HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Ngojek Hore ke Air Terjun Singokromo dan Sedudo

Senin, 27 Juli 2015, 11:04 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

“Kalau mau nyari ojek yang murah jangan pas begitu turun di Terminal Sawahan Mas! Jalan sedikit ke selatan ke arah pasar. Di sana tempat kumpulnya ojek murah. Itu ojeknya warga sekitar, bukan ojek wisata.”

 

Omongan Pak Sopir angkot itu tercatok kuat di otak kami berdua. Sebelumnya, Ndop cerita kalau dia sudah beberapa kali ngojek ke Air Terjun Sedudo tapi selalu dapat harga yang nggak masuk akal. Terakhir, malah ongkos pergi pulang Terminal Sawahan – Air Terjun Sedudo itu Rp135.000 per orang. GILAK! Mahal banget!

 

Eh...

GOJEK belum ada di Nganjuk #hehehe

 

Mau gimana lagi? Di negara kita ini, bisa dibilang sepeda motor adalah kendaraan favorit untuk blusukan ke lokasi-lokasi terpencil, termasuk di antaranya lokasi air terjun. Ngerti sendiri lah kalau air terjun itu seringnya ngumpet di tengah hutan, di lereng gunung, dengan jalan menuju ke sananya itu sangat-sangat “fenomenal”... pakai tanda kutip. #hehehe

 

Naik Bus Disusul Angkot

Berhubung aku dan Ndop sama-sama nggak terampil naik sepeda motor, jadi mau nggak mau pilihan transportasi menuju kawasan Air Terjun Sedudo pada hari Kamis (26/2/2015) itu ya naik angkutan umum disambung ngojek. Walaupun kami berdua ini terbiasa bersepeda, tapi kalau ingat betapa jahanamnya tanjakan ke sana, mending kibarkan bendera putih dari awal deh. #hehehe

 

Perkara naik angkutan umumnya sih rebes beres. Dari rumah Ndop di kawasan Kauman, kami naik bus Kawan Kita (iya kawan kita, ya kawan kamu, ya kawan aku #apa.sih) ke Terminal Nganjuk. Ongkosnya standar, Rp4.000 per orang.

 

 

Nggak ada lima belas menit, sampailah kami di Terminal Nganjuk. Dari sini kami ganti moda transportasi naik angkot menuju Kecamatan Sawahan. Bisa naik dari dalam terminal, bisa juga nyegat di luar terminal di pinggir jalan raya. Tapi jangan kaget kalau kemudian angkotnya muter-muter lagi masuk terminal. Prinsipnya: nggak bakal berangkat sebelum penumpang penuh!

 

Ongkos angkot ke Sawahan itu Rp12.500 per orang. Kok mahal? Lha jarak Kota Nganjuk – Sawahan saja sekitar 30 km kok! Waktu tempuh kira-kira satu jam. Sepanjang perjalanan anginnya semilir, terus aku jadi ketiduran deh, hahaha. #senyum.lebar

 

Sorry ya Ndop, semalem soalnya aku kurang tidur. Lha berangkat dari Jogja tengah malam je, hehehe. #hehehe

 

 

Begitu sampai di Terminal Sawahan, bener aja, kami langsung diserbu sama mas-mas dan bapak-bapak ojek yang berbaik hati rebutan membukakan pintu angkot. Udah kayak juragan kota saja kami ini. Apalagi gayanya Ndop stylish to the max, yang sepintas nggak mencitrakan kalau dia itu orang asli Nganjuk melainkan anak gaul metropolitan, wekekeke. #senyum.lebar

 

Kami sih cuek bebek meladeni tawaran para tukang ojek itu. Untung mereka nggak beringas sampai nguber-nguber segala. Pas lewat area pasar, eh malah nggak ada satu orang pun yang nawarin jasa ojek.

 

Duh! Mana ini ojek warga yang dibilang pak sopir angkot? Separah-parahnya, masak sih harus jalan kaki 8 km sampai Air Terjun Sedudo? Medan jalannya tanjakan jahanam pula. Bisa-bisa remuk ini kaki!

 

Tawaran Menarik Ojek Dadakan

Nggg, kalau mau balik lagi ke Terminal Sawahan dan menyambut tawaran tukang-tukang ojek tadi... rasanya... agak gimanaaa gitu. Kan tadi sudah nolak. Kayak menjilat ludah sendiri, hahaha #senyum.lebar. Mana kami sudah jalan lumayan jauh pula. Tapi, kalau mau lanjut jalan kaki terus kok ya prospeknya suram begini? Bingung.

 

Yo wis! Aku inisiatif aja nyari pertolongan warga lokal. Aku perhatikan ada seorang ibu muda lagi sendirian menjaga warung mungilnya di pinggir jalan raya. Cocok ini! #eh

 

Kulo nuwun Bu”, aku ngasih salam
“Iya Mas?”
“Di sekitar sini ada ojek nggak ya Bu? Kami mau ke Air Terjun Sedudo ini.”
“Wah, kalau di sekitar sini nggak ada Mas. Paling di deket terminal sama pasar tadi.”
“Waduh! Nggg... kalau gitu apa njenengan punya nomor telepon tukang ojek yang bisa dihubungi Bu?”
“Wah nggak punya e Mas. Eh, tapi coba saya mintakan tolong tetangga saya. Bentar ya?”

 

 

Singkat cerita, tersebutlah nama seorang tetangga si Ibu bernama Pak Purnomo yang sedari tadi sudah ready di atas jok motor. Pernyataan beliau “sak kersane njenengan mawon” kami tafsirkan dengan imbal jasa Rp100.000 untuk jasa ojek dengan rincian: pergi – nunggu – pulang Air Terjun Singokromo plus Air Terjun Sedudo untuk dua orang. Itu pun belum termasuk bonus menarik:

 

“Kalau sama saya nanti nggak usah bayar tiket masuk Mas.”

 

COCOK Pak Pur! Ayo kita c’mon! #senyum.lebar

 

Tapi sebagaimana ungkapan “ada harga, ada rupa”, jangan bayangkan perjalanan yang nyaman menuju air terjun meskipun sudah pakai tumpangan ojek. Itu karena Pak Pur hanya ada satu motor sedangkan yang mau ngojek dua orang jadinya ya...

 

 

Kapan lagi coba bisa akrobat boncengan tiga ke air terjun!? #senyum.lebar

 

Sesi Foto di Tempat Antah Berantah

Seru? Iya.
Aman sentosa? Nanti dulu!

 

“Waduh Mas, kayaknya ban motornya gembos ini. Saya balik dulu sebentar ya ngisi angin. Mas nya tunggu di sini saja. Jangan ke mana-mana.”

 

Alkisah, terdamparlah kami berdua di suatu tempat terpencil di lereng Gunung Wilis. Duh, kualat ini satu sepeda motor disuruh ngangkut beban 2 kuintal. Nggak bayar tiket masuk pula. Benar-benar pantas disebut aksi kriminal, hahaha. #senyum.lebar

 

Pembaca jangan niru-niru kelakuan kami ya! Tapi kalau terpaksa, ya... silakan banyak-banyak berdoa! #hehehe

 

Daripada mati gaya nunggu Pak Pur selesai mbengkel, Ndop minta aku motretin dia. Jadi ceritanya, Ndop di-endorse suatu merk kaos yang lagi dia pakai ini dengan kaos gratis = bantu promosi gitu. Ya udah deh. Hitung-hitung balas jasa juga karena kamera yang aku pakai ini Nikon D3200-nya Ndop. Kameraku diamankan di rumahnya Ndop karena daya baterenya sudah sakratul maut, hehehe. #hehehe

 

 

Kebetulan nggak jauh dari situ banyak tanaman mawar. Alhasil Ndop aku potret berlatar bunga mawar. Eh, biasanya yang dipotret kayak begini bukannya gadis-gadis hijabers ya #senyum.lebar. Tapi cuma sebentar doang sesi foto-fotonya, karena mendadak turun gerimis. Untung gerimisnya hanya numpang lewat. Fiuh...

 

Bersusah-susah ke Singokromo

Sekitar 3/4 jam kemudian Pak Pur balik lagi dengan ban motor yang InsyaAllah siap menerjang medan menuju Air Terjun Singokromo. Lho kok Singokromo? Bukannya Sedudo ya?

 

Jadi gini lho, di kawasan ini ada dua air terjun yang lokasinya saling berdekatan, yaitu Air Terjun Singokromo dan Air Terjun Sedudo. Keduanya terletak di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Kami memilih berkunjung ke Air Terjun Singokromo duluan karena medan jalannya “masih alami sekali” seperti foto di bawah ini nih.

 

 

Sesuai pepatah, “bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian” #senyum.lebar

 

Kabar baiknya, ruas jalan ini mulai diperkokoh dengan makadam. Walau begitu, yang bisa lewat jalan ini hanya kendaraan roda dua. Kalau pakai kendaraan roda empat mesti diparkir di parkiran Cemoro Kandang terus dilanjut jalan kaki. Eh, denger nama Cemoro Kandang udah kayak mendaki Gunung Lawu aja, hahaha. #senyum.lebar

 

 

8 Air Terjun Lain...

Kabarnya, di lereng Gunung Wilis di Desa Ngliman ini masih ada 8 air terjun lain yang letaknya ngumpet. Katanya Ndop hanya orang-orang yang “berilmu” yang bisa sampai sana, hehehe. Tertarik? #senyum.lebar

 

 

Untuk bisa sampai ke dasar Air Terjun Singokromo pengunjung harus berjalan kaki sekitar 15 menit menembus hutan. Jalan setapak di dalam hutannya jelas terlihat kok. Tapi harus HATI-HATI terutama pas musim hujan karena LICIN BANGET.

 

 

Singokromo itu terdiri dari dua kata, singo yang artinya singa dan kromo yang artinya kawin. Jadi Singokromo artinya singa kawin. Eh, kenapa mendadak jadi mesum gini yah...

