah keren blognya