HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Rencanaku Gagal Berantakan di Pantai Tanjung Pendam

Selasa, 12 April 2016, 03:24 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Alhamdulillah! Aku haturkan puji dan syukur ke hadirat Gusti Allah SWT, bahwasanya sampai detik ini... aku nggak punya pengalaman buruk dengan pantai... di sore hari. #hehehe

 

Sedangkan, kalau aku ke pantainya pas pagi hari... euh...  yang terkenang pastinya ya kejadian naas di Pantai Buyutan di Pacitan, Jawa Timur itu lho! Yang mana, aku harus mengikhlaskan DSLR-ku diopname sebulan lebih lamanya hanya karena kecipratan air laut. Hiks hiks hiks ... #sedih

 


Senja di Pantai Klayar di Pacitan. Beberapa jam sebelum tragedi naas terjadi....

 

Buatku, pantai di sore hari nggak ubahnya ladang perburuan foto-foto slow-speed. Semburat langit senja. Ombak-ombak yang hilir mudik. Ditambah momen ketika ombak menghempas bebatuan karang. Aaaaah... kombinasi pesona yang seperti itu sangat-sangat menggoda untuk diabadikan dalam balutan megapiksel!

 

Pembaca juga doyan foto yang seperti itu toh? #senyum.lebar

 

Senja di Pantai di Belitung itu Bagus Nggak ya?

Nah, di hari Senin sore (6/3/2016) yang lalu, kebetulan aku, Bapak, dan Ibu (eh, Tiwul mana ya? #hehehe) sedang singgah di Pulau Belitung yang jelas masuk ke dalam wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

 

Kalau ngobrolin perihal objek wisata andalan di Belitung, pastilah pikiran bakal terpaku pada satu tempat:


PANTAI!

 

Terlebih lagi setelah pesona film Laskar Pelangi meracuni benak berjuta-juta pemirsa. Agaknya, sebagian besar orang (termasuk aku sih #hehehe) nggak lagi membayangkan Belitung sebagai pulau yang bopeng-bopeng dengan bekas lubang tambang timah. Saat ini, kalau menyebut Belitung, yang terbayang adalah pulau dengan pesona pantai pasir putih dengan batu granit bulat-bulat besar.

 

Ya toh? #senyum.lebar

 

Dalam bayanganku yang baru beberapa jam yang lalu mendarat di Belitung, pantai indah yang seperti itu pastinya menarik sekali dong bila diabadikan saat senja dengan teknik slow-speed. Uuuuh... jadi nggak sabar mau motret pantai di Belitung pas sore hari! #gemes

 


Kepinginnya motret yang semacam ini. Eh, ini dipotretnya pas di Aceh.

 

Maka dari itu, tanpa banyak membuang-buang waktu, selepas check-in di Hotel Meigah, kami langsung meluncur dari Kota Tanjung Pandan menuju kawasan pantai. Bang Yudhis yang menjadi juru mudi kami di sore hari itu mengarahkan kendaraan menuju pantai sejuta umat di Belitung yang bernama Pantai Tanjung Pendam.

 

 

Eh, sebentar, sebentar.

 

Kok nama pantainya Tanjung Pendam ya?
Kira-kira apa ya yang dipendam?
Harta karun kah?
Yang jelas, bukan perasaan kamu kan yang dipendam? #hehehe #lho

 

 

Kalau dari ceritanya Bang Yudhis, Pantai Tanjung Pendam ini adalah tempat ngumpul favoritnya para muda-mudi Belitung. Kalau dipandankan dengan Jakarta, Pantai Tanjung Pendam ini ibarat Ancol-nya Belitung lah.

 

"Maklum Mas, Belitung nggak punya mall. Jadi, anak-anak mudanya kalau ngumpul di pantai."

 

Woh! Oke deh! Jadi, tambah penasaran deh sama Pantai Tanjung Pendam. #senyum.lebar

 

Pantai Tanjung Pendam itu kok Begini?

