HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Kenangan SPSS Nyepeda ke Curug Sidoharjo di Samigaluh

Kamis, 19 Januari 2017, 12:41 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Minggu ini sepertinya adalah minggu untuk mengenang SPSS, hahaha. #senyum.lebar

 

Berhubung baru beberapa hari yang lalu SPSS bersepeda ke Pasar Ngasem dan berhubung Mas Yohan beberapa kali mengungkit-ungkit kenangan pas SPSS bersepeda ke curug di Kulon Progo, maka dari itu di artikel ini aku mau bercerita sedikit perihal momen tersebut. #senyum.lebar

 

Draft-draft tulisan yang sudah aku siapkan untuk terbit di bulan Januari terpaksalah digeser dulu, wekekeke. #hehehe

 

Yang Melatarbelakangi Bersepeda ke Curug Sidoharjo

Peristiwa SPSS bersepeda ke curug di Kulon Progo terjadi pada hari Sabtu tanggal 8 Mei 2010. Nyaris 7 tahun semenjak artikel ini terbit pada Januari 2017.

 

Pada bulan Mei 2010 tersebut sejumlah personil SPSS (termasuk aku #hehehe) masih belum bisa lepas dari euforia “bersepeda mencari curug”. Semua dilatarbelakangi oleh agenda bikepacking ke Kebumen yang berakhir mulus menyambangi salah satu curug perawan tak bernama di Kecamatan Karangsambung.

 

 

Seakan nggak ingin kalah dari Kebumen, kami percaya bahwa Yogyakarta juga memiliki curug yang ideal untuk bermain air dan sekaligus bisa ditempuh dengan bersepeda. #senyum.lebar

 

Sayangnya, pada tahun 2010 itu referensi di internet terkait curug-curug yang ada di Yogyakarta masih AMAT SANGAT MINIM! #sedih

 

Oleh karenanya, sumber referensi utama yang menjadi andalan kami adalah pengalaman. Kebetulan, pada bulan Februari 2010 aku baru saja menyambangi Curug Sidoharjo bersama Emma, Sari, dan Dika. Maka dari itulah aku mengajukan usul agenda SPSS ke Curug Sidoharjo yang terletak di Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta.

 

 

Guna memastikan medan jalannya “ramah” untuk pesepeda sekelas SPSS, pada H-1 selepas salat Jumat (kira-kira pukul 2 siang) aku dan Angga melakukan observasi mengecek medan jalan ke Curug Sidoharjo.

 

Eh, awalnya kami itu rencananya mau nonton upacara adat Tuk Si Bedug di Seyegan, Sleman. Jadi, pada waktu itu kami berdua sama-sama nggak menunggangi sepeda andalan kami. Aku pakai sepeda lipat (Selita) sedangkan Angga pakai pinjaman sepeda jengki Sierra DX milik Indomie Goreng.

 

 

Observasi medan jalan ke Curug Sidoharjo yang aku dan Angga lakukan nggak berlangsung mulus. Kami memutuskan pulang di tengah jalan desa yang dikelilingi hutan lebat.

 

Apa boleh buat? Pas waktu itu sudah magrib. Di perjalanan pulang kami tancap pedal supaya nggak melihat yang “aneh-aneh” di pinggir jalan. Ndilalah lampu sepeda terjatuh dan rusak. Lengkap sudahlah penderitaan. #hehehe

 

Kami pulang ke Kota Jogja lewat Jl. Godean. Sempat berhenti salat dan makan nasi goreng di km 8. Setelah itu bertamu ke rumahnya Indomie Goreng dan melaporkan hasil observasi (sekalian mengembalikan Sierra DX). Kebetulan Paklik Turtlix juga lagi ada di sana.

 

Kesimpulan laporan, karena pakai sepeda lipat dan sepeda jengki saja bisa sampai setengah jalan menuju ke Curug Sidoharjo, harusnya kan pakai sepeda MTB nggak masalah. Ya toh?

 

 

Yah... kita lihat saja bagaimana prakteknya pada hari H... #hehehe

 

Yang Berkesan di Perjalanan ke Curug Sidoharjo

Hari H pun tiba. Titik kumpul yang dipilih adalah kawasan Tugu Pal Putih. Di sana sudah berkumpul sejumlah pria seperti aku, Angga, Paklik Turtlix, Mas Yohan, Mas Arief, Adhi, Agung, dan Pandu. Dari padepokan Putri Biru ada Mbak Julay, Lani, dan Dyah. Kebetulan, pada hari itu Pakdhe Timin dan Mas Cahyo juga ikut serta.

 

Yang statusnya paling nggak jelas pada pagi hari itu adalah Indomie Goreng!

 

Dia sempat ikut ngumpul di Tugu Pal Putih tapi bingung mau ikutan atau nggak. Ada tugas di kantor katanya. Tapi bukannya si Indomie sebal sama tugas kantornya ya? Hahaha. #senyum.lebar

 

 

Kami pun berangkat dari Tugu Pal Putih menuju Kabupaten Kulon Progo lewat Jl. Kebonagung yang berawal dari samping Terminal Jombor. Perjalanan sejauh ini baik-baik saja.

 

Ndilalah tanpa diduga-duga, Indomie Goreng pun menyusul kami sepedaan dengan atribut yang seadanya! Dia diantar oleh Poy pakai sepeda motor jadinya bisa cepat menyusul kami.

 

Bener toh? Sepedaan sama SPSS lebih asyik daripada tugas kantor? Wekekeke #senyum.lebar

 

 

Berpindah wilayah dari Kota Jogja ke Kabupaten Sleman kemudian menyebrangi Kali Progo dan sampailah kami di Kulon Progo! Waktu menunjukkan pukul 9 pagi kurang sedikit.

