Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
“Woy! Ke mana aja kamu Mas! Masak baru tahu?” kata Dwi dengan nada mengece ketika menanggapi perkataanku yang penuh kekaguman,
WOW! INI DI JOGJA!?
ADA TEMPAT KAYAK BEGINI DI JOGJA!?
SUBHANALLAH!
Pantai Kesirat namanya. Tapi, aku lebih suka menyebutnya dengan nama Tebing Kesirat atau Tanjung Kesirat. Sebabnya, di sini hanya ada tebing tinggi berbatas laut tanpa pantai seperti di Laut Bekah.
Di internet sudah banyak banget warganet yang mengulas tempat ini. Jadinya, aku nggak perlu cerita banyak. #senyum.lebar
Aku sendiri sudah lama tahu tempat ini. Pikirku Tanjung Kesirat ini hanya sebatas tebing di ujung Pulau Jawa. Tapi, setelah datang langsung ke lokasi dan menyaksikan pemandangan di sana dengan mata kepala sendiri ternyata kok INDAH BANGET!
WAW! WAW! WAW!
Bahkan saking indahnya aku sempat berdoa,
“Ya Allah, semoga kiamat jangan datang besok!”
Hahahaha. #senyum.lebar
Tanjung Kesirat adalah hunting grounds bagi para pemburu foto laut. Aku saja penasaran mau keliaran ke sana-sini, tapinya nggak bisa karena keterbatasan waktu. Hiks....
Di Tanjung Kesirat ini juga adalah tempat yang ideal untuk memaksimalkan potensi lensa wide Nikkor AF-P 10-20 VR yang umurnya belum ada setengah tahun itu. Sayang banget kalau ke Tanjung Kesirat tanpa bawa lensa wide.
Misi utama di Tanjung Kesirat pada Sabtu (30/4/2018) silam itu adalah hunting foto sunset. Sekitar pukul lima sore kami sampai di TKP setelah menempuh 2 jam perjalanan dari rumah. Rutenya lewat Jl. Imogiri Barat – Tanjakan Siluk – Kota Kecamatan Panggang.
Tanjung Kesirat ini searah dengan Pantai Gesing dan Pantai Wohkudu. Di jalan-jalan sudah banyak papan petunjuk arahnya. Kebangetan banget kalau masih nyasar #hehehe. Letak persisnya di Dusun Karang, Desa Girikarto, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Sore itu pengunjung Tanjung Kesirat bukan kami thok:
- Ada sekelompok mas-mas mahasiswa yang sedang mendirikan tenda.
- Ada seorang bapak yang sedang mancing (ngakunya belum pernah sekalipun strike di sini #hehehe).
- Ada sepasang mas dan mbak yang asyik foto-foto berdua. #hehehe
- Ada sejumlah mas dan seorang mbak yang duduk-duduk santai menikmati pemandangan sambil nge-beer botolan dan menerbangkan drone. #weh
- Ada pula dua orang mas-mas yang memburu matahari terbenam pakai lensa Canon 70-200 f/4 L dan nggak mau pindah dari lokasi (mana nyampah sembarangan pula #hehehe).
Nggak ketinggalan juga anjing-anjing yang ikut duduk menatap laut menanti matahari tenggelam di ufuk barat.
Yup! Di Tanjung Kesirat ini banyak anjing yang berkeliaran. Katanya sih itu peliharaannya bapak penjaga tempat parkir yang bersama istrinya juga mengelola warung sederhana di dekat sana.
Nggak hanya anjing, pas tadi jalan kaki lewat jalan setapak dari tempat parkir juga banyak monyet yang hilir mudik. Untungnya sih monyet-monyetnya masih takut sama manusia. Pas mau dipotret malah ngumpet di balik semak.
Kata Dwi pas dia dulu pertama kali ke sini jalannya nggak sebagus itu. Masih jalan batu-batu karang. Tempat parkir dan warung pun belum ada.
Pada tahun 2018, Alhamdulillah akses jalan ke Tanjung Kesirat sudah bagus, sudah diaspal. Alhamdulillah juga masih Rp2.000 untuk tiket masuk per orangnya. Tiket masuk sepeda motor dan ongkos jaga parkir juga Rp2.000. Total keluar uang Rp8.000 lah buat segala macam per-tetek-bengek-tiketan #hehehe.
Dulu Dwi ke sini siang. Nggak berani nyunset ke Tanjung Kesirat karena takut pulangnya kemalaman dan berakhir dimarahi Ibu #hehehe yang berpotensi nggak diajak ngomong berhari-hari #hehehe.
Nah, sekarang sudah bersuami nggak takut pulang nyunset-nya kemalaman dari Tanjung Kesirat karena pergi motretnya sama suami. #hehehe #duh
Nggak terasa jam sudah bergulir ke pukul setengah enam sore. Matahari semakin mendekati garis cakrawala. Tapi, sayang mataharinya nggak berwujud bulat! Mataharinya malah menghilang tertutup awan! Haduh!
Tapi, katanya Dwi matahari yang ketutupan awan begitu bagus. Soalnya, bisa nanti bakal muncul efek ray of light yang keluar dari sela-sela awan.
Kalau aku sih sore ini sudah nyerah angkat tangan motret sunset. Soalnya, aku pakai lensa wide dan nggak bawa lensa tele. Sepertinya, supaya sunset-nya bagus dipotret minimal pakai lensa 55-200.
Pukul enam sore lewat. Dwi belum mau pulang. Kata istri, sesaat setelah matahari terbenam nanti di langit muncul efek cahaya bagus. Beh! Tahu juga istri dengan apa yang disebut twilight.
Jebul ternyata twilight di Tanjung Kesirat pada sore itu bagus juga! Awan-awan di langit bergerak lumayan cepat. Jadinya menarik buat diabadikan pakai teknik slow speed. Apalagi ditambah pohon ketapang (?) yang jadi ikonnya Tanjung Kesirat. Semoga saja deh pohon ini nggak “lenyap” seperti pohon ikoniknya Pantai Pok Tunggal. Aamiin.
Dengan bergelap-gelap ria ditemani bulan purnama bulat yang bersinar mirip bohlam di langit malam nan cerah, kembalilah kami menuju ke tempat parkir. Perjalanan yang menegangkan masih berlanjut dengan balik menyusuri jalan aspal sempit nan gelap yang diapit hutan jati.
Mantap juga hunting foto sunset pada dua minggu sebelum Ramadan 1439 H. #senyum.lebar
Oh iya, karena berbatasan dengan tebing tinggi dan berkawan angin yang lumayan kencang, jadi pas motret di Tanjung Kesirat ini agak-agak gimana gitu. Takut kepleset, jatuh, terus is death, hahaha. #senyum.lebar
digtlethekne begitu saja.. sepi buanget ketemunya paling pemancing saja.. cuma itu siang
hari karena tujuannya nggak cuma 1 lokasi.. hahaha
kalau ga dibilangin di Jogja .. saya sangka ada di daerah Indonesia Timur :)