Soal rute dari Kota Tanjung Pandan ke Pantai Tanjung Pendam itu nggak usah dipikir rumit-rumit. Pokoknya, dari Kota Tanjung Pandan jalan mentok ke arah barat saja. Jaraknya juga dekat kok. Paling nggak sampai 4 km. Kalau bingung dan malas bertanya ke warga Belitung yang ramah-ramah, tinggal aktifkan saja aplikasi Google Maps. Rebes urusan dan kebangetan kalau masih nyasar. #hehehe

 


Masak nyasar sih? Katanya Google Maps malah jaraknya cuma 1,5 km.

 

Sekitar pukul 6 sore kurang beberapa menit, sampailah kami di kawasan parkir Pantai Tanjung Pendam. Nggak butuh waktu lama untuk bisa merasakan butiran pasir. Sebab, lokasi parkir dan pantai hanya terpisah jarak beberapa jengkal meter saja.

 


Wohooo! Pantai pasir putih! #senyum.lebar

 

Dengan penuh semangat aku menjejakkan kaki di atas putihnya pasir Pantai Tanjung Pendam. Sinar terik dari mentari yang perlahan tergelincir di ufuk barat membuat pandanganku silau. Setelah menyesuaikan pandangan ke arah cakrawala, aku tertegun dengan pemandangan yang tersaji.

 

“Lautnya mana ya? Kok lapangan pasir semua begini?” #garukgarukkepala

 

Pertanyaan “Lautnya mana?” itu pantas dicetak tebal dan digaris bawah. Soalnya, kalau lautnya nggak ada, ya... mana ada ombaknya!?

 


Kecewa juga ya mbak nggak bisa mainan sama ombak? #hehehe

 

Ah, aku jadi teringat pas mampir ke Pantai Losari di Kota Makassar, Sulawesi Selatan beberapa tahun silam. Di sana aku sempat kecele sekaligus kecewa. Walaupun ada embel-embel kata pantai, tapi di Pantai Losari sama sekali nggak ada pasirnya! Aku merasa ditipu... hiks hiks hiks... #sedihlagi #cengeng #hehehe

 

Nah sekarang, di Pantai Tanjung Pendam ini pasirnya sih ada, tapi lautnya yang nggak ada.... #tambahsedih

 


Nggak ada laut, eh, malah yang ada kayak beginian! #jengkel

 

Duh, Gusti Allah SWT! Dagelan macam apa pula yang Engkau hadirkan untukku ini? Mana di Pantai Tanjung Pendam nggak ada batu-batu granit yang besar-besar itu pula. Duh!

 

Eh, tapi sebenarnya sih lautnya ada. Kalau lautnya benar-benar nggak ada ya bahaya! Kalau bukan karena tanda-tanda tsunami ya KIAMAT dong jadinya? Hahaha. #senyum.lebar

 

Pohon di Tengah Pasir itu Sepertinya Fotogenik?

Di sore hari itu laut di Pantai Tanjung Pendam sepertinya sedang dalam kondisi pasang surut yang sesurut-surutnya. Aku menduganya sih mungkin ini efek pendahuluan terjadinya peristiwa gerhana matahari total yang InsyaAllah bakal terjadi esok lusa, di hari Rabu pagi.

 

Kalau menurut pengetahuan ilmu astronomiku yang cetek ini, ketika posisi bulan dekat dengan bumi, saat itulah air laut tertarik dari garis pantai. Eh, benar nggak sih? Mungkin Pembaca yang menguasai ilmu fisika atau ilmu astronomi lebih paham dan bisa menjelaskan secara lebih ilmiah. Lha, kalau anak matematika disuruh ngomong perihal astronomi ya kurang kompeten toh ya? #hehehe

 


Alhamdulillah masih diberi nikmat langit yang cerah meskipun lautnya surut.

