Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
- Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
- Patuhi peraturan yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Jikalau menyebut nama Candi Sari, yang terbayang adalah adalah situs purbakala di Yogyakarta yang terletak di belakang Masjid “Kremlin” An-Nurumi (Jl. Raya Yogyakarta – Solo km 15).
Padahal, situs purbakala yang bernama Candi Sari bukan hanya itu thok! Di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah juga ada candi yang bernama Candi Sari.
Dibandingkan dengan Candi Sari di Yogyakarta, Candi Sari di Boyolali kurang populer. Mungkin karena letaknya yang lumayan terpencil ditambah wujudnya yang nggak megah.
Tapi, kalau mau dibandingkan lagi, Candi Sari di Yogyakarta dan di Boyolali masih kalah populer dari Candi Borobudur dan Candi Prambanan sih, hehehe. #hehehe
SILAKAN DIBACA
Perbedaan Candi Sari di Yogyakarta dan Boyolali bisa disimak pada tabel di bawah ini:
Candi Sari Yogyakarta | Candi Sari Boyolali | |
Letak | Dusun Bendan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta | Dusun Gedangan, Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah |
Agama | Candi Buddha | Candi Hindu |
Fungsi | Biara (tempat tinggal pendeta) | Tempat ibadah/pemujaan |
Kondisi | Relatif utuh | Tinggal reruntuhan |
Panduan Rute ke Candi Sari Boyolali
Walaupun Boyolali sepertinya “hanya” di sebelahnya Klaten, tapi jarak Candi Sari dari Yogyakarta ternyata ya jauh banget! Bisa mencapai puluhan kilometer! Kalau dari Kota Boyolali jaraknya jelas lebih dekat, yaitu sekitar 12 km.
Yang perlu menjadi perhatian, Kecamatan Cepogo – tempat di mana Candi Sari berada – merupakan wilayah lereng Gunung Merapi di sisi timur laut. Jadi, jelas medan jalan menuju Candi Sari didominasi tanjakan!
Walaupun ya... tanjakannya itu nggak ada apa-apanya dibanding tanjakan ke Candi Ijo sih. #hehehe
Alhasil, rute aman menuju Candi Sari di Boyolali adalah sebagai berikut:
- Dari Kota Yogyakarta, Kota Klaten, Kota Solo, Kota Sukoharjo dan sekitarnya lebih baik menuju ke Kota Boyolali terlebih dahulu.
- Di Kota Boyolali ambil jalan raya arah ke Selo/Cepogo/Magelang.
- Sekitar 1 km sebelum tikungan ke Pasar Cepogo nanti ada pertigaan kecil dengan papan arah ke Candi Sari, Candi Lawang, dan SMP Negeri 2 Cepogo.
- Ikuti jalan desa itu sekitar 2 km untuk sampai ke Candi Sari.
Mayoritas warga Desa Gedangan tahu keberadaan Candi Sari. Di jalan-jalan desa juga banyak papan petunjuk arah. Jadi, jika mau mengakrabkan diri dengan warga, sebetulnya nggak bakal ada adegan nyasar. #senyum.lebar
Satu-satunya tantangan menuju Candi Sari adalah jalan yang menanjak setelah turunan menyeberangi jembatan yang melintasi sungai. Ada sekitar 4 kali harus menyeberang sungai.
Sore itu di Candi Sari Boyolali
Hari Rabu (9/8/2017) yang lalu, aku dan Mbah Gundul menyambangi Candi Sari. Sore itu kompleks Candi Sari sepi. Sepi itu artinya di lokasi hanya ada kami berdua. Artinya pula nggak ada petugas yang berjaga. Untung gerbangnya nggak digembok. #hehehe
Letak Candi Sari berada di atas bukit. Tapi, bukitnya nggak begitu tinggi kok. Di dekat tangga ada tempat parkir untuk sepeda motor. Mobil bisa diparkir di pinggir jalan aspal di dasar bukit.
Begitu masuk ke kompleks Candi Sari, objek yang menyita perhatian adalah akar pohon raksasa. Akar pohon itu berada dalam posisi tumbang.
Batangnya pohonnya sudah dipotong. Tinggal menyisakan akarnya. Mungkin akarnya sengaja ditinggal sebagai penanda bahwa di sana pernah tumbuh pohon raksasa.
Kalau nggak salah, aku pernah mendengar kabar kalau tumbangnya pohon raksasa ini juga menimpa bebatuan purbakala di situs Candi Sari. Ngeri ya? Untung nggak menimpa orang.
Seperti yang sudah disinggung di atas, bangunan Candi Sari hanya menyisakan reruntuhan. Tepatnya, bagian batur atau pondasi kaki candi.
Batur Candi Sari berbentuk persegi dengan panjang sisi-sisinya sekitar 4 meter. Batu penyusunnya adalah batu andesit. Bagian tengahnya berlantai pasir.
Menurut dugaanku, bangunan Candi Sari nggak dibangun dengan tembok dan atap yang terbuat dari batu. Dahulu kala, bangunan Candi Sari mungkin disangga dengan tiang-tiang kayu. Atapnya dari jerami atau gerabah.
Di tengah batur Candi Sari terdapat arca lingga. Ukuran arca lingga ini lebih besar dari arca-arca lingga lain yang berada di sekitarnya.
Arca lingga di tengah batur Candi Sari ditempatkan pada lapik batu yang berbentuk lingkaran. Dasar dari lapik batu lingkaran adalah susunan empat batu persegi yang berhiaskan relief bunga.
Tinggi arca lingga beserta lapik batunya kira-kira setinggi dagu pria dewasa. Mbah Gundul sempat menyiram puncak lingga dengan air. Kata Mbah Gundul, apa yang ia lakukan itu seperti ritual yang dilakukan oleh orang-orang zaman dulu. #weh #hehehe
Menurutku, arca lingga ini cukup unik karena nggak beralaskan yoni. Sepengamatanku, di kompleks Candi Sari terdapat satu arca yoni tanpa pasangan arca lingga. Arca yoni itu berukuran lebih kecil dari arca lingga yang ada di tengah batur.
Selain arca lingga dan arca yoni, di kompleks Candi Sari juga terdapat arca Nandi. Sayang arca sapi ini sudah kehilangan bagian kepalanya. #sedih
Dari keberadaan arca lingga, arca yoni, dan arca Nandi, aku menyimpulkan bahwa kompleks Candi Sari merupakan tempat peribadatan umat Hindu. Sungguh sangat disayangkan bangunannya nggak lagi utuh.
Sejarah Candi Sari juga masih misterius. Di kompleks Candi Sari nggak ada papan informasi candi. Pun mau bertanya-tanya ke petugas jaga ya juga nggak ada orangnya. Dari jendela pos jaga hanya terlihat name tag bertuliskan SUTRIS tergantung di depan kalender.
Aku juga kurang yakin kalau bapak petugas jaga Candi Sari mengerti sejarah situs purbakala ini. #hehehe
Walaupun nggak banyak informasi kepurbakalaan yang bisa digali, untungnya taman kompleks Candi Sari lumayan menyenangkan untuk bersantai. Hamparan rumput hijau yang dinaungi rindangnya pohon sengon cocok dijadikan tempat menggelar tikar dan menyantap bekal.
Karena berada di puncak bukit, pemandangan yang tersaji dari Candi Sari lumayan memanjakan mata. Ladang-ladang warga terlihat mengelilingi bukit. Sayang, sore itu Gunung Merapi lebih memilih bersembunyi di balik mendung.
Duduk-duduk di antara rindangnya jejeran pohon sengon sambil ditemani hembusan sepoi angin pegunungan benar-benar membuat betah. Ingin rasanya berlama-lama di sini menikmati suasana damai di situs purbakala yang sepi nan sederhana.
Tapi, ya... aku nggak bisa berlama-lama di sini. Mengingat Kota Jogja berjarak sekitar 63 km, itu artinya perjalanan pulang masih panjang. Besar kemungkinan tiba di rumah pas malam hari. Duh! #hehehe
Salah sendiri. Siapa yang menyuruh bersepeda ke Candi Sari Boyolali? #hehehe
Dasar PEKOK... #hehehe
pernah kemari indah banget... Btw nyepeda
jogja-boyolali hanya orang yang
PEKOK...ha2...keren mas mawi
jare). Boyolali punya candi juga ternyata...