HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Ceritanya Refreshing ke Puncak Kosakora

Minggu, 30 Agustus 2015, 05:32 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Sejumlah tukang koding berencana plesir ke Gunungkidul. Sekadar mengalihkan perhatian dari ribuan baris teks yang bikin kerjaan serasa nggak habis-habis. Singkat curhat, terpilihlah Puncak Kosakora atas maklumat Major Tom yang mendamba lokasi foto-foto nan eksotis.

 

Karena diriku termasuk salah satu tukang koding yang tahu letak persisnya Puncak Kosakora, alhasil pada hari Minggu nan cerah (23/8/2015) itu aku turut digeret menemani empat lajang yang lain - Sho-kun, Angga, Isnan, dan Pulung - untuk blusukan di Gunungkidul.

 


Hari Minggu kok ngoding? Hari minggu itu ya mantai! #hehehe

 

Hari Minggu sepertinya memang hari yang haram untuk ngoding... #pasrah

 

Puncak Kosakora yang Lagi nge-Hits

Jadi apa sih sebetulnya Puncak Kosakora itu?

 

Puncak Kosakora adalah nama yang disematkan pada puncak suatu bukit yang merupakan bagian dari perbukitan karst Gunungsewu. Bukit ini lokasinya berdampingan dengan Pantai Ngrumput yang berjarak sekitar 2 km di timur Pantai Drini. Adapun Pantai Drini adalah salah satu pantai pasir putih andalan Gunungkidul, yang persisnya berada di Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta.

 

Popularitas Puncak Kosakora meroket beberapa tahun terakhir berkat sokongan media sosial. Aku sendiri mengamati ada banyak foto-foto Puncak Kosakora yang bertebaran di Instagram. Umumnya, foto-foto tersebut menampilkan objek manusia, sangsaka merah-putih, dan pemandangan pesisir dari puncak sebuah bukit.

 

Yup! Itulah point of interest dari Puncak Kosakora.

 


Pemandangan dari Puncak Kosakora di musim kemarau.

 

Asal Nama Kosakora...

Kosakora itu singkatan dari Koran Sak Lembar Kopi Ora Ono (Koran satu lembar, tanpa ada kopi). Curahan hati seorang pengunjung yang mendaki Bukit Kosakora di malam hari.

Sumber: http://gunungkidulpost.com/2015/06/ini-asal-nama-kosakora-di-gunungkidul

 

Trekking Seru ke Puncak Kosakora

Balik lagi ke alur cerita.

 

Petualangan para tukang koding dimulai dari markas komando “Sarang Penyamun” sekitar pukul delapan pagi. Karena satu dan lain hal, jadwal keberangkatan molor “sedikit” dari yang semula direncanakan pukul enam pagi. #hehehe

 

Untuk menuju Puncak Kosakora, garis besar rute perjalanan yang dipakai adalah seperti ini:

 

"Sarang Penyamun" → Wonosari → Pantai Drini → Pantai Ngrumput → Puncak Kosakora

 


Jadi, kalian mau jalan-jalan tanpa ngajak aku!?
OK, fine! Siapa bilang aku nggak bisa jalan-jalan sendiri?
...

 

Setelah memastikan markas terjaga aman oleh seekor 新名, rombongan berangkat menuju Wonosari lewat Jalan Raya Jogja – Wonosari. Perjalanan terbilang lancar meskipun kondisi jalan raya agak padat.

 

Sebelum melibas Tanjakan Patuk, kami sempat sarapan di warung Sop Ayam Pak Min. Selain bensin sepeda motor, bensin perut kan juga mesti full-tank, hehehe. #hehehe

 

 

Dari kota Wonosari menuju Pantai Drini lewatnya Jl. Baron. Jalan kabupaten yang kecil ini juga masih dipadati bus pariwisata. Alhasil, sepeda motor nggak bisa bermanuver lincah.

 

Setelah melewati cabang pertigaan menuju gugusan pantai barat, barulah kondisi jalan mulai lenggang. Total waktu tempuh dari markas menuju Pantai Drini kurang lebih sekitar 2 jam.

 


Baru tahu sekarang di Pantai Drini ada pasar ikannya.

 

 

Siang itu, Pantai Drini ramai oleh wisatawan. Bus, mobil, dan sepeda motor terparkir di sana-sini. Memang, kalau mau nyari suasana sepi di pantai populer semacam ini harusnya datang saat pagi atau pas hari kerja. Untung di Pantai Drini kami hanya numpang lewat thok.

 

“Ada 2 jalan ke Pantai Ngrumput. Yang pertama lewat bukit. Yang kedua susur pantai. Mau milih yang mana?”, tanyaku pada keempat tukang koding

 

Sebetulnya aku sih sudah menerka mereka bakal memilih opsi terakhir. Masak sudah jauh-jauh sampai pantai tapi sama sekali nggak nyemplung ke laut? Yah, walaupun cuma sebatas kaki doang sih. #hehehe

 


Perjalanan susur pantai yang menyenangkan...awalnya...

 

Jalan dari Pantai Drini menuju Pantai Ngrumput memang harus ditempuh dengan cara trekking membelah bukit atau menyusuri bibir pantai demi mengitari bukit. Akses yang terbilang sulit inilah yang membuat Pantai Ngrumput relatif lebih sepi dibandingkan Pantai Drini yang ramainya mirip pasar.

 

“Jalannya hati-hati! Sering-sering sambil lihat kanan!”, seruku sambil menyibak air laut

 

Trekking menyusuri bibir pantai terdengar seru tapi nggak semudah yang dibayangkan. Dasar laut yang menjadi pijakan berwujud batuan karang yang nggak rata dan licin. Apalagi di beberapa titik kedalamannya berbeda-beda. Salah memijak bisa-bisa kepeleset. #hehehe

 

Sedangkan di sisi kanan itu ya sisi selatan. Di mana terlihat jelas gulungan ombak dari kejauhan. Kebetulan pukul sepuluh siang itu kondisi laut sedang pasang surut. Jadinya hanya sesekali ombak datang menyapa.

 

Eh ndilalah, setengah jam kemudian suasana damai pelan-pelan berubah. Ombak besar datang silih berganti. Mungkin sudah waktunya peralihan dari pasang surut ke pasang naik. Untung posisi saat itu sudah merapat di gugusan karang dekat Pantai Watu Bolong. Lumayanlah ada shelter alami untuk berlindung dari ganasnya terjangan ombak Samudera Hindia. #senyum.lebar

 


Berlindung di balik batuan karang ketika dihantam ombak besar.

 

Suasana menjadi lebih tegang saat permukaan air laut naik jadi setinggi betis. Padahal, semula tingginya hanya semata kaki.

 

Suasana yang seperti ini mengingatkanku pada kejadian 2 tahun silam. Di mana pada suatu sore, di lokasi yang sama, ombak besar tiba-tiba datang menerjang dan membuat DSLR-nya Paris basah kuyup kena air laut. #musibah

 

Asal tahu saja. Sekalinya peralatan elektronik basah kena air laut, hampir bisa dipastikan bakal masuk service center karena mati total! Air laut adalah musuh nomor satu peralatan elektronik! Itu karena sifat air laut yang korosif (bikin karat).

 


Selain rawan melukai tangan juga rawan bikin celana robek lho (serius!).

 

Alhamdulillah, setelah berjuang sakit-sakitan menuruni bukit karang akhirnya sampai juga di Pantai Watu Bolong. Eh, aku sebut sakit-sakitan karena memang batuan karangnya tajam-tajam dan rawan bikin tangan terluka. #celana.juga.sobek

 

Kami pun beristirahat sejenak di Pantai Watu Bolong. Lokasi pantai ini berada di tengah-tengah Pantai Drini dan Pantai Ngrumput. Dari sana Puncak Kosakora yang ditandai sangsaka merah putih terlihat jelas.

 


Puncak Kosakora (lingkaran kuning) terlihat dari Pantai Watu Bolong.

 

Perjalanan ke Pantai Ngrumput dilanjutkan dengan meniti jalan setapak yang membelah bukit. Setelah ombak mulai meninggi, kondisi pantai nggak lagi kondusif dipakai untuk trekking.

 

Padahal, seru juga lho berjalan kaki menyusuri pantai. Ah, andai saja ombaknya nggak besar... #hehehe

 


Menembus semak-semak dari Pantai Watu Bolong menuju Pantai Ngrumput.

 

Selang sepuluh menit kemudian, sampailah kami di Pantai Ngrumput. Aku pangling karena di sana bermunculan banyak warung. Padahal, dulu Pantai Ngrumput masih tergolong pantai perawan dengan hamparan pasir nan luas yang asyik dipakai untuk berkemah.

 

Hmmm, mungkin inilah dampak popularitas Puncak Kosakora yang berimbas pada pantai di dekatnya....

 


Pantai Ngrumput yang tak seperti dahulu kala. Puncak bukit besar itu adalah Puncak Kosakora.

 

Jalur menuju Puncak Kosakora berupa jalan setapak yang satu sisinya terpagari batang bambu. Ini lumayan membantu, mengingat medan yang menanjak dan permukaan tanah yang rawan bikin tergelincir.

 

Nggak hanya itu saja! Karang-karang tajam juga memenuhi jalur pendakian. Kalau nggak hati-hati memijak bisa kepeleset dan terluka menghantam tajamnya karang. Jempol kaki kananku jadi korbannya. #sedih #berdarah.darah

 


Sangat disarankan memakai sepatu atau sandal gunung!

 

Ada Apa di Puncak Kosakora?

Seperti yang sudah diduga, pada siang hari itu Puncak Kosakora ramai oleh anak-anak muda. Beberapa asyik berfoto. Beberapa yang lain asyik nongkrong. Sementara sebagian besar yang lain hening memojok di balik rimbunnya semak.

 

Ngapain? Ya, pikir sendiri lah. #hehehe

 


Bersantai di Puncak Kosakora. Anginnya semilir. #senyum.lebar

 

Nggak hanya muda-mudi, warga setempat pun turut meramaikan Puncak Kosakora dengan membuka warung. Walaupun keberadaan sampah salah satunya disebabkan oleh adanya warung, kondisi Puncak Kosakora boleh dibilang bersih dari sampah. Bisa jadi ini karena di lokasi terdapat banyak tempat sampah.

 


Tetap jadikan Puncak Kosakora bersih dari sampah.

 


Amarei Hill? Sepertinya ini sisa-sisa "konflik" beberapa waktu yang lampau.

 

Puncak Kosakora benar-benar menyuguhkan pemandangan yang eksotis. Dari atas sana pengunjung bisa menyaksikan Pantai Ngrumput, Pantai Watu Bolong, Pantai Drini, Pantai Watu Kodok, Pantai Sepanjang, dan Pantai Lolang di sisi barat. Sedangkan di sisi timur, terlihat Pantai Krakal, Pantai Sadranan, dan Pantai Ngandong.

 

Hamparan laut lepas pun berpadu cantik dengan birunya laut. Sungguh pemandangan yang memanjakan mata. Sayang, waktu itu musim kemarau. Jadinya rumput-rumput hijaunya mengering cokelat semua. #sedih

 

 


Sore-sore lihat sunset dari Puncak Kosakora kayaknya oke juga.

 

Untuk pelancong yang gemar bertualang, perjalanan bisa dilanjutkan dengan menyusuri Bukit Kosakora ke arah timur menuju gugusan Pantai Krakal, Pantai Sadranan, Pantai Ngandong, dsb.

 

Kurang tahu apakah sudah tersedia jalan setapak menuju ke sana. Tapi, sejatinya apa pun kan bisa dilalui dengan bermodalkan niat, semangat, dan perjuangan. Ya toh? Hehehe.

 


Bukit lain yang terlihat dari Puncak Kosakora. Sepertinya pemandangan dari sana bagus juga.

 

Walaupun Puncak Kosakora menyajikan pemandangan nan indah, pengunjung nggak boleh terlena lho! Kontur Puncak Kosakora mirip puncak bukit pada umumnya, yaitu ada sisi yang konturnya miring. Tepatnya di sisi bagian barat.

 

Sisi miring ini jelas rawan membuat pengunjung tergelincir. Apalagi berbatasan langsung dengan tebing setinggi puluhan meter yang rawan longsor.

 


Jangan mati konyol hanya karena ingin eksis di foto! #hehehe

 

Jadi, kalau mau berfoto-foto di Puncak Kosakora harap sangat berhati-hati! Jangan sampai Puncak Kosakora menelan korban!

 

Saatnya Balik ke Sarang

“Sekali-kali harus refreshing menikmati pemandangan alam seperti ini Mas, biar semangat ngoding lagi.”

 

Demikianlah yang diutarakan oleh Major Tom di Puncak Kosakora pada Minggu siang yang terik itu. Bagi kami para tukang koding, sudah saatnya kami kembali menuju komputer masing-masing untuk menatap kembali barisan teks yang bikin kepala mumet. #oh.kerjaan

 

Eh, itu pun kalau nggak tertidur karena kecapekan ya. #hehehe

 


Sebelum pulang foto rame-rame dulu dengan bantuan tripod "ala kadarnya" #hehehe

 

Kalau Pembaca gemar menikmati pemandangan dari atas bukit, singgah di Puncak Kosakora adalah pilihan yang patut dicoba. Walaupun sebenarnya di pesisir Gunungkidul masih banyak bukit karst lain serupa Bukit Kosakora. Mungkin saja bukit-bukit itu tinggal menunggu waktu untuk jadi populer. #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI