HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Trik Nebeng ke Candi Muaro Jambi

Minggu, 18 Oktober 2015, 08:08 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Para pelacong yang hobinya wisata sejarah dan kebetulan singgah di Kota Jambi pasti bakal tertarik buat mampir ke kompleks Candi Muaro Jambi. Itu lho, kompleks percandian terluas se-Indonesia yang dekat Sungai Batang Hari. Sudah tahu kan?

 

Kenyataan Pahit Menuju Kompleks Candi Muaro Jambi

Jarak kompleks Candi Muaro Jambi dari Kota Jambi bisa dibilang dekat. “Hanya” sekitar 30 kilometer. Eh, itu lebih dekat lho dari kompleks percandian lain di Sumatra, macamnya Candi Muara Takus (135 km dari kota Pekanbaru) dan Candi Bumiayu (200 km dari kota Palembang).

 

Walaupun dekat, tapi kenyataan pahitnya adalah,

 

Tidak ada angkutan umum untuk menuju Candi Muaro Jambi!

 

Aku tekankan lagi ya,

 

Nggak Ada Angkutan Umum ke kompleks Candi Muaro Jambi!

 

Sekali lagi deh pakai font yang lebih besar plus capslock,

 

TIDAK ADA TRANSPORTASI UMUM KE CANDI MUARO JAMBI!

 

Sudah paham betul toh? OK. Mari lanjut ke bab berikutnya.

 

Ke Kompleks Candi Muaro Jambi dengan Jalan Kaki

Semisal para pelancong punya kenalan warga Jambi, tentu bukan perkara sulit untuk minta diantar menuju kompleks Candi Muaro Jambi. Kalau pun punya uang lebih, ya tinggal sewa kendaraan saja buat keliling-keliling Jambi. Betul toh?

 

Tapi bagaimana nasibnya bagi para pelancong introvert bin ngirit macamnya aku ini? Yang di hari Sabtu (11/4/2015) itu SANGAT berat hati sekali menyetujui ongkos ojek seharga Rp125.000 untuk sekali jalan ke kompelks Candi Muaro Jambi!? Aku butuh cara alternatif buat sampai ke Candi Muaro Jambi tanpa harus keluar banyak duit!

 

Apa ya?

Apa jalan kaki saja ya?

Masih dikaruniai sepasang kaki yang sehat oleh Gusti Allah SWT toh?

Cemen banget. Tiap hari bersepeda, giliran jalan kaki masak ogah?

 

... oke ...

 


Hanya orang kurang kerjaan hebat yang mau jalan kaki dari sini ke Kompleks Candi Muaro Jambi.
Dari jalan ini ke kompleks Candi Muaro Jambi masih sekitar 15 km.
Oh iya, ambil jalan yang lurus ya, jangan belok kiri. (pengalaman nyasar) #hehehe

 

Ya betul juga sih. Jalan kaki adalah cara berpergian yang paling sehat dan paling ngirit. Tapi ya... jalan kaki sejauh 30 kilometer itu pasti bikin gempor kaki dan jelas butuh waktu berjam-jam untuk sampai ke tujuan. Jelas nggak praktis walaupun paling ekonomis. Ya kan?

 

Karena itulah, seorang warga kabupaten Muaro Jambi mengajarkan trik yang nggak pernah terlintas dalam aksi blusukan-ku selama ini, yaitu hitchhiking alias nebeng alias numpang.

 

Lha numpang apa?

 

“Numpang mobil besar saja Bang! Biasanya boleh kok.”

 


Fotonya pinjem dari http://id.priceprice.com/Hino-Dutro-8689/.
Aku nggak memotret truk yang aku tumpangi karena asyik ngobrol sama pak sopirnya.

 

Mobil besar yang dimaksud tidak lain dan tidak bukan adalah truk. Seperti truk pasir, truk sawit, truk sembako, dan truk-truk lain yang geraknya lamban, sering makan jalan, dan seneng konvoi jadinya susah disalip.

 

Eh, kok malah jadi emosi ya? Doh! >.<

 

Panduan Nebeng Truk ke Kompleks Candi Muaro Jambi

Jadi, gimana caranya ke kompleks Candi Muaro Jambi dengan cara alternatif numpang truk? Berikut adalah langkah-langkahnya!

 

Dari Kota Jambi naik angkot biru dan turun di sekitar Danau Sipin atau pemberhentian terjauh yang mendekati perbatasan Kota Jambi dan Kabupaten Muaro Jambi.

 

Tibalah di jalan raya besar yang bernama jalan raya Lintas Timur Sumatra. Pasti banyak truk-truk yang lewat jalan ini. Karenanya, mulailah memasang gestur tubuh di pinggir jalan raya untuk meminta tumpangan. Nggak usah malu-malu lah! #senyum.lebar

 

Harap dipahami bahwa nggak ada truk yang lewat persis di depan kompleks Candi Muaro Jambi. Itu karena letak Candi Muaro Jambi masuk-masuk di dalam perkampungan. Ya wajar dong nggak ada truk yang lewat situ. Minimal perlu tiga kali ganti truk untuk sampai ke simpang jalan terdekat menuju kompleks Candi Muaro Jambi. Beh! Numpang naik truk udah kayak naik angkot aja ini mesti gonta-ganti. #hehehe

 


Ini adalah titik finish yang dituju para pelancong. Gerbang masuk kompleks Candi Muaro Jambi.
Padahal sudah ada jalan raya aspal mulus, tapi kok nggak ada transportasi umumnya sih?

 


Rumah-rumah panggung tradisional di desa Muaro Jambi. Apa sering banjir juga ya daerah sini?

 


SMP Negeri 34 Muaro Jambi. Apa siswa-siswi pergi-pulang sekolah ya jalan kaki ya?

 

Aku perhatikan ada 3 papan petunjuk arah ke kompleks Candi Muaro Jambi yang berdiri di pinggir jalan. Papan yang pertama ada di simpang jalan raya Lintas Timur Sumatra dengan tulisan 20 km menuju Candi Muaro Jambi. Papan petunjuk arah yang terakhir bertuliskan jarak 4,2 km menuju Candi Muaro Jambi.

 

Habis itu ya silakan jarak 4,2 km itu ditempuh dengan jalan kaki! Lumayan kan daripada mesti jalan kaki sejauh 30 km? Hehehe #hehehe. Kalau mau naik ojek atau numpang bonceng motor warga ya silakan. Itu semua bergantung pada kemampuan para pelancong bernegosiasi di lapangan. #senyum.lebar

 


Papan petunjuk terakhir menuju kompleks Candi Muaro Jambi.
Jaraknya hanya 4,2 km kok. Tinggal lurus ngikutin jalan aspal saja. Nggak perlu belok-belok dan takut nyasar.

 

Harap bersabar karena jalan kaki menyusuri jalan raya sepanjang 4,2 km di bawah terik matahari Jambi yang super hot bisa bikin pikiran jadi "liar", seperti yang aku alami di bawah ini.

 

Sebelum dipraktekkan, ada beberapa catatan yang sekiranya perlu diperhatikan para pelancong.

 

  1. Berpakaian sopan, rapi, serta tidak mencurigakan.
  2. Bersikap dan bertutur kata yang sopan.
  3. Idealnya sih cocok untuk single traveller. Kalau traveling rame-rame mending patungan sewa truk mobil saja.
  4. Akrab-akrablah dengan pak sopir. Ngobrolin apa saja, mulai dari sejarah, politik, pendidikan, batu akik, sampai nyerempet hal-hal mesum, hahaha. #senyum.lebar
  5. Jangan lupa ucapkan terima kasih sebelum turun!

 

Jalan-Nya Menuju Kompleks Candi Muaro Jambi

Nah, pas mau balik ke Kota Jambi, Alhamdulillah aku dapat tumpangan mobil dari keluarga warga setempat. Kebetulan mereka mau belanja di Pasar Angso Duo. Di dalam mobil, diam-diam aku potret mereka dari jok belakang. Pas naik truk tadi nggak sempet motret karena asyik ngobrol sama pak sopir. Semoga keluarga kecil ini mendapat balasan dari-Nya atas kebaikan mereka terhadapku. Aamiin.

 

Perjalanan yang seperti ini menyadarkan aku bahwasanya Gusti Allah SWT mengiringi langkah setiap pelancong. Dia membuka jalan untuk mereka yang benar-benar niat. Makanya, kapan dan di mana pun, selalu ingat sama Tuhan. Minimal menyebut nama-Nya ketika hendak melakukan sesuatu hal yang mana sulit kita prediksikan hasilnya. #sokalim

 


Keluarga baik hati yang mengijinkan aku numpang ke kota Jambi.
Sungguh nikmat Allah SWT mana lagi yang hendak didustakan. #senyum.lebar

 

Siapa bilang orang yang nggak bisa naik motor nggak bisa sampai mana-mana? #hehehe

 

Transportasi Umum ke Kompleks Candi Muaro Jambi = PR Pemerintah

Gimana? Menarik kan ke kompleks Candi Muaro Jambi nebeng truk? Hehehe.

 

Eh, tapi kenapa ya pemerintah setempat nggak menyediakan transportasi umum dari Kota Jambi ke kompleks Candi Muaro Jambi? Kalau memang berniat mengembangkan potensi wisata kompleks Candi Muaro Jambi, kan semestinya pemerintah setempat harus turut memikirkan masalah transportasi umum menuju ke sana. Minimal disediakan bus khusus gitu, yang berangkat di jam-jam tertentu dan di hari-hari tertentu. Masak sih hitung-hitungan keuntungannya nggak nutup?

 

Kompleks Candi Muaro Jambi kan ikon wisatanya Provinsi Jambi. Coba deh tanya orang-orang. Kalau menyinggung wisata di Jambi pasti menyebutnya kompleks Candi Muaro Jambi. Sama seperti kalau ke Jogja yang disebut pasti berwisata ke Candi Borobudur (eh, padahal Candi Borobudur kan ada di Jawa Tengah). Masak untuk menuju ke objek wisata ternama ini nggak ada transportasi umumnya? Ini kan masih di seputar kota Jambi, nggak pelosok-pelosok banget.

 


Kalau nggak bus ya bisa pakai perahu. Toh di Jambi cabang sungainya banyak banget.
Bisa jadi wisata alternatif juga kan mengunjungi candi sambil naik perahu?

 

Tapi ya tahu lah. Aku kan bukan orang pemerintahan. Nggak ngerti urusan birokrasi transportasi umum semacam ini...

 

Ya sudah. Silakan praktekkan cara ini semisal ingin melancong ke kompleks Candi Muaro Jambi dengan cara yang beda dari biasanya, hehehe.

 

Oh iya, semoga bencana asap di Jambi dan sekitarnya segera berlalu, udaranya jadi sehat dan pemandangannya jadi bersih kembali seperti foto-foto jepretanku di bulan April yang lalu ini.

NIMBRUNG DI SINI