Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Agenda berikutnya setelah sowan ke makam Eyang Wandi di hari Minggu pagi (16/11/2014) itu adalah blusukan di seputar Godean. Ow yeah! Eh, sebenernya sih blusukan sambil nyari sarapan, hehehe #hehehe. Tapi sebelum aku bergerak nyari sarapan, lebih baik aku tuntaskan dulu mencari embung di dekat sana yang lumayan gede pas dilihat di Wikimapia. Hmmm...
Kalau di Wikimapia embung sasaranku ini namanya Gancahan Dam alias Embung Gancahan. Itu karena si embung terletak di Dusun Gancahan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.
Setelah disinggahi (aneh juga kata “disinggahi”) ternyata embung ini punya nama "resmi" Embung Donomulyo Asri. Asal katanya dari kata Dono yaitu suka beramal (bukan anggota Warkop DKI) dan Mulyo yang berarti mulia. Jadi kesimpulannya, embung ini suka beramal mulia...? Eh...
Nggak usah lah arti nama embung ini dipikir panjang, sebab untuk kemari pun nggak butuh perjalanan panjang. Cukup dengan 30 menit bersepeda santai dari Kota Jogja dengan medan yang landai. Kalau naik kendaraan bermotor sih mungkin bisa lebih cepat (kalau Jl. Godean nggak macet #hehehe).
Rutenya, dari Tugu Jogja ikuti Jl. Godean hingga sampai di lampu lalu lintas km 7. Setelah itu ambil jalan ke selatan dengan menyebrang rel kereta api dua kali ke arah Stasiun Patukan. Dari Stasiun Patukan masih tetap ngikuti jalan raya tujuan Pasar Bibis. Sampai di dekat Pasar Bibis, ambil jalan ke kiri dan nanti bakal masuk wilayah Dusun Gancahan. Selepas itu kalau bingung tanya warga setempat aja. Paling ya percakapannya bakal seperti gini:
(aslinya bahasa Jawa tapi dibahasa Indonesiakan biar Pembaca dong)
“Permisi Pak, mau tanya.”
“Iya Mas?”
“Katanya di dusun Gancahan ini ada embung ya Pak?”
“Embung apa ya Mas?”
“Eh... ya kayak semacam kolam, telaga gitu Pak.”
Batinku, kok si Bapak nggak ngerti tapi Wikimapia ngerti ya?
“Oh, pemancingan itu ya Mas?”
“Eh iya Pak, biasa jadi tempat mancing.”, jawabku sekenanya
“Masnya ikutin jalan aspal ini aja. Belok kanan. Nanti bakal ada jalan turunan terus ya pemancingannya deket situ. Eh, masnya ini mancing dari mana saja?”
Batinku, mungkin besok-besok aku mesti alih profesi jadi pemancing bukan tukang blusukan...
Ya begitu deh. Singkat cerita sampailah aku di embung Donomulyo Asri tepat jam 08.10 WIB dan disambut oleh Semar tanpa dikawani oleh Bagong, Petruk, dan Gareng. Pagi-pagi gini, tiga member Punakawan lainnya pada ke mana ya?
Selepas menitipkan sepeda sama Semar, mulailah aku mengelilingi Embung Donomulyo Asri. Embungnya memang lumayan besar. Malah lebih besar dari embung yang ada di Nglanggeran sana. Airnya relatif bersih dan jernih. Di sekeliling embung ada banyak berugak yang jelas asyik dimanfaatkan untuk leyeh-leyeh. Sayang beberapa kondisinya kurang terawat. Mungkin karena pengelolaannya hanya ala kadarnya ya?
Embung Donomulyo Asri ini dikelilingi pemukiman warga. Lebih tepatnya pemukiman warga RW 7 Dusun Gancahan. Jadi, nggak sulit untuk numpang ke kamar kecil bilamana pengunjung mendadak dapat “panggilan alam”, hehehe #hehehe.
Di pagi hari itu juga aku ketemu sama bocah-bocah yang lagi asyik bermain di perairan embung yang dangkal. Mereka sedang main nyerok ikan-ikan kecil. Wah, mbok dipancing aja Le. Biar dapet ikan yang agak besaran. Biar bisa digoreng Ibu di rumah dan dimakan sama nasi anget plus sambel terasi. Eh... kenapa mendadak aku jadi ngiler begini ya...
Oh iya, waktu itu aku nggak melihat ada warung di sekitar situ. Ada sih penampakan tenda mirip angkringan di dekat lapangan parkir. Tapi ya masak sih nggak ada warung yang sekadar menjual cemilan di pemukiman seperti gini?
Kalau pun kemari pas lagi kere, tenang saja, bunda alam (mother nature #hehehe) sudah menyiapkan cemilan sehat secara cuma-cuma yakni buah talok (Muntingia calabura L.). Pembaca sudah pernah makan buah talok belum ya?
Berhubung perut sudah mulai berorkestra, sekitar jam 08.37 WIB aku pun meninggalkan lokasi buat nyari warung soto terdekat yang harganya murah, hahaha #senyum.lebar. Eh Alhamdulillah ketemu lho! Satu porsi soto sapi dibanderol Rp5.000. Hohoho! I love Jogja lah pokokmen! Pembaca juga kan? #senyum.lebar
Nah, sebagai penutup. Misalnya Pembaca lagi di Jogja dan butuh tempat untuk melepas penat atau ngabuburit, bolehlah kiranya singgah di embung Donomulyo Asri ini. Tapi ingat Pembaca, JANGAN NYAMPAH dan JANGAN BERBUAT MESUM! Oke? Sip!
Matur nuwun Mas sudah berkenan mampir ke blog ini. :D
Tapi merah banget ya warnanya? Biasanya mah warna merah agak pink gitu.
Itu buah ceri.
Kok banyak embung di Jogja...
sekitaran jogja yaaa
sering naik ke pohonnya buat cari buah itu waktu masih SD :D