 

Sebagaimana yang lazim dilakukan oleh para personil SPSS, di sepanjang perjalanan kami nggak lupa berfoto keluarga begitu melihat ada tempat-tempat yang menarik. #senyum.lebar

 

 

Naas buatku. Ritual foto-foto keluarga ini sempat memakan korban plastik penutup kaki tripod. Kejadiannya pas membenamkan tripod di lumpur sawah, plastik penutup kaki tripodnya terlepas. Aku sempat ngubrek-ngubrek lumpur tapi nggak nemu itu plastiknya. Ya sudahlah....

 

 

Selepas menyebrangi Kali Progo, di Perempatan Dekso kami mengambil jalan ke kanan, melewati Pasar Dekso, kemudian berbelok ke kiri saat menjumpai petunjuk ke Desa Boro. Dari sini kami mengikuti jalan desa yang menghubungkan Desa Boro dengan Kecamatan Samigaluh.

 

Jalannya sih menanjak, tapi sejauh ini kawan-kawan SPSS bisa melaluinya tanpa kesulitan.

 

 

Waktu menunjukkan pukul 10 siang. Selepas jembatan seperti foto di atas itu, tantangan yang sesungguhnya dimulai.

 

Apalagi kalau bukan tanjakan jahanam! #senyum.lebar

 

Menuntun sepeda pun sudah menjadi sesuatu hal yang lumrah dilakukan. #hehehe

 

 

Di tanjakan inilah aku sempat memotret aksi Paklik dan Indomie menuntun tiga sepeda yang pada akhirnya kerap dicetak dalam berbagai media yang melambangkan persatuan pesepeda, hahaha. #senyum.lebar

 

 

Perjalanan menanjak ini memakan waktu lumayan lama karena kami semua sering berhenti cukup lama untuk beristirahat. Seandainya Mbah Gundul ikut serta mungkin dirinya sudah mendorong kawan-kawan yang kecapekan di tanjakan, hahaha. #senyum.lebar

 

 

Sekitar pukul 12 siang akhirnya kami sampai juga di cabang jalan menuju Curug Sidoharjo. Jalan desa sepanjang kurang-lebih 4 km dari Desa Boro yang konturnya menanjak itu kami tempuh selama 3 jam! Wew....

 

Cabang jalan menuju Curug Sidoharjo letaknya ada di samping Mushalla Al-Bashirah. Berhubung sepeda nggak disarankan untuk lewat sana, maka dari itu sepeda-sepeda kami titipkan di rumah warga setempat. Selanjutnya adalah trekking masuk hutan menuju Curug Sidoharjo.

 

 

Mungkin karena intensitas hujan di bulan Mei itu sudah berkurang ya jadinya Curug Sidoharjo nggak sederas sewaktu aku sambangi di bulan Februari lalu. Meskipun demikian kolamnya masih penuh dengan air dan bisa dipakai untuk berenang-renang.

 

Aku mencoba untuk berenang di kolam Curug Sidoharjo tapi nggak tahan lama karena airnya DINGIN BANGET! Perasaan air curug di Kebumen itu nggak sedingin ini deh. #hehehe

 

 

Nggak lupa sebagai kenang-kenangan kami berfoto keluarga. Adik-adik yang kebetulan ada di lokasi kami ajak foto bareng juga. #senyum.lebar

 

 

Yang Menjadi Akhir dari Kunjungan di Curug Sidoharjo

Sekitar pukul 1 siang kami pun meninggalkan lokasi Curug Sidoharjo. Dari Curug Sidoharjo ke Desa Boro kan medan jalannya jadi turunan. Nggak perlu menguras tenaga dong jadinya. #senyum.lebar

 

Akan tetapi di tengah perjalanan turun ini kami sempat berhenti lumayan lama karena sepedanya Mbak Julay agak bermasalah. Alhasil kami baru mendarat di Desa Boro lagi sekitar pukul setengah 3 sore.

 

Nah, ini yang agak nyeleneh #hehehe. Semenjak awal bersepeda dari Tugu Pal Putih ke Curug Sidoharjo sampai mendarat lagi di Desa Boro kami BARU MAKAN pada pukul 3 sore! Untung di utara Pasar Dekso ada rumah makan yang menyajikan menu serba ayam. Masak kondisinya sudah begini makannya tetap soto sih? #senyum.lebar

 

 

Singkat cerita, kami pun kembali pulang ke Kota Jogja menyusuri Selokan Mataram dari wilayah Seyegan. Sampai di rumah lagi menjelang magrib, hahaha. #senyum.lebar

 

Selain bersepeda melibas Tanjakan Cinomati, buatku bersepeda ke Curug Sidoharjo ini termasuk salah satu agenda bersepeda SPSS yang membekas di ingatan. Mungkin itu sebabnya selepas Curug Sidoharjo ini banyak kawan-kawan yang menjadi trauma dengan agenda “bersepeda ke curug” dan karenanya muncullah spin-off SPSS yang disebut PEKOK. #hehehe

 

 

Bersepeda ke Curug Sidoharjo di Samigaluh adalah sesuatu hal yang... amat sangat menyimpang dari konsep sepeda santai, hahaha. #senyum.lebar

 

Bagi yang ingin mencoba bersepeda ke Curug Sidoharjo, harap mempersiapkan fisik dan stamina juga memastikan sepeda dalam kondisi fit. Khususnya, siapkan perbekalan makanan dan air minum karena sepanjang jalan dari Desa Boro itu minim warung.

 

Demikianlah salah satu cerita bersepeda di tahun 2010 silam! #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI