Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Pada hari Minggu (13/4/2014), rencana blusukan ke Kedung Gulo baru disahkan 30 menit sebelum keberangkatan. Awalnya, aku pingin ke curug di dekat Kutoarjo. Tapi menurut Pakdhe Timin kejauhan. Jadinya ya terpaksa rencana awal dibongkar ulang.
Setelah googling sana-sini, nyasarlah aku ke blog-nya Angki. Dari artikel blognya, ini Kedung Gulo kayaknya menarik. Sayangnya satu, itu Angki nggak ngasih petunjuk jalan yang jelas buat menuju ke sana. Duh! Ini sih kayak nyari jarum di tumpukan hutan!
Satu-satunya petunjuk yang lumayan sahih adalah Kedung Gulo ini letaknya di Desa Kalitapas. Desa ini masuk wilayah Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Aku dan Pakdhe Timin sudah berkali-kali-kali lewat sini pas berburu curug di Purworejo. Hanya saja ya... nggak tahu kalau di desa Kalitapas itu ada lokasi semacam ini.
SILAKAN DIBACA
Rute ke Kedung Gulo dari Jogja
Dari Jogja, pertama-tama kami menuju ke Perempatan Dekso di Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo. Bisa lewat Jl. Godean atau Jl. Kebon Agung yang bermula dari samping Terminal Jombor. Jaraknya sekitar 20-an km dari Tugu Pal Putih Jogja.
Dari perempatan Dekso ini kami nanjak menuju Samigaluh. Lewatnya Jl. Samigaluh yang penuh kenangan koyok pas zaman masih muda dulu (merasa sudah tua #hehehe). Jaraknya sekitar 8-an km dari perempatan Dekso.
Sesampainya di Samigaluh kami lanjut bertolak ke Desa Pagerharjo. Desa ini merupakan perbatasan wilayah Jogja – Purworejo.
Desa Pagerharjo berjarak sekitar 5-an km dari Samigaluh. Untuk menuju Desa Pagerharjo kami melewati Pasar Plono dan juga masjid Al-Kahfi yang dikelilingi hutan pinus. Sesampainya di Desa Pagerharjo kami pindah provinsi ke Desa Sedayu yang kini masuk wilayah Kecamatan Loano, Purworejo.
Dari Desa Sedayu kami menuju ke Desa Banyuasin Kembaran, yaitu ibudesa kecamatan Loano. Jaraknya 3-an km dari Desa Sedayu. Di dekat pasar desa ada pertigaan jalan yang mengarah ke Desa Kalitapas dan Desa Benowo.
Blusukan dari Desa Kalitapas ke Kedung Gulo
Sekitar 10 menit berkendara kami sudah masuk ke wilayah desa Kalitapas. Di suatu cabang jalan kami melihat papan bertuliskan Kedung Gulo. Ini hasil karyanya mahasiswa KKN Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) tahun 2014. Bagus juga ya?
Sekitar 200 meter dari papan arah, kami ketemu pos ronda (yang juga hasil karyanya mahasiswa KKN). Di dekat pos ronda ini jalan bercabang dua. Satunya tanjakan dan satunya lagi turunan. Kami ngambil cabang tanjakan. Nanti bakal berujung buntu di halaman rumah warga.
Lho kok buntu?
Selidik punya selidik, di halaman rumah warga inilah tempat menitipkan kendaraan. Sebabnya, untuk menuju ke Kedung Gulo harus berjalan kaki sekitar setengah jam menembus hutan. Medannya ya jalan tanah yang becek dan licin.
Waktu itu kedatangan kami bertepatan dengan musimnya buah duku (Lansium domesticum) dan kepel (Stelechocarpus burahol). Ini hutan serasa kebun buah jadinya, hehehe. Tapi jangan asal langsung comot ya! Bilang dulu sama warga yang punya!
Suasana Sekitar Kedung Gulo
Kedung Gulo sejatinya adalah bagian dari aliran sungai. Aku sih kurang tahu nama sungainya. Mungkin nama sungainya itu Kali Gulo ya? Yang jelas, aku sempat ngicip rasa airnya. Ternyata nggak manis seperti rasa gula. (penasaran sampai segitunya)
Sesuai namanya, di salah satu bagian sungai ada semacam telaga kecil (kedung) yang asyik dipakai untuk bermain air. Nggak jauh dari sana ada air terjun. Bentuk sungainya pun menarik karena berundak-undak. Fotogenik lah.
Kedung Gulo ini ternyata lumayan populer sebagai tempat rekreasi pemuda-pemudi setempat. Kami sempat berkenalan dengan pemuda desa, Ngatino dan Atmaudin yang asyik bermain air di kedung. Beberapa malah menjadikan lokasi ini sebagai tempat pacaran. Wah, jangan-jangan itu sebabnya tempat ini disebut manis layaknya gulo? Hahaha. #senyum.lebar
Buat pembaca yang berdomisili di sekitar Jogja, doyan blusukan, dan hobi motret slow-speed, mungkin bisa dicoba singgah di Kedung Gulo. Usahakan datang pagi hari, pas masih sepi dan pencahayaannya masih bagus. Dijamin bakal terpuaskan karena banyak sudut-sudut sungai yang menarik untuk dipotret.
Oh iya, pas perjalanan kemari kami menemukan sesuatu yang “menarik”. Sepertinya kami harus kembali ke daerah ini lagi karena setiap saat Purworejo selalu menawarkan sesuatu yang "menarik". Gimana? Pembaca tertarik ke pelosok Purworejo?
Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta sedang melakukan penelitian untuk Tugas
Akhir/Skripsi yang berlokasi di Kedung Gulo, Purworejo. Saya melihat postingan
Bpk/Ibu/Sdr/i yang pernah berkunjung ke Kedung Gulo, maka dari itu saya meminta waktu
Bpk/Ibu/Sdr/i sebentar jika berkenan untuk mengisi kuesioner tentang Kedung Gulo.
Bantuan Bpk/Ibu/Sdr/i sangat berarti untuk membantu saya menyelesaikan Tugas
Akhir/Skripsi saya. Jika ada kerabat yang pernah kesana juga bisa minta tolong untuk
mengisikan kuesionernya juga. Berikut saya kirimkan link untuk mengisi kuesionernya.
Terimakasih banyak atas bantuannya. Selamat sore☺ï¸
https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLScERx3O2Z0P7JKM1SHm5GGBca4v1TYApj
hzkItwGtj0doMtRA/viewform?vc0&c0&w1&flr0
tehnik slow speednya kereen
agenda untuk di-blusuk-i
Foto2nya huebyaaattt!!
Kayaknya benar-benar jadi pemburu curug :-D
Apaan tuh?
jaman dlu saya blm kepikiran fotoin arah jalan-jalannya wkwk pizzz, jeretannya lebih adem
dana sri milik mas Wijna mantap ^-^ sesuatu yg menarik itu apa mas???ajakin yah pizz
dengan hawa \"sumuk\"-nya ini. Btw aku masih di Jogja nih, masih nganggur. Kalau mau
mblusuk lagi, ajak-ajak dong hehe. Bosen di rumah. Makasih, bro :D
Tempat-tempat kayak gitu biasanya memang jadi lokasi menarik bagi para pemuda-pemudi untuk memadu kasih :D
Apalagi kalau pemuda-pemudinya basah-basahan... ihik ihik... :p