Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Sejumlah tukang koding berencana plesir ke Gunungkidul. Sekadar mengalihkan perhatian dari ribuan baris teks yang bikin kerjaan serasa nggak habis-habis. Singkat curhat, terpilihlah Puncak Kosakora atas maklumat Major Tom yang mendamba lokasi foto-foto nan eksotis.
Karena diriku termasuk salah satu tukang koding yang tahu letak persisnya Puncak Kosakora, alhasil pada hari Minggu nan cerah (23/8/2015) itu aku turut digeret menemani empat lajang yang lain - Sho-kun, Angga, Isnan, dan Pulung - untuk blusukan di Gunungkidul.
Hari Minggu sepertinya memang hari yang haram untuk ngoding... #pasrah
Puncak Kosakora yang Lagi nge-Hits
Jadi apa sih sebetulnya Puncak Kosakora itu?
Puncak Kosakora adalah nama yang disematkan pada puncak suatu bukit yang merupakan bagian dari perbukitan karst Gunungsewu. Bukit ini lokasinya berdampingan dengan Pantai Ngrumput yang berjarak sekitar 2 km di timur Pantai Drini. Adapun Pantai Drini adalah salah satu pantai pasir putih andalan Gunungkidul, yang persisnya berada di Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Popularitas Puncak Kosakora meroket beberapa tahun terakhir berkat sokongan media sosial. Aku sendiri mengamati ada banyak foto-foto Puncak Kosakora yang bertebaran di Instagram. Umumnya, foto-foto tersebut menampilkan objek manusia, sangsaka merah-putih, dan pemandangan pesisir dari puncak sebuah bukit.
Yup! Itulah point of interest dari Puncak Kosakora.
Kosakora itu singkatan dari Koran Sak Lembar Kopi Ora Ono (Koran satu lembar, tanpa ada kopi). Curahan hati seorang pengunjung yang mendaki Bukit Kosakora di malam hari.
Sumber: http://gunungkidulpost.com/2015/06/ini-asal-nama-kosakora-di-gunungkidul
Trekking Seru ke Puncak Kosakora
Balik lagi ke alur cerita.
Petualangan para tukang koding dimulai dari markas komando “Sarang Penyamun” sekitar pukul delapan pagi. Karena satu dan lain hal, jadwal keberangkatan molor “sedikit” dari yang semula direncanakan pukul enam pagi. #hehehe
Untuk menuju Puncak Kosakora, garis besar rute perjalanan yang dipakai adalah seperti ini:
"Sarang Penyamun" → Wonosari → Pantai Drini → Pantai Ngrumput → Puncak Kosakora
Setelah memastikan markas terjaga aman oleh seekor 新名, rombongan berangkat menuju Wonosari lewat Jalan Raya Jogja – Wonosari. Perjalanan terbilang lancar meskipun kondisi jalan raya agak padat.
Sebelum melibas Tanjakan Patuk, kami sempat sarapan di warung Sop Ayam Pak Min. Selain bensin sepeda motor, bensin perut kan juga mesti full-tank, hehehe. #hehehe
Dari kota Wonosari menuju Pantai Drini lewatnya Jl. Baron. Jalan kabupaten yang kecil ini juga masih dipadati bus pariwisata. Alhasil, sepeda motor nggak bisa bermanuver lincah.
Setelah melewati cabang pertigaan menuju gugusan pantai barat, barulah kondisi jalan mulai lenggang. Total waktu tempuh dari markas menuju Pantai Drini kurang lebih sekitar 2 jam.
Siang itu, Pantai Drini ramai oleh wisatawan. Bus, mobil, dan sepeda motor terparkir di sana-sini. Memang, kalau mau nyari suasana sepi di pantai populer semacam ini harusnya datang saat pagi atau pas hari kerja. Untung di Pantai Drini kami hanya numpang lewat thok.
“Ada 2 jalan ke Pantai Ngrumput. Yang pertama lewat bukit. Yang kedua susur pantai. Mau milih yang mana?”, tanyaku pada keempat tukang koding
Sebetulnya aku sih sudah menerka mereka bakal memilih opsi terakhir. Masak sudah jauh-jauh sampai pantai tapi sama sekali nggak nyemplung ke laut? Yah, walaupun cuma sebatas kaki doang sih. #hehehe
Jalan dari Pantai Drini menuju Pantai Ngrumput memang harus ditempuh dengan cara trekking membelah bukit atau menyusuri bibir pantai demi mengitari bukit. Akses yang terbilang sulit inilah yang membuat Pantai Ngrumput relatif lebih sepi dibandingkan Pantai Drini yang ramainya mirip pasar.
“Jalannya hati-hati! Sering-sering sambil lihat kanan!”, seruku sambil menyibak air laut
Trekking menyusuri bibir pantai terdengar seru tapi nggak semudah yang dibayangkan. Dasar laut yang menjadi pijakan berwujud batuan karang yang nggak rata dan licin. Apalagi di beberapa titik kedalamannya berbeda-beda. Salah memijak bisa-bisa kepeleset. #hehehe
Sedangkan di sisi kanan itu ya sisi selatan. Di mana terlihat jelas gulungan ombak dari kejauhan. Kebetulan pukul sepuluh siang itu kondisi laut sedang pasang surut. Jadinya hanya sesekali ombak datang menyapa.
Eh ndilalah, setengah jam kemudian suasana damai pelan-pelan berubah. Ombak besar datang silih berganti. Mungkin sudah waktunya peralihan dari pasang surut ke pasang naik. Untung posisi saat itu sudah merapat di gugusan karang dekat Pantai Watu Bolong. Lumayanlah ada shelter alami untuk berlindung dari ganasnya terjangan ombak Samudera Hindia. #senyum.lebar
Suasana menjadi lebih tegang saat permukaan air laut naik jadi setinggi betis. Padahal, semula tingginya hanya semata kaki.
Suasana yang seperti ini mengingatkanku pada kejadian 2 tahun silam. Di mana pada suatu sore, di lokasi yang sama, ombak besar tiba-tiba datang menerjang dan membuat DSLR-nya Paris basah kuyup kena air laut. #musibah
Asal tahu saja. Sekalinya peralatan elektronik basah kena air laut, hampir bisa dipastikan bakal masuk service center karena mati total! Air laut adalah musuh nomor satu peralatan elektronik! Itu karena sifat air laut yang korosif (bikin karat).
Alhamdulillah, setelah berjuang sakit-sakitan menuruni bukit karang akhirnya sampai juga di Pantai Watu Bolong. Eh, aku sebut sakit-sakitan karena memang batuan karangnya tajam-tajam dan rawan bikin tangan terluka. #celana.juga.sobek
Kami pun beristirahat sejenak di Pantai Watu Bolong. Lokasi pantai ini berada di tengah-tengah Pantai Drini dan Pantai Ngrumput. Dari sana Puncak Kosakora yang ditandai sangsaka merah putih terlihat jelas.
Perjalanan ke Pantai Ngrumput dilanjutkan dengan meniti jalan setapak yang membelah bukit. Setelah ombak mulai meninggi, kondisi pantai nggak lagi kondusif dipakai untuk trekking.
Padahal, seru juga lho berjalan kaki menyusuri pantai. Ah, andai saja ombaknya nggak besar... #hehehe
Selang sepuluh menit kemudian, sampailah kami di Pantai Ngrumput. Aku pangling karena di sana bermunculan banyak warung. Padahal, dulu Pantai Ngrumput masih tergolong pantai perawan dengan hamparan pasir nan luas yang asyik dipakai untuk berkemah.
Hmmm, mungkin inilah dampak popularitas Puncak Kosakora yang berimbas pada pantai di dekatnya....
Jalur menuju Puncak Kosakora berupa jalan setapak yang satu sisinya terpagari batang bambu. Ini lumayan membantu, mengingat medan yang menanjak dan permukaan tanah yang rawan bikin tergelincir.
Nggak hanya itu saja! Karang-karang tajam juga memenuhi jalur pendakian. Kalau nggak hati-hati memijak bisa kepeleset dan terluka menghantam tajamnya karang. Jempol kaki kananku jadi korbannya. #sedih #berdarah.darah
Ada Apa di Puncak Kosakora?
Seperti yang sudah diduga, pada siang hari itu Puncak Kosakora ramai oleh anak-anak muda. Beberapa asyik berfoto. Beberapa yang lain asyik nongkrong. Sementara sebagian besar yang lain hening memojok di balik rimbunnya semak.
Ngapain? Ya, pikir sendiri lah. #hehehe
Nggak hanya muda-mudi, warga setempat pun turut meramaikan Puncak Kosakora dengan membuka warung. Walaupun keberadaan sampah salah satunya disebabkan oleh adanya warung, kondisi Puncak Kosakora boleh dibilang bersih dari sampah. Bisa jadi ini karena di lokasi terdapat banyak tempat sampah.
Puncak Kosakora benar-benar menyuguhkan pemandangan yang eksotis. Dari atas sana pengunjung bisa menyaksikan Pantai Ngrumput, Pantai Watu Bolong, Pantai Drini, Pantai Watu Kodok, Pantai Sepanjang, dan Pantai Lolang di sisi barat. Sedangkan di sisi timur, terlihat Pantai Krakal, Pantai Sadranan, dan Pantai Ngandong.
Hamparan laut lepas pun berpadu cantik dengan birunya laut. Sungguh pemandangan yang memanjakan mata. Sayang, waktu itu musim kemarau. Jadinya rumput-rumput hijaunya mengering cokelat semua. #sedih
Untuk pelancong yang gemar bertualang, perjalanan bisa dilanjutkan dengan menyusuri Bukit Kosakora ke arah timur menuju gugusan Pantai Krakal, Pantai Sadranan, Pantai Ngandong, dsb.
Kurang tahu apakah sudah tersedia jalan setapak menuju ke sana. Tapi, sejatinya apa pun kan bisa dilalui dengan bermodalkan niat, semangat, dan perjuangan. Ya toh? Hehehe.
Walaupun Puncak Kosakora menyajikan pemandangan nan indah, pengunjung nggak boleh terlena lho! Kontur Puncak Kosakora mirip puncak bukit pada umumnya, yaitu ada sisi yang konturnya miring. Tepatnya di sisi bagian barat.
Sisi miring ini jelas rawan membuat pengunjung tergelincir. Apalagi berbatasan langsung dengan tebing setinggi puluhan meter yang rawan longsor.
Jadi, kalau mau berfoto-foto di Puncak Kosakora harap sangat berhati-hati! Jangan sampai Puncak Kosakora menelan korban!
Saatnya Balik ke Sarang
“Sekali-kali harus refreshing menikmati pemandangan alam seperti ini Mas, biar semangat ngoding lagi.”
Demikianlah yang diutarakan oleh Major Tom di Puncak Kosakora pada Minggu siang yang terik itu. Bagi kami para tukang koding, sudah saatnya kami kembali menuju komputer masing-masing untuk menatap kembali barisan teks yang bikin kepala mumet. #oh.kerjaan
Eh, itu pun kalau nggak tertidur karena kecapekan ya. #hehehe
Kalau Pembaca gemar menikmati pemandangan dari atas bukit, singgah di Puncak Kosakora adalah pilihan yang patut dicoba. Walaupun sebenarnya di pesisir Gunungkidul masih banyak bukit karst lain serupa Bukit Kosakora. Mungkin saja bukit-bukit itu tinggal menunggu waktu untuk jadi populer. #senyum.lebar
Liburan harus kesini nih..
Thanks gan.. baru tau ada tempat tersembunyi gini.
Kalau mau backpackeran naik kendaraan umum ke Bukit Kosakora lumayan repot ya. Soalnya nggak ada angkutan umum yang lewat sana. Paling nyewa ojek. Tapi ya mahal. Enaknya sih naik kendaraan pribadi.
Tarif retribusi murah. Masuk kawasan pantai Gunungkidul Rp10.000. Parkir kendaraan Rp2.000. Kalau bawa kendaraan dan menginap di sana kayaknya kena biaya tambahan tapi aku kurang tahu berapa.
Namun ya itu tadi, efek sosmed yang diposting ya Kosakora aja. Kalian sebenernya bisa eksplore sendiri ke pantai-pantai Gunungkidul yang masih perawan dengan pemandangan yang nggak kalah cantik.
Btw yang mojok di semak-semak itu gimana? Saya nggak kepikiran tuh Mas :D
Iya, Puncak Kosakoranya bersih, indah dan nyaman.. kereen.. :-)
Btw.. transportasi ke sana gimana.. sulit nggak...?
tukang koding :D
cuman karo sopo? Soale awakmu wis tau merene. Tomi wis ndik Jakarta hahaha
sepertinya asik banget nih perjalanan kesana, harus dikondisikan kesana nih, terima kasih
infonya bro!
Btw justru kuningnya rumput sama birunya laut menambah kontras pemandangan :D
ini, mas :-D
kayak bukan nama Jawa yaa. Ini kalau blusukan gitu isinya cowo semua ya? hehehe
ya…soalnya cm lihat dr foto2 org lain.
Walau blm bisa kesana tp sdh bs ikut menikmati
indahnya puncak kosakora…trims ya :D
trekking di tepi\" pantai plus peringatan hati\" lihat kanan hehe itu sol nendang banget
ngerasain juga kalo alat\" mahal kesamber ombvak hehe... mantap mas
gimanaaaa gitu ) .. Jd berasa kecil bgt..apalagi aku yg ga bisa berenang p. kebayang
sekali jatuh lgs tenggelam.
eh btw, seingetku ya mas, kalo bendera itu, sebutan Sangsaka cuma utk bendera
pertama yg dijahit ama ibu Fatmawati :).. Bendera2 lainnya itu disebut Sang MerahPutih,
ga pake Sangsaka :D.. Tp kalo salah benerin yaa :D Guruku sih yg blg bgitu...
Kalau nama bendera itu saya dapet referensinya dari Wikipedia mbak. Lha gimana?
btw ... kegiatan susur pantai mengasikkan ... apalagi batu2nya unik .... jadi inget waktu
susur pantai di daerah sawarna banten ...
Ah Sawarna memang karang-karangnya juga cantik. Tapi ombak di Sawarna juga nggilani, hahaha :D
kalo mau foto lebih bebas. sayangnya agenda berantakan total. belum kesampaian
kesini sampai sekarang. huft.
oya, pantai drini sudah rame banget to mas? terakhir kesana sudah 2 taun lalu sih.
Pantai Drini pas hari libur rame banget kayak pasar Kang.
Atau akunya yg ga apdet ya, baru tau :)
)http://leenksite.blogspot.com/2015/08/menghemat-budget-liburan-dengan.html