 

Konon air terjun ini adalah tempat favorit singa buat kawin. Tapi aneh juga ya? Soalnya singa (Panthera leo) kan bukan hewan endemik Indonesia? Kalau harimau (Panthera tigris) sih baru masuk akal.

 

Sampai sekarang pun banyak yang menganggap Air Terjun Singokromo ini sebagai tempat keramat. Setiap tanggal 15 penanggalan Jawa ada saja orang yang melakukan ritual di sini. Biasanya orang bertapa di sini kalau terkena masalah hutang-piutang. Airnya sendiri dipercaya bisa menyembuhkan penyakit dan bikin enteng jodoh. Ada yang tertarik nyoba? #senyum.lebar

 

Buatku ritual wajib di Air Terjun Singokromo ini bukan bertapa, tapi foto-foto dunk! Air terjun Singokromo ini fotogenik banget! Cocok jadi lokasi hunting slow-speed.

 

 

Ada banyak spot foto menarik di dasar air terjun yang bebas dari sampah ini. Pokoknya puas banget motret di Air Terjun Singokromo! Bener-bener indah! Nganjuk punya lho ini! #senyum.lebar

 

 

Oh iya jaga selalu kondisi air terjun supaya tetap bersih ya alias JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN!

 

 

Bersenang-senang di Sedudo

Selepas dari Air Terjun Singokromo kami lanjut ngojek menuju air terjun terpopuler se-Nganjuk yang tidak lain dan tidak bukan adalah Air Terjun Sedudo. Untuk menuju Air Terjun Sedudo ini jalannya lebih bagus. Itu karena Air Terjun Sedudo sudah dirancang jadi tempat wisata keluarga yang mirip pasar kalau pas hari libur. Untung kami datang di hari Kamis dan bukan hari libur, jadinya sepiii...

 

 

Ternyata Air Terjun Sedudo nggak begitu fotogenik. Debit airnya nggak deras. Mungkin karena air terjunnya terlalu tinggi (100 meter!) jadinya liuk-liuk aliran airnya nggak terlihat menarik.

 

 

Tapi tenang, masih banyak hal yang bisa dilakukan di Air Terjun Sedudo. Misalnya nih selfie dengan latar tulisan SEDUDO. Biar terlihat makin eksis karena sudah pernah mampir ke air terjun tertinggi se-Jawa Timur (yang mana aku baru tahu saat itu #hehehe) di Kabupaten Nganjuk! #senyum.lebar

 

 

Yang kedua adalah mandi di Air Terjun Sedudo! #senyum.lebar

 

Konon, hanya orang-orang terpilih yang diberi kesempatan mandi di Air Terjun Sedudo. Mitosnya airnya bisa bikin awet muda. Kalau buatku sih airnya itu DINGIN BANGET! Tips dari aku buat yang pingin mandi di Air Terjun Sedudo. Supaya airnya nggak terasa terlalu dingin mepetlah ke batuan tebing.

 

 

#PrayForSedudo

Hari Selasa (21/7/2015) yang lalu kabar duka menghampiri Nganjuk. Tiga orang tewas dan sembilan orang luka berat akibat longsor di kawasan Air Terjun Sedudo. Mereka tertimpa batu-batu dan sebatang pohon yang jatuh dari tebing saat sedang bermain di bawah pancuran air terjun. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya bahwa tebing akan longsor. Selama ini wisatawan memang kerap bermain air sebagaimana yang kami lakukan.

 

Ini adalah musibah longsor kedua di lokasi wisata alam yang aku ketahui setelah yang terjadi di Pantai Sadranan bulan Juni 2015 silam. Ini resiko yang harus dihadapi saat mengunjungi objek wisata alam. Sepatutnya pengunjung harus lebih waspada lagi. Walaupun ya, terjadinya musibah seperti ini adalah kehendak Gusti Allah SWT. Boleh dibilang lumayan sulit untuk mengantisipasinya.

 

Jadi, marilah kita menyempatkan diri sejenak berdoa kepada Tuhan agar semuanya diberikan yang terbaik.

 

 

Akhir kata, terima kasih buat Ndop yang sudah berbaik hati mau menemani aku blusukan ke Air Terjun Singokromo plus Air Terjun Sedudo. Terima kasih juga sudah berbaik hati meminjamkan DSLR Nikon D3200 dan merelakannya untuk terbanting, hahaha. Jangan kapok ya Ndop. #hehehe

 

Oh iya, foto-foto di artikel ini nyaris seragam dengan yang ada di artikel blog-nya Ndop
Tips ke Air Terjun Singokromo dan Sedudo
Karena fotonya kan berasal dari sumber kamera yang sama. #hehehe

 

Jadi, gimana? Kapan nih Pembaca mau main ke Nganjuk? Atau mungkin tertantang untuk menyambangi 8 air terjun yang masih ngumpet di Desa Ngliman itu? #senyum.lebar

NIMBRUNG DI SINI