 

Meskipun laut sedang pasang surut sesurut-surutnya dan bikin gagal berantakan rencanaku motret dengan teknik slow-speed, kondisi yang seperti ini TIDAK BOLEH bikin fotografer jadi MANJA!

 

Ini kan fenomena alam karunia Gusti Allah SWT! Sudah sepatutnya kita harus bersyukur, berzikir, dan mengabadikan momen ciptaan-Nya ini sebaik mungkin! Cangkamkan itu! #serius

 


Itu pohon kayaknya fotogenik. Dekati ah!

 

Saat mencari spot fotogenik di Pantai Tanjung Pendam ini aku berpisah jalan dengan Bapak dan Ibu. Eh, memang biasa kalau kami jalan-jalan ya terkadang berpencar sendiri-sendiri. Aku dari tadi tertarik dengan keberadaan pohon di tengah hamparan pasir yang ada di sisi selatan. Sementara itu, Bapak dan Ibu menyusuri pantai di sisi utara.

 

Kok bisa ya ada pohon tumbuh di sana?
Pohon bakau apa ya?
Coba ada ayunan seperti foto-foto di pantai Lombok yang sering aku lihat. #ngarep

 

Berhubung nggak ada batu granit yang bulat besar-besar, akhirnya aku potret sajalah itu pohon sebagai pelampiasan. Niat awal mau motret pakai filter ND malah nggak terlaksana. Lha, nggak ada laut, nggak ada ombak, nggak ada yang gerak-gerak. Mau nge-slow-speed apa?

 


Niatnya mau motret supaya cahaya mataharinya berbentuk bintang tapi kok gagal. Ya sudahlah...

 

Eh, sebenarnya pergerakan awan juga bisa dipotret pakai slow-speed sih. Tapi ya waktu itu kebetulan awan-awannya lagi anteng. Sepertinya awan-awan bergerak cepat kalau pas badai thok ya? Kalau awannya pas lagi anteng seperti ini butuh waktu eksposur berapa menit supaya jadi blur? Kasihan Nikon D80-ku yang sudah uzur kalau mesti dipaksa merekam long exposure bermenit-menit lamanya.

 

Tapi, Alhamdulillah kok ya foto-foto jepretanku lumayan bagus di sore hari itu. #sombong #hehehe

 

Aku Mau Jujur Boleh ya?

Jujur, aku merasa sore hari ini bukan momen terbaik untuk mengabadikan keindahan Pantai Tanjung Pendam. Apalagi kalau bukan karena di sore hari itu, laut sedang dalam kondisi pasang surut sesurut-surutnya. #sedih

 

Meskipun demikian, Alhamdulillah sore hari itu langitnya cerah. Padahal kan Maret masih terhitung musim hujan, yang kadang bikin deg-degan kalau berencana motret landscape di sore hari. Semisal siang turun hujan, ya jelek sudah itu cuaca pas sore.

 

Eh iya, izinkan aku menitip pesan sponsor untuk Pembaca sekalian yang sudah berkenan membaca sampai ke titik ini. #hehehe

 


Buat kamu. Didoakan toh? #senyum.lebar

 

Semoga kelak bila Pembaca berkesempatan mampir ke Pantai Tanjung Pendam pada suatu saat nanti tidak dalam kondisi laut yang sedang pasang surut seperti ini. #senyum.lebar Dan juga pas langitnya cerah. #senyum.lebar

 


 

Nggak terasa sudah mau pukul setengah 7 malam. Pantas saja semenjak motret pohon tadi perut kedengarannya sudah mulai check sound. Bapak dan Ibu sepertinya juga sudah balik ke mobil. Saatnya mengemasi peralatan motret dan balik ke lokasi parkir.

 

Hmmm, enaknya makan malam apa ya?
Di mana ya?
Di artikel berikutnya mungkin ya! #senyum.lebar

 

Pembaca juga pernah ke pantai pas laut sedang pasang surut sesurut-surutnya seperti ini?

NIMBRUNG DI SINI