HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Menyapa Empat Gunung dari Bukit Kendil Giritengah

Rabu, 16 Maret 2016, 03:22 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Perjalanan yang lumayan panjang (dan dingiiin #hehehe) dari Kota Jogja menuju kaki Perbukitan Menoreh, akhirnya berujung di Desa Giritengah di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sekitar pukul 6 pagi kurang sedikit.

 

Dari namanya, Giri artinya bukit mirip-mirip gunung. Tengah ya tengah. Jadi, Giritengah artinya di tengah bukit yang mirip gunung. Tapi kenyataannya ya nggak bener-bener pas di tengah sih. Hanya saja, Desa Giritengah ini memang dipagari oleh Perbukitan Menoreh.

 

Matahari terlihat sudah bergegas naik. Bukan lagi momen yang ideal untuk mengabadikan kemunculannya dari balik ufuk. Akan tetapi, kabut yang tersisa dan cerahnya langit berawan, agaknya berhasil merayu fotografer mana pun untuk meluangkan sedikit waktu guna mengabadikan pesona pagi berlatar empat gunung dari puncak Bukit Kendil.

 


Pukul 6 pagi masih full kabut! Saatnya kita motret! #senyum.lebar

 

Eh, yang disebut sebagai Bukit Kendil adalah suatu tempat di lereng Perbukitan Menoreh, di wilayah Desa Giritengah, di mana pengunjung dapat menyaksikan keindahan bentang alam ciptaan Allah SWT dari ketinggian.

 


Hmmm, promosinya sih menarik juga. Kalau Pembaca penasaran, silakan bertandang kemari! #senyum.lebar

 


Naaah, kalau papan yang satu ini sih... euh... apa ya? Mari berpikir positif saja lah! #hehehe
Yaaa... siapa tahu... di dekat sini ada sarang semut yang mana mereka doyan nyokot "properti"-nya orang-orang. #hehehe
Tapi aku ya penasaran juga. Seandainya ngendog, kira-kira bakal terjadi apa ya? #senyum.lebar

 

Di sisi timur ada sapaan hangat dari Gunung Merapi dan saudaranya Gunung Merbabu.

 

Halo. Halo. Halo. Selamat Pagi dari Magelang! #senyum.lebar

 


Kabutnya itu lho, terasa mistis sekali. Ah, coba dipotret lebih pagi lagi saat matahari belum begitu terang.
Eh, Pembaca tahu toh yang mana Merapi dan yang mana Merbabu? #senyum.lebar

 

Dua gunung sudah disapa. Tinggal sisa dua gunung lagi. Ada di mana ya mereka? Ya di sisi barat lah ya!

 

Di sudut barat berdiri gagah Gunung Sumbing dan saudaranya Gunung Sindoro. Subhanallah! Pesonanya Gunung Sumbing sungguh menakjubkan! Kalau selama ini aku terpukau oleh kemolekan Gunung Merapi, agaknya warga Magelang terpukau oleh kemolekan Gunung Sumbing.

 


Dari Bukit Kendil Giritengah ini Gunung Sumbing terlihat besar seperti Gunung Merapi dari Kaliurang.
Sekilas, ke puncak Gunung Sumbing itu tinggal sak nyuk-an gitu, hahaha. #senyum.lebar

 

Duh, kok malah jadi pingin mendaki gunung begini? Hahaha. #senyum.lebar

 


Di kawasan Bukit Kendil tersedia gubuk untuk bersantai sambil meng-upload foto ke Instagram. #eh

 


Selain gubuk juga ada fasilitas wc/toilet umum. Tentu saja buang air di sini nggak berbahaya. #hehehe

 

Puncak bukit dengan pemandangan indah yang disebut Bukit Kendil ini pun memiliki banyak nama. Ada yang menyebutnya sebagai Gunung Kendil, Gunung Gupakan, Bukit Gupakan, Punthuk Kendil, atau Punthuk Gupakan. Sayang, aku nggak tahu apa nama resminya. #hehehe

 


Di Desa Giritengah ada banyak spanduk sejenis ini. Tapi ya tetep saja nyasar-nyasar, hahaha. #senyum.lebar

 

Lokasi untuk menyaksikan sunrise atau sunset dari Desa Giritengah pun nggak serta-merta dimonopoli oleh Bukit Kendil. Lokasi-lokasi lain seperti Pos Mati, Punthuk Sukmojoyo, dan Punthuk Mongkrong menawarkan pemandangan yang nyaris serupa dengan Bukit Kendil. Tinggal arahkan kendaraan ke lokasi yang diinginkan dan berdoa semoga nggak nyasar di pagi buta, hahaha. #senyum.lebar

 


Kalau mau foto-foto dari rumah pohon ini mesti antri karena jalannya cuma muat 1 orang.

 

Bukit Kendil menyediakan empat spot foto. Tiga di antaranya berwujud rumah pohon dengan akses yang hanya muat dilalui oleh satu orang. Sedangkan satu sisanya berwujud pelataran di mana pengunjung dapat berfoto ramai-ramai berlatarkan Merapi dan Merbabu.

 


Mbok ya udahan gaya-gayaannya. Aku juga mau motret dari situ lho! Duh... #hehehe

 

Menurutku, spot pelataran inilah lokasi yang paling cocok untuk memotret pasangan Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Sayangnya, saat aku ke sini ini, tempat foto eksotis ini “dijajah” lumayan lama oleh teman-teman KKN dari Universitas Diponegoro, Semarang. #hehehe

 

Tapi, bukan aku namanya kalau kemudian nggak mengakrabkan diri dengan mas-mas dan mbak-mbak enerjik yang penuh semangat ini. Kalau dari penuturan mereka, markas KKN mereka ada di Desa Tanjungsari dengan program kerja utama memberdayakan usaha pengolahan tahu.

 

Semoga sukses deh KKN-nya! #senyum.lebar

 


Aaah, jadi terkenang masa-masa KKN dahulu... (dan mendadak berasa sudah tua... banget #hehehe).

 

Nah, untuk mencapai Bukit Kendil, pengunjung bisa menempuh jalur dari Candi Borobudur ke arah Hotel Amanjiwo (yang terkenal mahalnya itu #hehehe). Yang jelas, di perempatan yang belok kanan ke arah vihara atau Punthuk Setumbu itu tetap ambil jalan yang lurus.

 

Masalahnya, kalau mengambil rute yang melewati Punthuk Setumbu seperti yang aku dan Dimas lakukan di hari Kamis pagi itu (22/1/2016) sama saja dengan memutar lebih jauh sekitar 5-6 km.  

 

Yah, pagi-pagi ada adegan nyasar-nyasarnya juga... #hehehe

 


Area parkir kendaraan pengunjung yang berada di pekarangan rumah warga.
Di sini ditarik retribusi dan ada warung sederhana.

 

Retribusi memasuki Bukit Kendil pun sangat terjangkau yakni Rp3.000 per orang dan Rp2.000 untuk parkir kendaraan sepeda motor. Tarif retribusi ini jelas lebih murah dari tarif retribusi Punthuk Setumbu.

 

Yang harus diperhatikan pengunjung ketika singgah di Bukit Kendil adalah alas kaki. Yang mana hampir bisa dipastikan bakal kotor berlumur tanah merah tebal di musim hujan. Jadi, kalau nggak ingin direpotkan dengan membersihkan alas kaki, mungkin bertelanjang kaki lebih baik. #hehehe

 


Pengunjung harus melalui jalan berlumpur tanah liat ini sejauh 100 meter untuk sampai ke puncak.
Semoga ke depannya jalan ini dikasih batu lah biar nggak berlumpur dan licin.

 


Kenang-kenangan dari jalan setapak di Bukit Kendil. Kayaknya, kalau ke sini lagi nyeker aja deh. #hehehe

 


Buah Maja! Aku sih sudah pernah lihat dulu pas ke Trowulan. Ternyata bisa tumbuh di Magelang juga toh.

 

Dan demikianlah. Aku dan Dimas melewatkan waktu sekitar satu jam di Bukit Kendil, sebelum akhirnya kami bertolak menuju Candi Borobudur menjelang pukul 7 pagi.

 


Nantikan duet petualangan berikutnya! Masih di seputar Jogja dan Jawa Tengah! #senyum.lebar

 

Tetap jaga kebersihan dan jaga sopan-santun sewaktu Pembaca berkunjung ke Bukit Kendil yah! #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI