HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Ganti Tujuan ke Air Terjun Suban Air Panas

Kamis, 13 Agustus 2015, 08:05 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Memang betul kalau manusia itu cuma bisa berencana, tapi Tuhan lah yang menentukan segal-galanya. Niat awalnya sih pada Rabu siang itu (8/4/2015) aku pingin blusukan ke Kepahiang. Tapi apa daya. Pas sampai di sana malah disambut hujan deras. Namanya juga April kan masih masuk musim hujan toh? #hehehe

 

Eh, Kepahiang? Di mana itu?

 

Kepahiang itu nama salah satu kabupaten yang ada di Bengkulu. Satu-satunya Bengkulu di negara tercinta ini kan ya cuma provinsi di pesisir barat Sumatra itu toh?

 

Catatan: Nama kepahiang dilafalkan ke-pa-yang.

 


Petualangan kali ini di bumi Rafflesia.

 

Tujuan Awalnya sih Kepahiang

Gampang kok caranya kalau mau blusukan kurang kerjaan di Bengkulu. #hehehe Beli saja tiket pesawat Lion Air JT-636. Kalau nggak ngaret (hobinya Lion Air gitu loh #hehehe), berangkat pukul 08.00 WIB dari Bandara Soekarno-Hatta jam sampai di Bandara Fatmawati Soekarno pukul 09.15 WIB.

 

Cepet kan? #senyum.lebar

 


Sampai juga di Bengkulu untuk yang pertama kalinya.

 

Dari Kota Bengkulu ke Kepahiang juga gampang. Keluar dari Bandara Fatmawati Soekarno nanti ketemu jalan raya Padang Kemiling. Di situ aku nyegat angkot warna putih. Sekitar setengah jam kemudian aku turun di pemberhentian terakhir, yaitu Pasar Panorama, Kota Bengkulu.

 

Dari Pasar Panorama jalan kaki sebentar ke tempat ngumpulnya angkutan menuju Kepahiang. Lokasinya di simpang tiga dekat RM Padang Taraso. Walaupun jarak Kota Bengkulu – Kepahiang hanya sekitar 60 km, tapi wujud angkutannya bukan bus, melainkan mobil travel semacam Avanza dan Xenia gitu.

 


Tempat terakhir pemberhentian angkot putih.

 


Buah dukunya besar-besar lho! Kalau di Jogja paling Rp8.000 satu kilogramnya.

 

Sekitar pukul 11.00 WIB mobil baru berangkat. Pokoknya, sebelum penumpang penuh, mobil travel nggak bakal berangkat.

 

Katanya pak sopir, kalau berangkat dari Kota Bengkulu penumpangnya bisa penuh. Tapi nanti, pas balik lagi ke Kota Bengkulu, bisa ngangkut 3 penumpang saja sudah syukur.

 

Serunya perjalanan baru terasa sekitar 20 km sebelum masuk Kota Kepahiang. Jalannya nanjak plus meliuk-liuk. Baru selesai belok, eh udah disambut belokan lagi. Aku duduk paling depan, tapi tetap saja mual-mual. Bener-bener mabuk kepayang ini. Doh!

 

Oh iya, di sepanjang jalan berkelok-kelok ke Kepahiang ini ada tempat menarik yang katanya tempat bunga Rafflesia mekar. Tapi berhubung waktu itu naik travel ya nggak sempat berhenti mampir deh. #sedih 

 


Siap-siap saja mabuk darat pas lewat tikungan seperti ini.

 

Pukul 12.15 WIB sampailah aku di Kota Kepahiang. Langsung deh disambut mesra sama hujan deras. Duh! Runyam sudah agenda blusukan-ku di Kepahiang. #sedih

 

Eh, tapi bukan berarti gagal total lho! Sebab aku sudah menyiapkan rencana cadangan! Hohoho. #senyum.lebar

 

Pindah TKP ke Rejang Lebong

Dari Kota Kepahiang aku masih lanjut lagi naik travel sampai Kota Curup, yaitu ibu kota Kabupaten Rejang Lebong. Jarak Kota Curup dari Kota Kepahiang hanya sekitar 10 km. Alhamdulillah, pas sampai di Kota Curup pukul 13.00 WIB cuacanya terang dan panas!

 

Sepertinya, Gusti Allah SWT sengaja menggiring aku buat blusukan di Rejang Lebong deh. #hehehe

 


Alhamdulillah nggak hujan! #senyum.lebar

 

Di Kota Curup aku turun di Pasar Bang Mego. Setelah itu lanjut naik ojek 10 menit menuju objek wisata Suban Air Panas di Kelurahan Talang Ulu, Kecamatan Curup Timur, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu.

 

Objek wisata ini diberi nama Suban Air Panas karena di sini ada pemandian air panasnya. Tapi jangan salah lho! Selain pemandaian air panas, ternyata ada dua air terjun di Suban Air Panas ini. Menarik kan? #senyum.lebar

 

Setelah bayar tiket masuk, mulai deh aku keliling-keliling Suban Air Panas. Ternyata di sini juga ada kolam renang. Sayang warna air kolamnya hijau lumut. Ah, jadi keinget pas dulu bersepeda nyari kolam renang di Taman Kyai Langgeng Magelang.

 


Kolam renang atau kolam lumut ini?

 

Nah, nggak jauh dari kolam renang lumutan itu ada jalan menuju air terjun. Medannya jalan setapak tanah yang becek dan licin pas musim hujan. Yang bikin aku kaget, di tengah jalan mendadak dipungut biaya masuk lagi sama warga. Usut punya usut, ternyata jalan menuju air terjun ini melintasi pekarangan rumah warga alias area pribadi. Doh!

 


Serasa lewat jalan tol...

 

Cukup lima menit jalan kaki dan sampailah di air terjun pertama, yaitu Air Terjun Dua Cabang Suban. Penampakannya kayak di bawah ini. Cakep kan?

 


Air terjun dengan dua cabang. Airnya dingin. #senyum.lebar

 

Air Terjun Dua Cabang ini bagus buat objek foto slow-speed. Untuk yang mau berbasah-basahan di sini harap berhati-hati karena arus airnya lumayan deras. Aku sih nggak pakai acara main air. Cukup motret dan membasuh muka saja. #senyum.lebar

 

Lagi-lagi Nyasar Lagi

Air terjun kedua di Suban Air Panas bernama Air Terjun Dua Tingkat. Petunjuk arah ke Air Terjun Dua Tingkat sih sudah tersedia. Tapi, bukan Wijna namanya kalau ke mana-mana nggak pakai acara nyasar! Bahkan sampai Bengkulu pun nyasar. #senyum.lebar

 


Ada petunjuk bukan berarti terbebas dari acara nyasar lho...

 

Aku sempat nyasar salah ngikutin jalan setapak. Tapi jalan setapaknya itu arahnya ke puncak bukit. Dari sana, aku bisa melihat pemandangan Kota Curup dari ketinggian. Wow banget deh! Tapi karena nyasar jadi ya mesti balik lagi toh? #hehehe

 

Alhamdulillah aku papasan sama seorang bapak baik hati yang kemudian memboncengkan aku di motornya supaya aku secepatnya kembali ke jalan yang benar. Aku agak nggak enak sama si Bapak. Soalnya, jalan turun dari bukit itu licin dan terjal banget. Sempat dua kali pula motor jatuh kepleset. Maaf ya Pak ngerepotin. #sedih

 


Terima kasih ya Pak!

 

Di jalan yang benar itu aku ketemu lagi sama pos retribusi. Duuuh... banyak banget sih pos pungutannya? Eh, tapi posnya kosong nggak ada yang jaga. Tapi berhubung aku pengunjung yang baik hati, aku selipkan saja lah retribusinya. Semoga nggak ada yang berniat nyolong, hehehe. #hehehe

 


Pungutan lagi oh pungutan lagi.

 

Dari sini ya jalan kaki sekitar 15 menit buat sampai ke Air Terjun Dua Tingkat. Medan jalan tetap licin dan becek. Tapi enaknya, sepanjang jalan banyak bangku bambu buat duduk-duduk. Jadinya kalau capek kan bisa istirahat.

 


Jalan tanah licin, becek, dan berbangku. #senyum.lebar

 

Air Terjun Dua Tingkat bikin aku teringat sama Grojogan Lepo Dlingo. Sama-sama ada kolam air cukup luas setinggi betis. Hanya saja di Air Terjun Dua Tingkat ini kolamnya lebih luas. Mendekati air terjun kedalamannya lebih dalam lagi. Cocoklah buat main air.

 


Kalau mau main air lebih enak di sini. Ada bilik salin pakaian juga lho.

 

Tapi sayang, Air Terjun Dua Tingkat ini susah banget dipotret! Posisi air terjunnya terkesan “ngumpet” di balik tebing. Untuk dapat sudut pemotretan yang sip, kayaknya harus lebih mendekat ke air terjun. Hanya saja waktu itu aku sudah males buat lebih berbasah-basahan. Maklum, pas motret ini cuaca sudah mulai gerimis. Sepertinya hujan di Kepahiang tadi mulai pindah ke sini.

 

Nunggu Hujan Reda

Pukul 15.00 WIB aku balik dari Air Terjun Dua Tingkat. Gerimis berubah jadi hujan. Aku sih sudah sedia jas hujan di dalam tas. Pas di jalan pulang itu aku nyoba-nyoba ambil cabang jalan lain. Eh, malah nyasarnya ke sumber air panas! Kalau waktu itu nggak hujan mungkin aku udah berendam di sini deh.

 


Kolam air panas di kala hujan deras.

 

Aku pun berteduh di mushalla sambil menunaikan salat asar sekaligus komat-kamit baca mantra doa. Alhamdulillah, nggak seberapa lama hujan reda. Kalau nggak, bisa-bisa terdamparlah aku di pelosok Bengkulu. Mana karena hujan dan angin hawanya jadi dingin banget lagi! Nggak hujan pun Kota Curup itu hawanya sudah dingin lho!

 


Batu yang dikeramatkan oleh warga setempat.

 

Sebelum meninggalkan objek wisata Suban Air Panas, aku sempat mampir nengok cagar budaya Batu Tri Sakti. Ini konon semacam monumen kesepakatan dari tiga penguasa yaitu Rajo Bintan (orang Rejang), Rajo Bengkulu (orang Bengkulu), dan Putri Selangkah (orang Majapahit). Mereka sepakat untuk menjaga kawasan ini. Kalau sekarang sih, Batu Tri Sakti ini jadi semacam tempat wingit untuk berdoa. Di mana-mana hal mistis seperti ini tetap ada ya? #hehehe

 

Tentang Suban Air Panas

Menurutku, objek wisata Suban Air Panas ini adalah objek wisata yang sudah dikelola dengan baik. Ada warung, kamar ganti, kamar kecil, musala, papan petunjuk & peringatan, tempat sampah, bangku, dan lain sebagainya.

 

Daya tariknya pun beraneka ragam, yaitu pemandian air panas, air terjun, kolam renang, dan benda cagar budaya. Salah satu yang bikin aku senang adalah air terjunnya bersih. Nggak kelihatan ada sampah berceceran. Pokoknya, nyenengin deh berada di sana. #senyum.lebar

 

Hal yang agak meresahkan dari Suban Air Panas paling ya hanya karena banyak “pungutan” menuju air terjun #sedih. Kalau pun mesti ditarik pungutan, kenapa nggak ditariknya pas di pos retribusi utama saja? Tiketnya jadi dua gitu menurutku nggak apa-apa. Ini kesannya seperti tiap warga berlomba-lomba mendapat jatah pemasukan dari pengunjung gitu.

 

Buat Pembaca yang kebetulan mampir Bengkulu dan punya waktu senggang, cobalah berkunjung ke objek wisata Suban Air Panas. Anak-anak pasti senang deh bermain di sini. Hanya saja, kalau berkunjung di akhir pekan atau hari libur, siap-siap saja pengunjungnya tumpah ruah seperti pasar, hehehe #hehehe.

 


Harap taati peraturan agar semuanya merasa nyaman. #senyum

 

Terakhir, ini rincian biaya dari Jakarta sampai ke Air Terjun Suban Air Panas.

 

Tiket Lion Air JT-636
(Jakarta - Bengkulu)
Rp400.000 Kalau mau murah bisa nyoba naik bus Jakarta – Bengkulu. Tapi waktu tempuhnya sekitar 12 jam.
Angkot ke Pasar Panorama Rp4.000 Warna angkot = putih.
Mobil travel dari Bengkulu ke Curup Rp50.000 Kalau hanya sampai Kepahiang Rp40.000. Sebelum minyak naik (orang Sumatra nyebut bensin itu minyak) tarif ke Curup hanya Rp40.000. Pas balik dari Curup jangan lebih dari jam 5 sore ya!
Ojek dari Pasar Bang Mego ke Suban Air Panas Rp15.000 Jangan mau kalau nggak Rp15.000! #hehehe
Tiket Masuk Suban Air Panas Rp10.000  
Pungutan tambahan ke lokasi Air Terjun Rp2.000 Tulisannya sih Rp3.000 tapi ya kok bisa dinego? #hehehe

 

Yak! Provinsi Bengkulu dengan ini resmi dicoret dari daftar. #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI