Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
- Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
- Patuhi peraturan yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Niat awal bersepeda pagi di hari Minggu (22/2/2015) itu sebenarnya hanya mau:
- nyari sarapan, dan
- beli kabel rem sepeda.
Oleh sebab itu, bersepeda lah aku ke arah timur, karena kayaknya sudah lama banget aku nggak bersepeda ke arah Prambanan.
Sampai di Prambanan sekitar pukul 8 pagi. Perut masih belum terlalu lapar. Toko sepeda juga pada belum buka.
Ya sudah deh. Mumpung masih pagi, ya... bersepeda terus saja ke arah timur. Pokoknya menyusuri jalan raya Jogja – Solo. Senggang banget lah hidup hari ini...
Ealah... kok ya aku malah masuk wilayah Kota Klaten?... 30 km dari Jogja... tanpa berhenti... tanpa minum pula... doh!
Di Pinggir Jalan Solo, Mampir ke Situs Kunden
Ya sudah. Berhentilah aku di pinggir jalan raya Jogja – Solo, deket sama cabang jalan ke Taman Makam Pahlawan Ratna Bantala. Sambil menenggak air minum... aku galau! Masuk. Nggak. Masuk. Nggak. Masuk. Nggak.
Aku putuskan saja buat masuk. Bukan masuk ke Taman Makam Pahlawan lho. Tapi masuk ke area di sekitar sana buat melihat situs purbakala yang bernama Situs Kunden. Wujud situsnya itu semacam petirtaan seperti yang Situs Payak dan Sendang Pitu itu.
Dari dulu aku sih sebenarnya aku sudah tahu ada situs purbakala di dekat Taman Makam Pahlawan Ratna Bantala. Sudah berkali-kali ke Klaten, tapi kok ya nggak pernah mampir ngecek? Sempatnya ya baru sekarang ini.
Sepeda aku parkir dekat makam yang dijaga pohon besar. Setelah itu jalan kaki meniti pematang sawah buat sampai ke Situs Kunden. Nggak pakai acara kesasar, karena aku sudah tahu itu situsnya ada di pinggir sungai. Walaupun ya... letak persisnya aku nggak tahu. Hanya mengandalkan indera “penciuman batu”-ku yang ternyata masih ampuh.
Alhamdulillah, Situs Kunden masih bisa dilihat dan berbentuk seperti di foto-foto yang ada di internet. Soalnya pinggir sungai kayak gini kan rawan longsor. Secara administratif letak situs Kunden bertempat di Dusun Kunden, Desa Sumberejo, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Jadi ceritanya kira-kira gini. Pada zaman dahulu kala, Situs Kunden ini jadi semacam “mata air” yang umumnya dipakai untuk ritual ibadah. Biasanya sih ritual ibadah umat Hindu yang mensyaratkan adanya air. Sejak zaman dulu orang-orang kita sudah rajin beribadah lho.
Masuk Kota Klaten, Mampir ke Sendang Simbar Joyo
Selepas mampir dari Situs Kunden aku lanjut bersepeda masuk Kota Klaten. Berhubung udah siang, mampirlah aku sarapan di Warung Sop Ayam Pak Min. Harga seporsi nasi sop ayam pisah daging udah naik jadi Rp9.000. Dulu kayaknya masih Rp7.000 deh. Tahun kapan itu ya?
Perut kenyang tapi aku masih serakah nyari cemilan buat nambah tenaga di perjalanan pulang. Cemilan yang aku cari itu roti pisang Bu Basuki khas Desa Jonggrangan. Ini roti pisang recommended banget lho jadi oleh-oleh. Aku beli yang loyang kecil Rp23.000. Duh, lagi-lagi harganya udah naik. #sedih
Pas blusukan di sekitar desa Jonggrangan itu aku malah nemu sendang! Namanya Sendang Simbar Joyo. Yang aku datangi ini sendang putri (wanita). Katanya selain sendang putri juga ada sendang kakung (pria).
Menurut seorang Bapak yang ada di dekat sendang putri, sampai sekarang Sendang Simbar Joyo ini belum pernah kering dan juga masih “dihormati” oleh warga setempat. Umumnya warga yang hendak menggelar hajatan semisal membangun rumah, ngunduh mantu, tujuh bulanan, dll melakukan selamatan di sendang ini. Setiap bulan Sura (Muharram) juga selalu dilangsungkan upacara bersih sendang.
Sayang, si Bapak waktu itu sedang terburu-buru mau datang ke nikahan, jadinya nggak sempat bercerita banyak tentang Sendang Simbar Joyo ini. Ya sudah. Berhubung Kota Jogja juga masih jauh, aku balik arah saja bersepeda menuju Jl. Solo ke arah barat.
Hari Minggu ini aku ketemu sama dua tempat di Klaten di mana air menjadi sesuatu yang “dihormati”. Yang satu peninggalan dari zaman lampau dan yang satunya lagi masih terjaga sampai sekarang. Air memang bukan hal klenik, tapi merupakan kekayaan alam yang harus kita jaga.
Besok-besok bersepeda ke Klaten lagi ah nyari mata air yang lain lagi.
jgn sungkan mampir ke tempat saya mas
tepatnya di desa manjung ngawen klaten
(salam blusuk an)
tahunya ada juga tempat2 bersejarah dan .... mistis ..
Itu pas kebetulan nyasarnya ke sendang putri, hehehe.
next time ke klaten coba mampir sana :D
haha
Cukup menarik lho Mas