HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Ini Pindang Palembang, Bukan Pindang Jawa

Jumat, 20 November 2015, 07:59 WIB

Lahir dan besar di Jawa bikin aku terbayang-bayang benda di bawah ini pas mendengar frase “ikan pindang”,

 


Kalau buat makan kucing ikannya dikukus nggak digoreng.

 

yang mana itu makanan favoritnya Pungut, Zoro, dan (alm) Kaki Tiga.

 

Ya Allah, semoga Kaki Tiga mendapat tempat terbaik di sisi-Mu... aamiin... #mengheningkan.cipta

 

Tapi ini di Kota Palembang, di Sumatra Selatan, dan Jum’at malam (6/2/2015) itu Bapak ngajakin makan malam dengan menu salah satu kuliner khas Sumatra Selatan yang bukan tekwan maupun pempek, melainkan ikan pindang. Lebih tepatnya, ikan pindang patin.

 

Awalnya, sajian yang terbayang di otakku adalah seperti santapan para peliharaan di atas itu. Tapi ternyata, wujud ikan pindang patin itu seperti di bawah ini.

 


Kucing-kucing di Palembang makan ikan pindang beginian juga kah?

 

Ternyata, pindang di Palembang itu adalah teknik memasak dengan air rebusan rempah-rempah. Icip saja kuahnya. Buat yang hobi masak bakal langsung mengecap rasa bawang merah, bawang putih, cabai, lengkuas, sereh, kunyit, daun salam, dan asam jawa.

 

Gini-gini aku juga hobinya masak. Sayangnya, ini blog kan domain utamanya blusukan, bukan resep-resepan, hehehe. #hehehe

 

Salah satu tempat makan yang mengandalkan menu pindang khas Palembang dengan rasa lezat dan harga bersahabat adalah Rumah Makan Pindang Musi Rawas. Alamatnya di Jl. Angkatan 45 no. 18, Pakjo, Palembang dengan nomor telepon (0711) 370 590.

 

Pengunjung yang hendak ke mari bisa naik taksi atau numpang angkot abu-abu jurusan Pakjo dan turun persis di depan rumah makan.

 


Rumah makan yang berukuran mungil. Jadi pas jam makan bisa jadi penuh sesak.

 

Sajian andalan Rumah Makan Pindang Musi Rawas ini sudah jelas adalah pindang ikan patin (Pangasius sutchi) seharga Rp35.000 per porsi. Pengunjung bisa memilih mau ikan bagian kepala atau bagian ekor. Satu porsi pindang bisa disantap rame-rame untuk 2-3 orang.

 

Selain pindang ikan patin, ada juga pindang udang dan pindang tulang (iga sapi). Beruntunglah Ibu yang nggak doyan ikan air tawar, karena Rumah Makan Musi Rawas juga menawarkan menu lain seperti ayam goreng dan ikan laut. Untuk lebih jelasnya Pembaca bisa menyimak daftar menu di bawah ini. Maaf ya kalau agak blur, hehehe. #hehehe

 


Relatif masih terjangkau kantong lah ya. Terutama kalau untuk makan rame-rame.

 

Penilaian rasa pindang ikan patin ini jelas subyektif karena aku sendiri kurang mantap dengan sajian ikan air tawar yang berkuah. Kuahnya sendiri sih terasa segar. Tapi karena ada aroma khas ikan air tawar (yang orang bilang sih bau tanah) bikin aku nyerah setelah 5 kali nyeruput kuah.

 

Sedangkan rasa daging ikan patinnya sendiri sih menurutku OK. Skornya 7 dari 10 lah. Agak lembek-lembek gimanaaa gitu. Nggak berlendir sih. Tapi ya enak walaupun nggak gurih. Rempah dari kuahnya terasa di daging ikan dan hanya terkecap sedikit aroma khas ikan air tawar. Mungkin karena aromanya sudah luntur ke kuahnya ya.

 

Tapi ya berhubung di sini disajikan sambal dan aku punya prinsip semua makanan bisa masuk perut asalkan ada sambal, jadinya ya petualangan kuliner ikan pindang patin ini berlangsung tanpa kendala. Meskipun kalau disuruh nambah pindang ikan patinnya, aku cuma bisa mesam-mesem sambil berujar pelan, “sudah, terima kasih”. #hehehe

 


Ikan seluang, semacam ikan wader dari Palembang.

 

Akhir kata, buat Pembaca yang kebetulan main ke Palembang dan doyan dengan sajian ikan air tawar berkuah, bisa dicoba menyantap pindang ikan patin. Karena komposisi utamanya hanya ikan, air, serta rempah bisa dibilang kalau sajian ini tidak memicu kolesterol maupun asam urat.

 

Pembaca pastinya doyan dong ikan pindang digoreng yang jadi kegemarannya kucing-kucingku? #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI