Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Jam menunjukkan pukul 08.21 WIB saat aku tiba di Kecamatan Panggang pada hari Minggu (8/6/2014) usai bersepeda melintasi Tanjakan Siluk. Berhubung hari memang masih terlalu pagi untuk balik pulang ke Jogja #hehehe, aku memutuskan untuk keliling-keliling "sebentar" di sekitar Kecamatan Panggang guna mencari tahu apa-apa saja yang unik di daerah ini.
Eh iya, buat Pembaca yang belum familiar dengan Kecamatan Panggang, aku mau cerita sedikit ya. Panggang itu adalah nama salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Kecamatan Panggang letaknya berbatasan langsung dengan laut pantai selatan. Tapi karena itu, jangan malah membayangkan kalau di Panggang ada banyak pantai lho! Justru daripada pantai, malah lebih banyak jumlah telaganya. #senyum.lebar
Keberadaan telaga yang berjumlah puluhan di Kecamatan Panggang ini jelas menarik perhatianku. Gunungkidul dari dahulu terkenal sebagai wilayah yang rawan akan bencana kekeringan di musim kemarau. Oleh karenanya, keberadaan telaga-telaga ini jelas bermanfaat untuk menunjang kehidupan warga Panggang.
Aku penasaran, seperti apa sih rupa dari telaga-telaga itu?
Siapa tahu, di sana aku bakal berjumpa dengan para gadis yang sedang mandi. #eh
Telaga pertama yang aku sambangi adalah Telaga Gandu. Jaraknya cuma sekitar 20 meter dari Jl. Raya Utama Panggang. Seberangnya persis adalah KUA Panggang. Cocok lah, pasangan yang baru disahkan nikah lantas diceburkan ke telaga ini. #niat.jahat
Dari sejumlah telaga yang aku sambangi di hari Minggu itu, menurutku Telaga Gandu ini yang paling bagus penampilannya. Ah, coba di sekelilingnya ditumbuhi banyak pohon rindang dan tersedia bangku untuk duduk-duduk. Pasti makin menyenangkan menghabiskan sore di sini.
Telaga kedua yang aku sambangi punya nama sedikit aneh, yaitu Telaga Dendengwelut. Apa dulu di sini tempat hidup belut yang dibuat dendeng ya?
Anyway, lokasi telaga ini bertolak belakang dengan Telaga Gandu. Dari kantor Kecamatan Panggang, ikuti saja jalan raya ke arah Wonosari sekitar 300 meter. Telaga ini berada persis di seberang turunan.
Dari penampakannya, telaga ini lebih luas dari Telaga Gandu. Namun, genangan airnya hanya sekitar 1/3 dari luasnya. Sepertinya, di puncak musim kemarau telaga ini bakal semakin surut. Maklum, telaga-telaga di Gunungkidul memang umumnya berupa telaga tadah hujan. Yaitu airnya berasal dari air hujan, bukan mata air.
Telaga terakhir yang aku kunjungi adalah Telaga Sumurwuni. Ini juga salah satu telaga yang punya nama aneh. Sumurwuni kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia adalah sumur yang bersuara (muni). Entah kenapa dinamai demikian. Sepengamatanku di sini tidak ada sumur, yang ada malah pohon keramat. Kok ya akhirnya nemu tempat mistis juga? Hahaha.
Begitulah tiga dari 22 telaga yang tersebar di Kecamatan Panggang. Selain sebagai sumber air, warga sekitar banyak memanfaatkan telaga ini sebagai lokasi mancing. Penasaran, ikan yang hidup di telaga-telaga itu seperti apa ya?
Apakah di sekitar tempat tinggal pembaca juga terdapat telaga seperti yang ada di Panggang ini? Enak kali ya punya rumah dekat telaga? Hahaha. #senyum.lebar
Telaga Ngipik di Gresik yang dijadikan wisata lokal.
Eh, coba Telaga Gandu bisa jadi tempat wisata juga, ya?
penduduk disitu cocok kerja jadi copywriter di iklan kali ya ..
kreatif kreatif kasih merek telaganya
Btw, salam kenal ya mas :)
Muni. :D Ikan telaga itu enak. Enggak mancing
dibsitu, Mas?
Kebetulan waktu itu nyepeda dan sedang dikejar waktu, jadinya nggak mancing mbak.
dari sini ya cuma ada telaga lembah ugm,, wkwkwk
sayang rumah temenku yg dipanggang bukan di dekat telaga gandu kalo dekat kan niat
jahat bisa kita laksanakan tuh hehe