HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Sendang Mandong Trucuk yang... ah Sudahlah

Selasa, 24 November 2015, 05:58 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Jogja di siang hari suhunya bisa mencapai 34 derajat Celcius yang mana itu tergolong suhu yang PANAS BANGET. Nah, kalau panas-panas begini kan enaknya nyari yang adem-adem. Semisal, bersepeda ke sendang alias mata air untuk sekadar kekeceh alias main air.

 

Maka, di hari Minggu (18/10/2015) yang terik itu rute bersepeda pun berganti haluan. Dari ajakan awal yang hanya,

 

“Bersepeda nyari sarapan di deket-deket Prambanan”

 

menjadi

 

“Bersepeda nyari sendang yuk!”

 

Di mana sendangnya? Yang jelas bukan di dekat Prambanan. Tapi di Trucuk, yaitu salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Jarak dari Trucuk ke Kota Klaten ada sekitar 7 km.

 

Alhasil, ini ya jadinya

 

“Bersepeda nyari sendang di deket-deket Kota Klaten” #hehehe

 

Terkejutlah Pakdhe Timin sebagai korban dan aku turut merasa berdosa... hiks...

 


Korban Rekan bersepeda di hari ini...

 

Anyway, berhubung misi sudah diketok palu, mau-tidak-mau harus tetap terlaksana sampai ke tujuan, yaitu bersepeda ke suatu sendang yang bernama Sendang Mandong di Trucuk sana.

 

Dari Prambanan menuju Trucuk kalau ditarik garis lurus jaraknya ada sekitar 20 km. Tapi, berhubung kami bersepeda pakai rute blusukan, jadinya ya rutenya nggak berwujud garis lurus melainkan belok-belok, melingkar-lingkar (gegara nyasar #hehehe), mencong sana, mencong sini, yang semuanya kalau ditotal jaraknya bakal lebih dari 20 km... dan itu di bawah terik matahari yang panas....

 

Pokoknya, kami menghindari bersepeda lewat Jl. Raya Jogja – Solo! Nyari perkara banget kalau panas-panas kayak begini bersepeda lewat Jl. Raya Jogja – Solo. Di sana itu kan nggak ada teduh-teduhnya sama sekali, banyak debu, plus banyak bus dan truk yang kebut-kebutan. Semua itu bikin stress lah ya! Bersepeda kok nyari stress, bersepeda kan nyari santai. #hehehe

 


Tetep masih panas sih. Tapi seenggaknya lebih damai lah.

 

Makanya, lebih damai sentosa kalau rutenya blusukan menyusuri area persawahan di selatan Prambanan kan? Walaupun jalanan yang kanan-kirinya sawah umumnya ya minim pohon peneduh, tapi seenggaknya pemandangan dan suasananya kan lebih sejuk. Ya intinya bersepeda di pedesaan kan memang menyenangkan. Betul? Betul sajalah. #hehehe

 

Kalau Pembaca ngerti bukit di selatannya Prambanan, yang jadi tempat bermukimnya resor Abhayagiri dan candi-candi semacam Candi Barong, Keraton Ratu Boko, dan Candi Ijo itu ya kami bersepeda menyusuri dasar dari bukit tersebut. Jalannya ya ada. Nanti dari Prambanan tembusnya ke Kecamatan Gantiwarno lalu ke Kecamatan Bayat.

 


Seperti ada semacam gazebo, berugak, atau gardu pandang di puncak bukit sana.

 

Pas di Bayat kami sempat lewat makam Sunan Bayat atau Ki Ageng Pandanaran (bukan kerabatnya Ki Ageng Sekar Jagad lho #hehehe). Entah karena bertepatan pas hari Minggu atau pas bulan Sura (Muharram), jadinya di sana itu ramai banget sama peziarah. Jalan raya sempat macet karena banyak iring-iringan bus besar yang berasal dari banyak daerah.

 


Bus-bus rombongan peziarah di makam Sunan Bayat. Yang seperti ini yang bikin macet pelosok desa, hehehe. #hehehe

 

Dari Bayat akhirnya kami sampai juga di Trucuk. Jam menunjukkan pukul setengah 12 siang setelah sebelumnya berangkat dari Prambanan pukul 8 pagi. Eh, sempat berhenti juga dink buat sarapan soto di pelosok Klaten. #hehehe

 


Ada juga ruas jalan yang nggak mulus. Yang penting nggak nanjak, hahaha. #senyum.lebar

 


Sampai di Trucuk deh! #senyum.lebar

 

Pas masuk di wilayah Desa Mandong, Alhamdulillah, ada seorang bapak warga yang berbaik hati mengantarkan kami menuju ke lokasi Sendang Mandong. Soalnya, sendangnya itu masuk-masuk ke dalam perkampungan gitu. Jadinya memang lebih enaknya sih dipandu biar nggak nyasar, hahaha. #senyum.lebar

 


Bersepeda bareng bapak warga setempat yang baik hati #senyum.lebar.
Dipotret oleh Pakdhe Timin.

 

Bayangan bisa kecibang-kecibung main air di sendang mendadak sirna pas melihat Sendang Mandong di dekat kuburan yang... ah sudahlah....

 

Hiyaaaa! Kenapa bisa begini!?

 


... tidak bisa berkata-kata ... mencengangkan sekali penampakannya ....

 

Ternyata nggak hanya Gunungkidul saja yang bisa kekeringan. Klaten juga bisa kekeringan sampai sendang alias mata air pun jadi kering kerontang.


Duh, kayaknya kemarau di Jawa bener-bener parah tahun 2015 ini.

 


Yang disinyalir adalah mata air dari Sendang Mandong. Hidup segan, mati pun tak mau.

 

Misinya sukses sih, tapi kok ya Sendang Mandong pas lagi kering kerontang begini...

NIMBRUNG DI SINI