HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Cerita KKN: Home Sweet Pondokan

Sabtu, 12 Juli 2008, 23:48 WIB

Unit 80 terdiri dari 3 subunit. Aku sendiri masuk ke Subunit 3. 

 

Sesuai arahan Kormanit (Koordinator Mahasiswa Tingkat Unit), seharusnya masing-masing subunit menyediakan dua pondokan. Pondokan adalah istilah untuk rumah warga yang digunakan sebagai tempat tinggal para mahasiswa KKN.

 

Dari dua pondokan tersebut, masing-masing diperuntukkan bagi mahasiswa dan mahasiswi. Jadinya, cowok dan cewek tidak tinggal dalam satu pondokan yang sama. 

 

Bagi Pembaca yang pernah KKN, pembagian pondokan yang terpisah untuk cowok dan cewek ini mungkin tidak biasa. Seringnya, seluruh subunit baik itu cowok dan cewek menempati satu pondokan yang sama. 

 

 

Berdasarkan arahan Kormanit di atas, idealnya dibutuhkan 6 pondokan untuk menampung semua personil Unit 80. Akan tetapi, dalam praktiknya hal tersebut tidak bisa diterapkan. Unit 80 akhirnya hanya menempati 4 pondokan.

 

Empat pondokan tersebut dibagi dua sama rata. Dua pondokan untuk cowok dan dua pondokan untuk cewek. Khusus pondokan cowok, masing-masing ditempati 8 dan 9 orang.

 

Cowok-cowok Subunit 3 sendiri disebar ke dua pondokan. Aku, Catur, dan Mas Ferry ditempatkan di satu pondokan bersama seluruh anggota pria Subunit 2. Sedangkan Gunawan dan Irsyad di pondokan satunya bersama seluruh anggota pria Subunit 1.

 

Pondokan yang aku tempati bersama cowok-cowok Subunit 2 berwujud rumah kontrakan setengah jadi. Lantai rumah masih semenan kasar. Untungnya sudah terpasang atap, daun pintu, dan daun jendela. Listrik pun sudah tersedia (walaupun sering njegleg #hehehe).

 

Kami menyebut pondokan cowok Subunit 2 dan Subunit 3 sebagai rumah kontrakan Bu Saelah. Letaknya berada di RW VII Desa Kebondalem Kidul. Rumah ini memiliki tiga kamar tidur. Dua kamar tidur ditempati anggota Subunit 2. Satu kamar tidur sisanya ditempati aku, Catur, dan Mas Ferry.

 


Tampak depan rumah kontrakan Bu Saelah.

 


Suasana kamarku, Catur, dan Mas Ferry.

 


Suasana teras belakang tempat menjemur cucian baju.

 


Suasana ruang tengah tempat kumpul-kumpul.

 


Sumur timba di luar kamar mandi.

 

Alhamdulilah, rumah ini memiliki kamar mandi dalam. Akan tetapi, karena tergolong rumah di desa, maka air bersih diperoleh dengan cara mengambil dari sumur timba. Perlu sekitar 10 hingga 12 kali menimba untuk mengisi penuh bak mandi. Karena aku hanya mandi sekali dalam sehari, jadinya untuk mandi dalam sehari aku hanya perlu menimba 3 hingga 4 kali thok, hehehe. #hehehe

 

Seperti yang sudah aku singgung di atas, daya listrik pondokan yang aku tempati masih terbatas. Untuk menyalakan satu komputer saja tidak kuat. Sialnya, banyak anggota Subunit 2 yang turut mengusung komputer dari kos mereka ke pondokan. Hal tersebut menjadi sia-sia karena komputer-komputer itu tidak bisa hidup sama sekali. #sedih

NIMBRUNG DI SINI